Minggu, 10 November 2024

#RestInPower, Ma Kyal Sin…

- Advertisement -

YANGON (RIAUPOS.CO) – Everything will be OK (semua akan baik-baik saja). Itu adalah tulisan di kaus yang dipakai Ma Kyal Sin dalam aksi di Mandalay, Myanmar, Rabu (3/3). Sayangnya, tulisan tersebut tidak mencerminkan nasibnya. Kyal Sin menjadi salah seorang korban tewas. Dia ditembak tepat di kepala.

Kyal Sin bukan satu-satunya yang kehilangan nyawa pada hari nahas itu. Total ada 38 korban tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Polisi menggunakan peluru asli untuk menembaki para demonstran sejak beberapa hari sebelumnya. Namun, Rabu itu menjadi hari paling berdarah dalam kudeta Myanmar. Sejak militer menggulingkan kekuasaan pada 1 Februari lalu, setidaknya 54 orang tewas, ratusan terluka, sekitar 1.700 orang ditahan, termasuk 29 jurnalis.

- Advertisement -

Kyal Sin tahu risiko yang dia hadapi ketika ikut turun ke jalan. Remaja 19 tahun tersebut menyadari nyawanya bisa melayang sewaktu-waktu. Karena itu, dia mengunggah golongan darah dan riwayat medisnya di akun Facebook miliknya. Perempuan yang dulu bekerja sebagai penari tersebut berpesan, jika dirinya sampai meninggal, organ tubuhnya akan didonasikan.

Baca Juga:  75 Pegawai KPK Kirim Permohonan Baru Buka Hasil TWK

Kyal Sin bukan demonstran yang hanya ikut-ikutan. Myat Thu yang juga turun bersamanya mengungkap bagaimana Kyal Sin melindungi rekan-rekannya. Perempuan yang kini dijuluki sebagai angel itu menendang pipa air agar demonstran lain bisa mencuci muka setelah terkena gas air mata. ’’Dia peduli dan melindungi yang lainnya sebagai seorang kawan,’’ ujar Myat Thu seperti dikutip Al Jazeera.

Tak cukup sampai di situ. Dia juga berani mengambil kaleng gas air mata dan melemparkan kembali ke arah polisi. Saat polisi menembaki para demonstran, dia malah berusaha melindungi rekan-rekannya, termasuk Myat Thu. Dia memperingatkan Myat Thu ketika polisi mengarahkan tembakan kepadanya. Myat Thu kini harus bersembunyi agar tidak ditangkap polisi.

- Advertisement -

"Kita tidak sedang berperang, tidak ada alasan memberikan tembakan peluru asli kepada penduduk. Jika mereka manusia, mereka tidak akan melakukannya,’’ tegas Myat Thu.

Dalam beberapa video yang beredar, tampak Kyal Sin melontarkan kalimat ’’Kami tidak akan lari’’ dan ’’Darah tidak boleh tertumpah’’. Nyatanya, darahnya sendiri yang akhirnya membasahi bumi pertiwinya. Kyaw Zin Hein, teman dekat Kyal Sin, mengunggah pesan terakhir Kyal Sin untuknya. ’’Ini mungkin kali terakhir aku mengatakannya. Aku sangat menyayangimu. Jangan lupa itu,’’ bunyi pesan tersebut.

Baca Juga:  Bawa Sembako, Kapal Maju Jaya 89 Bertabrakan dengan Tongkang  Batubara

Ribuan orang menghadiri pemakaman Kyal Sin. Fotonya menjadi simbol perjuangan di Myanmar. Tagar #RestInPower kini menjadi viral menyertai kepergiannya. Bagi warga Myanmar, Kyal Sin kini menjadi sosok pahlawan.

Demonstran mengungkapkan bahwa dalam aksi Rabu lalu itu, polisi sama sekali tidak memberikan peringatan. Mereka juga tidak berusaha membubarkan massa dengan water cannon.

Relawan medis Aye Nyein Thu mengungkapkan bahwa dalam setiap aksi, mayoritas demonstran mengalami luka di kepala. Sebab, polisi menggunakan tongkat untuk memukul massa. Beberapa juga mengalami luka tembak. ’’Kami menghadapi situasi yang sangat buruk,’’ tegasnya.(sha/c7/oni)

Sumber: Jawa Pos
Editor: Firman Agus

YANGON (RIAUPOS.CO) – Everything will be OK (semua akan baik-baik saja). Itu adalah tulisan di kaus yang dipakai Ma Kyal Sin dalam aksi di Mandalay, Myanmar, Rabu (3/3). Sayangnya, tulisan tersebut tidak mencerminkan nasibnya. Kyal Sin menjadi salah seorang korban tewas. Dia ditembak tepat di kepala.

Kyal Sin bukan satu-satunya yang kehilangan nyawa pada hari nahas itu. Total ada 38 korban tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Polisi menggunakan peluru asli untuk menembaki para demonstran sejak beberapa hari sebelumnya. Namun, Rabu itu menjadi hari paling berdarah dalam kudeta Myanmar. Sejak militer menggulingkan kekuasaan pada 1 Februari lalu, setidaknya 54 orang tewas, ratusan terluka, sekitar 1.700 orang ditahan, termasuk 29 jurnalis.

- Advertisement -

Kyal Sin tahu risiko yang dia hadapi ketika ikut turun ke jalan. Remaja 19 tahun tersebut menyadari nyawanya bisa melayang sewaktu-waktu. Karena itu, dia mengunggah golongan darah dan riwayat medisnya di akun Facebook miliknya. Perempuan yang dulu bekerja sebagai penari tersebut berpesan, jika dirinya sampai meninggal, organ tubuhnya akan didonasikan.

Baca Juga:  Petani di Darussalam Ini Berusaha Kabur saat Digerebek Polisi

Kyal Sin bukan demonstran yang hanya ikut-ikutan. Myat Thu yang juga turun bersamanya mengungkap bagaimana Kyal Sin melindungi rekan-rekannya. Perempuan yang kini dijuluki sebagai angel itu menendang pipa air agar demonstran lain bisa mencuci muka setelah terkena gas air mata. ’’Dia peduli dan melindungi yang lainnya sebagai seorang kawan,’’ ujar Myat Thu seperti dikutip Al Jazeera.

- Advertisement -

Tak cukup sampai di situ. Dia juga berani mengambil kaleng gas air mata dan melemparkan kembali ke arah polisi. Saat polisi menembaki para demonstran, dia malah berusaha melindungi rekan-rekannya, termasuk Myat Thu. Dia memperingatkan Myat Thu ketika polisi mengarahkan tembakan kepadanya. Myat Thu kini harus bersembunyi agar tidak ditangkap polisi.

"Kita tidak sedang berperang, tidak ada alasan memberikan tembakan peluru asli kepada penduduk. Jika mereka manusia, mereka tidak akan melakukannya,’’ tegas Myat Thu.

Dalam beberapa video yang beredar, tampak Kyal Sin melontarkan kalimat ’’Kami tidak akan lari’’ dan ’’Darah tidak boleh tertumpah’’. Nyatanya, darahnya sendiri yang akhirnya membasahi bumi pertiwinya. Kyaw Zin Hein, teman dekat Kyal Sin, mengunggah pesan terakhir Kyal Sin untuknya. ’’Ini mungkin kali terakhir aku mengatakannya. Aku sangat menyayangimu. Jangan lupa itu,’’ bunyi pesan tersebut.

Baca Juga:  Mahasiswa Abdurrab Pekanbaru Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Ribuan orang menghadiri pemakaman Kyal Sin. Fotonya menjadi simbol perjuangan di Myanmar. Tagar #RestInPower kini menjadi viral menyertai kepergiannya. Bagi warga Myanmar, Kyal Sin kini menjadi sosok pahlawan.

Demonstran mengungkapkan bahwa dalam aksi Rabu lalu itu, polisi sama sekali tidak memberikan peringatan. Mereka juga tidak berusaha membubarkan massa dengan water cannon.

Relawan medis Aye Nyein Thu mengungkapkan bahwa dalam setiap aksi, mayoritas demonstran mengalami luka di kepala. Sebab, polisi menggunakan tongkat untuk memukul massa. Beberapa juga mengalami luka tembak. ’’Kami menghadapi situasi yang sangat buruk,’’ tegasnya.(sha/c7/oni)

Sumber: Jawa Pos
Editor: Firman Agus

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari