JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Tanpa promosi bombastis, comeback Coldplay mungkin sudah laris manis. Mereka punya basis fans militan buah 23 tahun perjalanan karir. Namun, band asal Inggris itu menempuh jalur tak biasa buat promosi Everyday Life, double album yang dirilis pada 22 November mendatang.
Grup yang memulai debut pada 1996 tersebut mengumumkan daftar lagunya di iklan baris Daily Post, surat kabar lokal Flintshire, Wales, pada 24 Oktober lalu. Wales merupakan kampung halaman lead guitarist Jonny Buckland.
Posisi iklan tidak mencolok. Ada di halaman 31, bersanding dengan iklan baris lainnya dan penawaran dipan. Tidak ada ilustrasi, bahkan logo band sekalipun.
Editor Daily Post Andy Campbell mengaku baru menyadari iklan itu dari telepon pembaca.
”Ini adalah trik pemasaran brilian. Karena iklan tersebut, setiap orang membicarakan album baru dan daftar lagunya,” paparnya sebagaimana dikutip BBC. ”Mungkin perwakilan label rekaman atau Jonny Buckland sendiri yang menelepon tim iklan kami dan meminta pemasangan iklan,” imbuh Campbell.
Di akun Twitter Coldplay, Buckland mencuit dirinya pernah bekerja di Daily Post untuk mengisi liburan. Tugasnya memasang foto iklan rumah. ”Dan saya sangat tidak cakap melakukan pekerjaan itu,” tulisnya.
Pada hari yang sama, iklan serupa muncul di Inggris. Yang pertama di Express and Echo, koran lokal Exeter, kota kelahiran sang vokalis, Chris Martin. Lalu, harian lokal Southampton, kota drumer Will Champion lahir dan besar, Daily Echo. Iklan juga muncul di koran Melbourne The Age, koran berbahasa Mandarin Sin Chew Daily, dan koran Prancis Le Monde.
Keputusan Coldplay tersebut banyak diapresiasi. Claire Wolfe, dosen senior bidang jurnalistik University of Worcester, Inggris, menilai, pemasangan iklan itu merupakan pengakuan besar buat koran lokal.
”Koran lokal sangat penting buat menjalin komunikasi akar rumput. Menunjukkan koran masih punya tempat di tengah era komunikasi digital, termasuk media sosial,” paparnya ketika diwawancarai BBC Wales.
Dia menjelaskan, koran masih punya pengaruh besar di tengah arus informasi daring. ”Tidak semua orang bergantung pada teknologi untuk mendapatkan informasi. Penerbitan informasi secara tradisional bisa menjangkau audiens dengan lebih baik,” lanjut Wolfe.
Editor: E Sulaiman