JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta utusan Cina untuk mengirimkan vaksin Covid-19 Sinovac, bukan Sinopharm. Duterte bahkan menolak vaksin Sinopharm.
Filipina pada pekan ini menerima 1.000 dosis Sinopharm dari Cina. Namun, menurut Duterte, para ahli Filipina mengatakan vaksin Sinopharm tersebut belum dipelajari di Filipina.
Dia mengatakan kepada Duta Besar Cina untuk Filipina Huang Xilian membatalkan semua vaksin Sinopharm. Sedikitnya seribuan dosis vaksin Sinopharm sudah diminta untuk dibatalkan.
"Jangan kirimi kami Sinopharm lagi, jadi tidak akan ada masalah. Saya bilang berikan saja vaksin Sinovac yang digunakan di mana-mana," ujar Duterte seperti dilansir dari ABS-CBN, Sabtu (8/5).
"Sebanyak 1.000 dosis Sinopharm yang ditetapkan agar ditarik kembali, maka tidak akan mengurangi pasokan vaksin," tambah Duterte.
Regulator obat Filipina belum mencabut vaksin Sinopharm untuk penggunaan darurat. Pada Februari, Food and Drug Administration mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk penggunaan 10 ribu dosis vaksin Sinopharm.
Sinovac, juga memiliki izin penggunaan darurat di Filipina. Menanggapi kritik atas pilihan vaksinnya, Duterte menegaskan akan bertanggung jawab. "Kami menyesal telah melakukan hal-hal yang Anda kritik kepada kami. Kami siap tanggung jawab," katanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinopharm. Sementara, vaksin Sinovac masih menunggu. Daftar darurat dari WHO merupakan indikasi bagi regulator nasional tentang keamanan dan kemanjuran suntikan, dan akan memungkinkan vaksin Cina dimasukkan dalam COVAX, program global untuk menyediakan vaksin terutama untuk negara-negara miskin.
Sinovac menyumbang sebagian besar dari 4,04 juta dosis Covid-19 yang telah diterima Filipina sejauh ini. Pihak berwenang telah memberikan 2.065 juta dari dosis tersebut. Filipina menargetkan untuk memvaksinasi hingga 70 juta orang atau dua pertiga dari populasinya tahun ini.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi