Jumat, 20 September 2024

Bila Sekolah dan Kampus Banyak Tutup, IPM Indonesia Dipastikan Jeblok

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mengkhawatirkan merosotnya angka indeks pembangunan manusia (IPM) menyusul kondisi pendidikan swasta di tanah air yang mulai angkat bendera putih menghadapi dampak pandemi corona (Covid-19).  

“Bila sekolah dan kampus swasta banyak yang tutup, maka yang terimbas lebih jauh ya IPM bisa jeblok,” kata Abdul Fikri, Selasa (7/7/2020).   

Fikri menyinggung soal mulai "menyerah"-nya sebagian sekolah dan kampus swasta di tanah air akibat dampak dari lamanya pandemi Covid-19 berlangsung

“Ada info dari sekolah maupun kampus di daerah pemilihan saya, bahwa kemampuan mereka membiayai operasional hanya sampai Agustus ini, sisanya bergantung pada jumlah siswa dan mahasiswa baru yang mendaftar,” imbuh politisi PKS ini.

- Advertisement -

Dampak pandemi secara luas turut menyapu berbagai sektor ekonomi, sehingga berdampak pula pada kemampuan daya beli masyarakat, termasuk untuk biaya pendidikan.   

Baca Juga:  23 Mei, CPO Boleh Diekspor Kembali

“Membayar SPP saja sulit, apalagi untuk membayar uang pangkal seperti yang  biasa diterapkan pada siswa dan mahasiswa baru di pendidikan swasta,” katanya.

- Advertisement -

Sehingga, Fikri menduga, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan swasta di berbagai jenjang, termasuk perguruan tinggi akan menurun.

“Bila tidak ada yang mendaftar, pilihan berat lainnya adalah menutup sekolah atau kampus,” ujarnya.

Problem menurunnya angka partipasi penduduk dalam mengikuti program Pendidikan, tentunya akan berdampak signifikan dalam angka indeks pembangunan manusia (IPM).   Sedangkan, tiga dimensi dasar dalam menentukan IPM adalah kesehatan, pendidikan, dan daya beli.  

Fikri mengkritik pendekatan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 yang dinilai terlalu mementingkan komponen ketiga, yakni daya beli masyarakat.    

Baca Juga:  Saudi Minta Jamaah Vaksin Booster

“Sejak awal digelontorkan Rp405,1 T dana penanganan corona, coba lihat berapa untuk mendukung daya beli dan ekonomi, sementara pendidikan tidak menjadi konsen kebijakan,” paparnya.

Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan peraturan pengganti UU (Perppu) yang kini disahkan menjadi UU Nomor 2 tahun 2020.   Perppu tersebut dijadikan dasar hukum untuk mengeluarkan anggaran penanganan dampak pandemi corona sebesar Rp405,1 T.  Rinciannya, Rp75 T untuk kesehatan, Rp110 T untuk jaring pengaman sosial, Rp70,1 T untuk insentif perpajakan, serta Rp150 T untuk program pemulihan ekonomi nasional.  

Kementerian Keuangan bahkan menaikkan kembali anggaran corona tersebut hingga tiga kali.  Pertama naik menjadi Rp 677,2 T pada 3 Juni, kemudian naik lagi menjadi Rp695,2 T pada 16 Juni, dan terakhir naik menjadi Rp905,1 T pada 19 juni. 

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, mengkhawatirkan merosotnya angka indeks pembangunan manusia (IPM) menyusul kondisi pendidikan swasta di tanah air yang mulai angkat bendera putih menghadapi dampak pandemi corona (Covid-19).  

“Bila sekolah dan kampus swasta banyak yang tutup, maka yang terimbas lebih jauh ya IPM bisa jeblok,” kata Abdul Fikri, Selasa (7/7/2020).   

Fikri menyinggung soal mulai "menyerah"-nya sebagian sekolah dan kampus swasta di tanah air akibat dampak dari lamanya pandemi Covid-19 berlangsung

“Ada info dari sekolah maupun kampus di daerah pemilihan saya, bahwa kemampuan mereka membiayai operasional hanya sampai Agustus ini, sisanya bergantung pada jumlah siswa dan mahasiswa baru yang mendaftar,” imbuh politisi PKS ini.

Dampak pandemi secara luas turut menyapu berbagai sektor ekonomi, sehingga berdampak pula pada kemampuan daya beli masyarakat, termasuk untuk biaya pendidikan.   

Baca Juga:  Ferrari Berhenti Produksi hingga 27 Maret

“Membayar SPP saja sulit, apalagi untuk membayar uang pangkal seperti yang  biasa diterapkan pada siswa dan mahasiswa baru di pendidikan swasta,” katanya.

Sehingga, Fikri menduga, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan swasta di berbagai jenjang, termasuk perguruan tinggi akan menurun.

“Bila tidak ada yang mendaftar, pilihan berat lainnya adalah menutup sekolah atau kampus,” ujarnya.

Problem menurunnya angka partipasi penduduk dalam mengikuti program Pendidikan, tentunya akan berdampak signifikan dalam angka indeks pembangunan manusia (IPM).   Sedangkan, tiga dimensi dasar dalam menentukan IPM adalah kesehatan, pendidikan, dan daya beli.  

Fikri mengkritik pendekatan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 yang dinilai terlalu mementingkan komponen ketiga, yakni daya beli masyarakat.    

Baca Juga:  23 Mei, CPO Boleh Diekspor Kembali

“Sejak awal digelontorkan Rp405,1 T dana penanganan corona, coba lihat berapa untuk mendukung daya beli dan ekonomi, sementara pendidikan tidak menjadi konsen kebijakan,” paparnya.

Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan peraturan pengganti UU (Perppu) yang kini disahkan menjadi UU Nomor 2 tahun 2020.   Perppu tersebut dijadikan dasar hukum untuk mengeluarkan anggaran penanganan dampak pandemi corona sebesar Rp405,1 T.  Rinciannya, Rp75 T untuk kesehatan, Rp110 T untuk jaring pengaman sosial, Rp70,1 T untuk insentif perpajakan, serta Rp150 T untuk program pemulihan ekonomi nasional.  

Kementerian Keuangan bahkan menaikkan kembali anggaran corona tersebut hingga tiga kali.  Pertama naik menjadi Rp 677,2 T pada 3 Juni, kemudian naik lagi menjadi Rp695,2 T pada 16 Juni, dan terakhir naik menjadi Rp905,1 T pada 19 juni. 

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari