JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa berujung komplikasi jika tak segera diobati. Hipertensi menjadi ancaman timbulnya jantung koroner, stroke, hingga gagal ginjal. Mirisnya 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Dan gaya hidup mereka masih belum disertai dengan gerak atau olahraga.
Latihan fisik adalah salah satu kunci penting untuk menurunkan tekanan darah. Seperti diketahui, tekanan darah tinggi atau hipertensi termasuk salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan RISKESDAS 2018, prevalensinya pada usia >18 mencapai 34,1 persen. Yang berarti, 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi.
Hipertensi melibatkan banyak faktor penyebab dan perlu diatasi dengan serius, karena memiliki risiko komplikasi ke lima organ penting: otak (stroke), mata (retinopati hipertensi), jantung (penyakit jantung koroner sampai dengan gagal jantung), ginjal (gagal ginjal kronis), dan pembuluh darah perifer. Seseorang disebut menderita hipertensi bila tekanan sistolik >140 mmHg, dan diastolik >90 mmHg.
Dalam webinar ‘Kelas Online Penuh Inspirasi (KOPI) Sehat bersama Good Doctor dan Samsung Galaxy Watch3 dan Watch Active2, masyarakat bisa mengecek tekanan darahnya bisa dengan banyak cara. Misalnya dengan alat pengukur tekanan darah hingga smartwatch.
“Kami mendukung lebih banyak masyarakat Indonesia untuk memulai, menjalankan, dan mempertahankan kebiasaan berolahraga untuk memelihara kebugaran. Dengan smartwatch kini bisa memberi kemampuan health tracking seperti pelacakan denyut nadi, tekanan darah, hingga EKG. Bahkan bisa memonitor saturasi oksigen. Memantau kesehatan kini menjadi lebih mudah,” kata Product Marketing Samsung Indonesia Leo Hendarto, Minggu (2/5).
Olahraga Bagi Pasien Hipertensi
Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga, dr. Michael Triangto, Sp.KO menjelaskan bahwa berlatih fisik secara rutin dan teratur akan memperkuat jantung, sehingga organ vital ini bisa memompa darah dengan lebih mudah. Dengan jantung tidak perlu bekerja keras, tekanan pada pembuluh darah pun turun, sehingga tekanan darah akan lebih rendah, dan terhindar dari risiko hipertensi.
Kementerian Kesehatan menganjurkan untuk melakukan latihan fisik rutin dan teratur 5x seminggu, dengan total 150 menit/minggu. Latihan fisik sebaiknya menggabungkan antara latihan kardio, kekuatan, dan fleksibilitas. Bagi yang sudah memiliki hipertensi, tentu ada rambu-rambu tertentu untuk melakukan latihan fisik, agar tetap aman.
“Mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik jenis aerobik, dengan intensitas ringan sedang, misalnya berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang,” ujar dr. Michael.
Melakukan latihan fisik berat justru bisa berbahaya bagi penderita hipertensi. “Tekanan darah dan denyut jantung bisa tidak terkontrol, dan akibatnya bisa fatal,” imbuh dr. Michael.
Menurutnya, penting untuk memonitor tekanan darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen selama berolahraga.
Tidak hanya dialami oleh orang tua, mereka yang berusia muda dan produktif pun bisa menderita hipertensi.
Sementara itu, penanganan hipertensi tidak mudah, salah satunya karena rendahnya kepatuhan minum obat pasien. Sehingga pemantauan tekanan darah memegang peran penting.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman