(RIAUPOS.CO) — Tasik Nambus, salah satu tasik yang diunggulkan sebagai potensi wisata di Kabupaten Kepulauan Meranti. Ia merupakan danau yang berada di pedalaman hutan Desa Tanjung Katung, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kabupaten Kepuluan Meranti.
Tasik yang berwarna merah maroone itu masih dipercaya sebagai salah satu tempat terbaik untuk menyucikan diri oleh masyarakat. Seiring atas kepercayaan tersebut, tradisi mandi sapo atau mandi bersama di mata air pada pekan ketiga bulan Safar, yakni bulan kedua dalam tahun Islam (Hijriyah) masih diyakini oleh banyak warga daerah setempat.
Tasik Nambus bersolek. Upaya itu digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Merah Putih. Seperti diungkapkan Ketua Pokdarwis Merah Putih, Tengku Fadli Bahruddin. Kabarnya mereka bekerja siang dan malam untuk memperkuat kesan eksotis seluruh sisi tasik.
Kepada Riau Pos, Senin (2/9), dia mengatakan bahwa ejak setahun belakangan pihaknya terus menggesa pembenahan wilayah Tasik Nambus secara swadaya. ”Ini panggilan hati kami untuk membenahi tasik ini agar bermanfaat bagi masyarakat dalam memperkenalkan budaya warisan terdahulu,” ujarnya
Dikatakannya, dia bersama dengan sekitar 20 anggota Pokdarwis bekerja secara swadaya dalam membenahi Tasik Nambus. Mulai dari membuka jalan dengan menebang semak belukar, hingga membersihkan lokasi dengan segala keterbatasan mereka. Menurutnya, izin telah mereka terima dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Disparpora dan pemerintah desa setempat.
Terlebih persiapan itu dilakukan dalam rangka menyambut agenda tahunan mandi safar yang jatuh pada Rabu akhir pekan terakhir Oktober 2019 mendatang. “Tradisi ini sudah dilakukan sejak tasik ini ditemukan, namun tidak seramai saat ini. Sekarang setiap tahunnya dalam pelaksanaan mandi Safar, masyarakat yang hadir bisa sampai ribuan,” ungkapnya.
Dia mengatakan, sebagai ritual yang turun-temurun, kondisi tasik diharapkan dan ditekankan agar tetap bersih. Dirinya mengingatkan sebagai suatu sejarah budaya kearifan lokal, dirinya berharap orang yang hadir juga memiliki niat yang baik untuk membersihkan diri dan menjauhkan niatan yang buruk.
“Tasik ini berarti suci, sehingga tidak boleh dikotori. Niat juga harus baik. Tasik inilah hartanya jadi jangan diusik,” tuturnya lagi.
Selain itu, ke depan pihaknya memiliki gambaran agar ada aturan bagi para pengunjung Tasik Nambus yang berkunjung. “Mulai dari pakaian, cara bersikap dan cara mandinya, sebenarnya ada aturannya,” ujarnya.
Hal tersebut dilakukan agar masyarakat juga lebih memahami budaya dan sejarah dari Tasik Nambus sendiri. “Sehingga kearifan lokal dari nilai Islam dan Melayu tetap bisa terjaga dan dilestarikan.” ujarnya.
Selain sambut agenda mandi Safar, pihaknya juga ingin Tasik Nambus ini menjadi alternatif lain bagi masyarakat sebagai salah satu objek wisata vaforit warga.(*4/gem)
Laporan MUSLIM NURDIN, Selatpanjang