Sabtu, 23 November 2024
spot_img

IDI dan IDAI Imbau Masyarakat Waspadai Hepatitis Akut sejak Dini

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mewaspadai sejak dini sejak kasus hepatitis akut.

Hal ini dilakukan guna menindaklanjuti Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta edaran Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) pada tanggal 27 April 2022.

“Kami meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala Hepatitis pada anak dan dewasa,” ujar Ketua Umum PB IDI dr Moh Adib Khumaidi, SpOT sebagaimana dikutip dari keterangan PB IDI dan IDAI, Selasa (3/5/2022).

Saat ini, hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya telah secara resmi dipublikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, di mana tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

Baca Juga:  Kemenag: Tak Jalani Prokes, Rumah Ibadah Sebaiknya Ditutup

Hepatitis Akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala antara lain perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat), kulit menguning dan terasa gatal. Kemudian ada nyeri sendi atau pegal-pegal disertai demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut. Penderita kemudian lesu, dan atau hilang nafsu makan, diare serta kejang, dan ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST) / SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.

Sementara itu, dari pemeriksaan Laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau Adenovirus. Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.

“Kami pun meminta agar seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala diatas muncul pada pasiennya,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

IDAI juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dan mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya. Kemudian menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.

Baca Juga:  KPK Pastikan Tak Tumpang Tindih dengan Polri Tangani Kasus Asabri

 “Agar mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat,” ujar Piprim.

Sejauh ini, respons klinis dan kesehatan masyarakat telah diterapkan di Inggris Raya dan sejumlah negara, di mana kasus ini muncul untuk mengoordinasikan penemuan kasus dengan penyelidikan penyebab penyakit dalam kasus Hepatitis Akut ini.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI dan juga Dinas Kesehatan RI sedang menyelidiki lebih lanjut untuk memasukkan riwayat perjalanan yang lebih rinci, dan tes virologi/mikrobiologi tambahan. IDI dan IDAI mendukung penuh upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai Hepatitis Akut yang belum diketahui etimologinya ini.

IDI dan IDAI juga meminta bantuan dan dukungan dari setiap tenaga medis dan tenaga Kesehatan untuk aktif mengedukasi masyarakat setempat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mewaspadai sejak dini sejak kasus hepatitis akut.

Hal ini dilakukan guna menindaklanjuti Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta edaran Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) pada tanggal 27 April 2022.

- Advertisement -

“Kami meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala Hepatitis pada anak dan dewasa,” ujar Ketua Umum PB IDI dr Moh Adib Khumaidi, SpOT sebagaimana dikutip dari keterangan PB IDI dan IDAI, Selasa (3/5/2022).

Saat ini, hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya telah secara resmi dipublikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, di mana tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

- Advertisement -
Baca Juga:  KPK Pastikan Tak Tumpang Tindih dengan Polri Tangani Kasus Asabri

Hepatitis Akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala antara lain perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat), kulit menguning dan terasa gatal. Kemudian ada nyeri sendi atau pegal-pegal disertai demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut. Penderita kemudian lesu, dan atau hilang nafsu makan, diare serta kejang, dan ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST) / SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.

Sementara itu, dari pemeriksaan Laboratorium tidak ditemukan virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun pada beberapa kasus ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau Adenovirus. Oleh karena itu, pemeriksaan pathogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut.

“Kami pun meminta agar seluruh dokter anak dan residen dokter anak juga turut mengawasi apabila gejala diatas muncul pada pasiennya,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

IDAI juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan berhati-hati dan mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya. Kemudian menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.

Baca Juga:  Kemenag: Tak Jalani Prokes, Rumah Ibadah Sebaiknya Ditutup

 “Agar mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat,” ujar Piprim.

Sejauh ini, respons klinis dan kesehatan masyarakat telah diterapkan di Inggris Raya dan sejumlah negara, di mana kasus ini muncul untuk mengoordinasikan penemuan kasus dengan penyelidikan penyebab penyakit dalam kasus Hepatitis Akut ini.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI dan juga Dinas Kesehatan RI sedang menyelidiki lebih lanjut untuk memasukkan riwayat perjalanan yang lebih rinci, dan tes virologi/mikrobiologi tambahan. IDI dan IDAI mendukung penuh upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai Hepatitis Akut yang belum diketahui etimologinya ini.

IDI dan IDAI juga meminta bantuan dan dukungan dari setiap tenaga medis dan tenaga Kesehatan untuk aktif mengedukasi masyarakat setempat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari