(RIAUPOS.CO) – Perahu Baganduang memiliki keunikan tersendiri. Hiasan warna-warni dari kain yang membentuk kubah, tanduk kerbau, labu-lagu dan lainnya, memiliki simbol adat yang penuh makna. Tradisi ini pun kembali di pertontonkan pada khalayak banyak, Sabtu (7/5/2022) di Topian Muko Lobuah, Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik.
Bunyi petasan silih-berganti dari tepian Muko Lobuah Lubuk Jambi selayaknya menyambut kedatangan iring-iringan perahu Baganduang. Begitu pula dari perahu Baganduang itu sendiri, suara petasan membalasnya. Sahut-menyahut.
Perang bunyi. Sementara, belasan perahu Baganduang dari desa di Kuantan Mudik ini terus menghilir mendekati tepian yang menjadi tempat lokasi acara.
Hiasan warna-warni yang ada di perahu Baganduang, memberikan suguhan yang menarik di tengah Sungai Kuantan. Ribuan masyarakat Kuansing dari berbagai kecamatan bahkan dari Pekanbaru dan luar daerah, ikut datang menyaksikannya, membuat Topian Muko Lobuah menjadi padat.
Jalur arus lalu lintas menuju lokasi, macet oleh kendaraan yang lalu lalang. Sebagian masyarakat harus menyaksikannya dari atas jembatan dan tepian Sungai Kuantan.
Sedari awal, Festival Atraksi Budaya Perahu Baganduang ini memang sudah diprediksi akan membludak. Selain masih dalam suasana Idulfitri, tradisi ini sudah dua tahun ini tidak di tampilkan karena Covid-19 yang sedang tinggi, termasuk di Kabupaten Kuansing sendiri.
Di salah satu Perahu Baganduang itu, ada Plt Bupati Kuansing Drs H Suhardiman Amby AK MM didampingi Sekda H Dedy Sambudi SKM MKes serta sejumlah pejabat Kuansing lainnya.
Suhardiman Amby Datuk Panglimo Dalam disambut para Datuk Penghulu dari Kenegerian Gajah Tunggal Lubuk Jambi. Ia didaulat untuk membuka tradisi masyarakat Kuantan Mudik yang memang sudah dinanti-nanti tersebut.
Mewakili para Datuk Penghulu Kenegerian Gajah Tunggal Lubuk Jambi, Sidirajo menyampaikan kalau tradisi Perahu Baganduang memang sudah ditunggu-tunggu masyarakat Kuansing terutama Kuantan Mudik. Ini dikarenakan lama tidak ditampilkan. Ini bisa dilihat dari kepadatan masyarakat yang datang melihatnya, mereka begitu antusias.
Perahu Baganduang merupakan tiga perahu yang disatukan. Perahu Baganduang dapat dihias warna warni. Ada yang dibuat serupa kubah, tanduk kerbau, labu-labu dan beberapa lainnya. Semuanya penuh makna simbol adat.
Dulu, perahu Baganduang merupakan perahu kebesaran raja-raja. Setelah zaman kerajaan digunakan ninik mamak mengantarkan cucung kemenakan mengantar dan manjompuik limau ke rumah gadis untuk dipinang. Tradisi manjompuik limau ini dilakukan pada saat subuh hari raya Idul Fitri.
Banyak cucu kemenakan, warga Lubuk Jambi yang tidak tahu lagi akan makna Perahu Baganduang ini. Karena itu, tradisi ini harus tetap dilestarikan dan dijaga melalui festival atraksi Perahu Baganduang.
Tokoh Ikatan Keluarga Kuantan Mudik (IKKM) Pekanbaru, H Mukhlis MR pun berharap selain dilestarikan, difestivalkan, tradisi dan budaya Kuantan Mudik ini mendapat perhatian penuh dari Pemkab Kuansing.
Baik dari segi dukungan pendanaan untuk perhelatan festival maupun dukungan sarana dan prasarana. Menurutnya, balai adat yang menjadi bangunan utama tempat pelaksanaan acara, sudah tidak layak dan perlu renovasi.
Plt Bupati Kuansing Suhardiman Amby berjanji kalau pemkab Kuansing akan memberikan perhatian pada objek wisata Perahu Baganduang dari Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik ini.
Apalagi Kemenparekraf, di tahun 2017 lalu telah menetapkan Perahu Baganduang sebagai aset budaya tak benda yang perlu dijaga dan dilestarikan. Pemkab akan mengalokasikan dana yang layak di tahun depan, minimal anggarannya bisa mencapai Rp100 juta untuk pelaksanaan festival. Sehingga dengan anggaran yang memadai, pelaksanaannya lebih baik dan meriah.
“Kami berharap, tak hanya orang Kuansing saja yang datang menyaksikan tapi juga wisatawan lokal provinsi tetangga maupun negeri tetangga,” ujarnya.
Di sisi lain, Pemkab juga akan mencari solusi untuk perbaikan dan penataan kawasan Festival Perahu Baganduang Topian Muko Lobuah. Baik melalui APBD maupun melalui anggaran pokir anggota DPRD Kuansing dari Kuantan Mudik. Ia meminta, para Datuk Penghulu segera menyiapkan desain atau model asli balai adat dari Lubuk Jambi. “Yang jelas ini akan kami tata,” kata Suhardiman. Dengan melakukan penataan yang baik ke depan, kawasan ini bisa menjadi daerah kunjungan wisata. Bisa dimanfaatkan sebagai pusat jajanan dan kuliner khas Kuantan Mudik.(kun)
Laporan DESRIANDI CANDRA, Lubuk Jambi