Selasa, 17 September 2024

Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Vital Pria? Itu Hoaks!

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Jagat maya diramaikan dengan beredarnya informasi vaksin covid-19 buatan Sinovac disebut memiliki efek samping memperbesar ukuran alat vital pria. Tak tanggung-tanggung, ukuran alat vital pria bisa bertambah hingga tiga inci. 

Menanggapi itu, Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, memastikan informasi tersebut hoaks. Menurutnya, belum ada satu pun literatur yang membahas ihwal efek tersebut pasca disuntik vaksin. 

"Dari pengamatan sejauh ini, ya saya mengamati riset terkait Covid-19 tiap dua hingga tiga jam per hari. Nah, dari itu semua tidak ada yang riset tentang vaksin memperpanjang penis, kemudian juga tidak ada vaksin Covid-19 bisa diinjeksikan ke penis. Itu tidak ada. Jadi yang beredar itu hoaks," ucap Dicky saat dihubungi di Jakarta, Kamis (7/1/2021).   

Dicky memaparkan, jurnal yang dicatut oleh informasi tersebut tidak pernah ada. Bahkan menurutnya, isi dari jurnal tersebut salah. Dia pun menyarankan kepada masyarakat agar berhati-hati dalam memahami ragam informasi yang timbul terkait vaksin. 

- Advertisement -
Baca Juga:  Nadiem Janji akan Sederhanakan Kurikulum Pendidikan

"Kalau dilihat dari isinya tidak nyambung, dilihat dari judulnya salah, nama jurnalnya saja juga salah. Jadi, saya mengharapkan kepada semua pihak, terutama masyarakat untuk selalu kroscek. Apabila informasinya tidak meyakinkan ya silakan bertanya," tuturnya. 

Dia mengatakan, gerakan penolakan vaksin atau hoaks terkait Covid-19 merupakan hal yang unik. Menurutnya, baru pertama kali ini  dalam sejarah pandemi, gerakan penolakan atas vaksin ramai disuarakan sebelum vaksin itu hadir.  

- Advertisement -

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah pandemi umat manusia dan sejarah vaksin, yang namanya gerakan penolakan vaksin itu lahir duluan dibandingkan vaksinnya. Ini pertama kali," ujarnya. 

Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi turut berkomentar terkait sebuah tangkapan layar berita yang berjudul “Doctors encourage covid-19 vaccine injections in penis”. Tangkapan layar tersebut juga dibarengi dengan sampul foto seorang dokter dan ilustrasi injeksi di alat vital pria.  

Baca Juga:  Mahasiswa RMIK STIKes Hang Tuah Pekanbaru Serahkan Aplikasi Pengkodean Penyakit dan Tindakan

Menurutnya, berdasarkan penelusuran yang dilakukan dapat dipastikan informasi tersebut berita bohong atau palsu.

"Berdasarkan penelusuran, dilansir dari snopes.com, Artikel yang mencatut nama salah satu media internasional itu palsu. Berdasarkan pencarian pada indeks berita di kanal media itu tidak ditemukan atikel dengan judul dan sampul seperti itu," kata Nadia. 

Dia memaparkan, ilustrasi yang menunjukkan “area aman untuk injeksi” ke penis sebenarnya berasal dari instruksi manual untuk injeksi sendiri penis sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Gambar itu, sambungnya, diambil dari situs Kansas City, Missouri-area St. Luke’s Health System. 

"Kedua, dokter yang ditampilkan tersebut bernama Mohitkumar Ardeshana, seorang dokter penyakit dalam yang berbasis di Claremont, California. Kepada situs pengecekan fakta India Boom, Ardeshana mengatakan belum pernah berkomentar soal penelitian tersebut," tuturnya.

Sumber: Antara/News/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Jagat maya diramaikan dengan beredarnya informasi vaksin covid-19 buatan Sinovac disebut memiliki efek samping memperbesar ukuran alat vital pria. Tak tanggung-tanggung, ukuran alat vital pria bisa bertambah hingga tiga inci. 

Menanggapi itu, Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, memastikan informasi tersebut hoaks. Menurutnya, belum ada satu pun literatur yang membahas ihwal efek tersebut pasca disuntik vaksin. 

"Dari pengamatan sejauh ini, ya saya mengamati riset terkait Covid-19 tiap dua hingga tiga jam per hari. Nah, dari itu semua tidak ada yang riset tentang vaksin memperpanjang penis, kemudian juga tidak ada vaksin Covid-19 bisa diinjeksikan ke penis. Itu tidak ada. Jadi yang beredar itu hoaks," ucap Dicky saat dihubungi di Jakarta, Kamis (7/1/2021).   

Dicky memaparkan, jurnal yang dicatut oleh informasi tersebut tidak pernah ada. Bahkan menurutnya, isi dari jurnal tersebut salah. Dia pun menyarankan kepada masyarakat agar berhati-hati dalam memahami ragam informasi yang timbul terkait vaksin. 

Baca Juga:  Sabu 5 Kg dan 212 Ekstasi Diblender, Juga ada BB Yang Dibakar

"Kalau dilihat dari isinya tidak nyambung, dilihat dari judulnya salah, nama jurnalnya saja juga salah. Jadi, saya mengharapkan kepada semua pihak, terutama masyarakat untuk selalu kroscek. Apabila informasinya tidak meyakinkan ya silakan bertanya," tuturnya. 

Dia mengatakan, gerakan penolakan vaksin atau hoaks terkait Covid-19 merupakan hal yang unik. Menurutnya, baru pertama kali ini  dalam sejarah pandemi, gerakan penolakan atas vaksin ramai disuarakan sebelum vaksin itu hadir.  

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah pandemi umat manusia dan sejarah vaksin, yang namanya gerakan penolakan vaksin itu lahir duluan dibandingkan vaksinnya. Ini pertama kali," ujarnya. 

Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi turut berkomentar terkait sebuah tangkapan layar berita yang berjudul “Doctors encourage covid-19 vaccine injections in penis”. Tangkapan layar tersebut juga dibarengi dengan sampul foto seorang dokter dan ilustrasi injeksi di alat vital pria.  

Baca Juga:  Bukti Cinta

Menurutnya, berdasarkan penelusuran yang dilakukan dapat dipastikan informasi tersebut berita bohong atau palsu.

"Berdasarkan penelusuran, dilansir dari snopes.com, Artikel yang mencatut nama salah satu media internasional itu palsu. Berdasarkan pencarian pada indeks berita di kanal media itu tidak ditemukan atikel dengan judul dan sampul seperti itu," kata Nadia. 

Dia memaparkan, ilustrasi yang menunjukkan “area aman untuk injeksi” ke penis sebenarnya berasal dari instruksi manual untuk injeksi sendiri penis sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Gambar itu, sambungnya, diambil dari situs Kansas City, Missouri-area St. Luke’s Health System. 

"Kedua, dokter yang ditampilkan tersebut bernama Mohitkumar Ardeshana, seorang dokter penyakit dalam yang berbasis di Claremont, California. Kepada situs pengecekan fakta India Boom, Ardeshana mengatakan belum pernah berkomentar soal penelitian tersebut," tuturnya.

Sumber: Antara/News/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari