PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Zulfan Honggala Putra (24) mahasiswa
Program Studi Teknik Informatika Politeknik Caltex Riau (PCR) menciptakan aplikasi SLT (saint language translator).
Kepada Riaupos.co, Zulfan yang penyandang disabilitas ini mengambil proyek akhir studinya tentang bagaimana agar penyandang disabilitas mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat melalui aplikasi.
"Untuk membantu penyandang disabilitas biar gampang dipahami apa yang disampaikannya melalui bahasa isyarat," kata Zulfan yang kala itu dibantu kakak dan ibunya untuk menerjemahkan pertanyaan Riau Pos.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menciptakan aplikasi bahasa isyarat (simbol translator) dengan deep learning dalam waktu satu pekan.
Muhammad Mahrus Zaid dosen program studi sistem nformasi yang juga dosen pembimbing Zulfan menceritakan awal mula Zulfan memulai proyek akhir tahunnya. Mengingat kondisi Zulfan seorang disabilitas. Dalam sidang proposal tugas akhir, Zulfan mengajukan waktu satu bulan.
Tim penguji menurunkan standar huruf A sampai E. Dan bukan A sampai Z. Awalnya ada kendala di HP dan laptop Zulfan karena membutuhkan prosesor yang sangat besar. Disarankan agar menggunakan komputer kampus namun karena pandemi akses ke kampus sangat terbatas akhirnya Zulfan mengerjakan proyek ini di laptopnya. Dan dalam waktu satu pekan dia berhasil membuat huruf A sampai Z.
"Zulfan anak didik dan saya diamanahi untuk membimbing dia. Proyek akhir Zulfan ini sesuai dengan pengembangan dan peningkatan disiplin ilmu yang saya ajar," ujar Mahrus.
"Ini diluar ekspektasi saya. Karena saya berfikir hardwarenya di tanam di hp ternyata tidak," tegasnya.
Ke depannya lanjut Mahrus, apa yang sudah dibuat Zulfan ingin dikembangkan lagi agar lebih sempurna. Apalagi Zulfan sudah mampu membuat kata hallo dan I love you. Nantinya akan dikembangkan sehingga bisa lebih familiar untuk digunakan para penyandang disabilitas.
"Di kampus, PCR sudah memiliki bagian sentra HAKI sehingga karya mahasiswa yang benar-benar unik coba didaftarkan ke HAKI," tutup Mahrus.
Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Zulfan Honggala Putra (24) mahasiswa
Program Studi Teknik Informatika Politeknik Caltex Riau (PCR) menciptakan aplikasi SLT (saint language translator).
Kepada Riaupos.co, Zulfan yang penyandang disabilitas ini mengambil proyek akhir studinya tentang bagaimana agar penyandang disabilitas mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat melalui aplikasi.
- Advertisement -
"Untuk membantu penyandang disabilitas biar gampang dipahami apa yang disampaikannya melalui bahasa isyarat," kata Zulfan yang kala itu dibantu kakak dan ibunya untuk menerjemahkan pertanyaan Riau Pos.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menciptakan aplikasi bahasa isyarat (simbol translator) dengan deep learning dalam waktu satu pekan.
- Advertisement -
Muhammad Mahrus Zaid dosen program studi sistem nformasi yang juga dosen pembimbing Zulfan menceritakan awal mula Zulfan memulai proyek akhir tahunnya. Mengingat kondisi Zulfan seorang disabilitas. Dalam sidang proposal tugas akhir, Zulfan mengajukan waktu satu bulan.
Tim penguji menurunkan standar huruf A sampai E. Dan bukan A sampai Z. Awalnya ada kendala di HP dan laptop Zulfan karena membutuhkan prosesor yang sangat besar. Disarankan agar menggunakan komputer kampus namun karena pandemi akses ke kampus sangat terbatas akhirnya Zulfan mengerjakan proyek ini di laptopnya. Dan dalam waktu satu pekan dia berhasil membuat huruf A sampai Z.
"Zulfan anak didik dan saya diamanahi untuk membimbing dia. Proyek akhir Zulfan ini sesuai dengan pengembangan dan peningkatan disiplin ilmu yang saya ajar," ujar Mahrus.
"Ini diluar ekspektasi saya. Karena saya berfikir hardwarenya di tanam di hp ternyata tidak," tegasnya.
Ke depannya lanjut Mahrus, apa yang sudah dibuat Zulfan ingin dikembangkan lagi agar lebih sempurna. Apalagi Zulfan sudah mampu membuat kata hallo dan I love you. Nantinya akan dikembangkan sehingga bisa lebih familiar untuk digunakan para penyandang disabilitas.
"Di kampus, PCR sudah memiliki bagian sentra HAKI sehingga karya mahasiswa yang benar-benar unik coba didaftarkan ke HAKI," tutup Mahrus.
Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman