JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Kemarin (3/2), jumlahnya mencapai 27.197 kasus. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono, bisa jadi jumlah kasus harian mencapai 150.000 dalam sehari. Hal ini mengingat risiko penularan varian Omicron yang cukup tinggi.
Prediksi yang dikatakan Dante berkaca dari peningkatan kasus di negara lain. Selain itu juga dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia.
"Mungkin akan sedikit lebih tinggi dari pada puncak (varian) Delta," kata Dante kemarin.
Pada puncak varian Delta, jumlah kasus harian mencapai 57.000 kasus. Namun, ini tergantung penerapan protokol kesehatan. Semakin tertib maka risiko peningkatan kasus semakin kecil. Naiknya kasus konfirmasi Covid-19 belakangan diyakini sebagai awal babak gelombang ketiga. Menanggapi hal ini, Dante tidak menampik. Dia justru menyatakan bahwa klaim gelombang ketiga itu baik karena masyarakat bisa waspada.
Kenaikan kasus Covid-19 belakangan juga berdampak pada terisinya tempat isolasi terpusat dan rumah sakit. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menganjurkan agar mereka yang terpapar omicron dibawa ke tempat isolasi terspusat. Namun, belakangan pernyataan itu diralat.
Mereka yang terpapar Omicron, rata-rata tidak bergejala atau bergejala ringan. Sehingga Dante menyarankan agar mereka dirawat di rumah dengan pendampingan tenaga kesehatan melalui telemedicine. Sementara rumah sakit digunakan untuk mereka yang memerlukan alat-alat khusus.
"Dibawa ke rumah sakit kalau ada gejala sedang," katanya.
Dante merincikan yang dibawa ke rumah sakit yang mempunyai komorbid, lansia, dan saturasi oksigennya turun. Presiden Joko Widodo kemarin menanggapi kenaikan kasus Covid-19. Menurutnya lonjakan kasus ini sudah diperkirakan. Sehingga ada persiapan yang lebih baik. Baik dari segi rumah sakit, obat, dan tenaga kesehatan.
"Hingga saat ini kondisi rumah sakit masih terkendali," ucapnya.
Dia meminta masyarakat tetap tenang. "Omicron ini penularan tinggi namun fatalitasnya rendah dibanding Delta," ungkapnya.
Selain itu pasien yang terpapar cukup melakukan isolasi di rumah dan minum obat. Lima hari setelahnya diharuskan untuk melakukan tes PCR. Jokowi menuturkan telah meminta Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan dan Menko Perekonomian Airlangga Hartanto untuk mengevaluasi level PPKM.
"Saya minta Pemda dan TNI serta Polri untuk memastikan penerapan protokol kesehatan. Kurangi aktifitas yang tidak perlu. Bagi yang belum divaksin agar segera divaksin," kata Jokowi.
Dia juga meminta agar vaksin booster digenjot. Selain vaksinasi, pemerintah sebelumnya juga telah menyiapkan beberapa program termasuk rencana kontijensi lainnya guna menekan angka peningkatan kasus Covid-19 antara lain dengan membuka tower Wisma Atlet Pademangan untuk karantina Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), pembukaan Bandara Juanda di Surabaya dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali sebagai pintu masuk udara.
Di samping itu, Satgas Penanganan Covid-19 juga akan mengaktifkan kembali Rusun Nagrak dan Rusun Daan Mogot sebagai tempat isolasi terpusat apabila terjadi lonjakan kasus. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Suharyanto juga meminta segenap unsur komponen baik yang di pusat maupun di daerah serta masyarakat agar terus menerapkan protokol kesehatan. Suharyanto meminta TNI dan Polri untuk membantu penegakan prokes sebagai bagian dari pencegahan Covid-19.
"Kami siapkan tempat isolasi di Wisma Atlet dengan kapasitas 8 ribu tempat tidur. Kita menyiapkan lagi 2 ribu tempat tidur di Wisma Atlet Pademangan," jelas Suharyanto.
Selain itu, Suharyanto menyebut bahwa tujuan pembukaan Bandara Juanda dan Bandara Ngurah Rai Bali adalah agar tidak terjadi penumpukan penumpang di Jakarta. Terutama dari PPLN. Tak hanya di dalam negeri, kenaikan kasus positif Covid-19 juga terjadi pada warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri (LN). Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat adanya lonjakan tajam kasus Covid-19 pada WNI selama periode Desember 2021 sampai awal Februari 2022 ini. Hingga kemarin (3/2), jumlah WNI yang terpapar Covid-19 mencapai 8.379 orang.
"Dari total 8.379 kasus Covid-19 WNI di seluruh dunia, 6.768 sembuh, 278 meninggal dunia, dan 1333 berada dalam perawatan," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu Judha Nugraha dalam press briefing secara virtual, Kamis (3/2).
Dia merinci, antara November-Desember 2021 terjadi peningkatan kasus Covid-19 sebanyak 242 kasus. Kemudian, dari Desember 2021 hingga Januari 2022 bertambah 1.082 kasus. Kondisi serupa juga terjadi antara Januari ke Februari 2022, yakni penambahan sebanyak 974 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, terbanyak terjadi pada WNI di Singapura. Ada sekitar 831 kasus yang dilaporkan di sana. Disusul Qatar 809 kasus. Lalu, Brunei Darussalam 648 kasus, Korea Selatan 541 kasus, dan Inggris 422 kasus.
Lonjakan pesat ini, kata dia, telah menjadi perhatian peerintah. Melalui perwakilan di luar negeri, pemerintah tetap memastikan bagaimana Kemenlu dapat memberikan perlindungan dan pencegahan terahdap WNI di luar negeri. Termasuk, agar tidak bertambah lagi jumlah yang terpapar Covid-19.
Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan yakni, membantu WNI yang terinfeksi Covid-19 untuk mendapat akses fasilitas kesehatan, memberikan bantuan logistik, hingga fasilitas repatriasi. Untuk bantuan logistik, diutamakan pada WNI yang terdampak kebijakan pembatasan mobilitas yang diterapkan oleh beberapa negara. lalu, untuk WNI undocumented dan pekerja harian lepas yang mengandalkan gaji harian.
Untuk repatriasi, Kemenlu telah memfasilitasi repatriasi bagi ABK yang terdampak kondisi pandemi Covid-19 baik yang terpapar ataupun tak bisa bekerja sementara. ABK yang dibantu meliputi ABK kapal niaga maupun kapal ikan.
"Kemudian perwakilan RI juga menyediakan fitur khusus Covid-19 di portal peduli WNI," jelasnya.
Hal ini untuk memudahkan WNI mendapatkan informasi terkini terkait kondisi Covid-19 di negara setempat. Termasuk, kebijakan penanganan Covid-19 di negara tersebut.(lyn/tau/mia/jpg)