Turunnya harga minyak mentah dunia beberapa waktu lalu dan pengelolaan lapangan-lapangan tua menjadi tantangan tersendiri bagi industri minyak dan gas (migas). Namun terobosan optimalisasi kegiatan operasi dan efisiensi biaya produksi menjadikan perusahaan migas tetap kompetitif melalui pemanfaatan teknologi digital.
Laporan: HENNY ELYATI (Pekanbaru)
DI era revolusi 4.0 semua sektor melakukan inovasi digital, tidak terkecuali sektor migas. Penerapan teknologi digital (pengelolaan big data) berdampak sangat signifikan terhadap kinerja produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan yang kini dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). WK ini mampu menekan angka potensi kehilangan produksi minyak (loss production opportunity/ LPO) hingga 40 persen.
Para petinggi Pertamina seperti Dewan Komisaris PT Pertamina Hulu Rokan, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Direktur Penunjang Bisnis PT Pertamina (Persero), Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pertamina (Persero) datang berkunjung melihat langsung pusat fasilitas pengelolaan big data di WK Rokan yang bernama Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC).
Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin menjelaskan, peningkatan produksi WK Rokan didukung oleh beberapa faktor utama. Yakni kegiatan pengeboran sumur-sumur produksi minyak yang baru, upaya menahan laju penurunan produksi alamiah (natural decline), dan menjaga keandalan fasilitas operasi produksi. Faktor-faktor tersebut juga sangat ditunjang oleh penerapan teknologi digital yang masif di WK Rokan.
IODSC memanfaatkan transformasi digital dengan menyimpan pengetahuan dari para ahli dari berbagai bidang dan mengimplementasikannya untuk kinerja sumur dan peralatan. “Data yang dikumpulkan setiap hari di gudang data (data warehouse) dapat dikorelasikan dengan data lain dan diubah menjadi informasi yang bermanfaat,” ujar Jaffee, kemarin.
Sejak alih kelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021, PHR kini telah mengebor lebih dari 70 sumur. Sebagian besar di antaranya mampu menghasilkan tingkat produksi yang melebihi target.
Saat ini, kata Jaffee, PHR mengoperasikan 16 rig yang akan bertambah secara bertahap untuk mendukung program pengeboran 161 sumur baru periode Agustus hingga Desember 2021.
“Kami melakukan berbagai terobosan agar program pengeboran berjalan selamat, andal dan efisien. Seluruh fungsi-fungsi yang ada berkolaborasi sebagai one team (satu tim, Red.) untuk mewujudkan tujuan yang sama dalam mendukung ketahanan energi dan produksi nasional,” tegas Jaffee.
Dalam upaya pencapaian target pengeboran, PHR berhasil melakukan efisiensi waktu yang lebih cepat. Keberhasilan tersebut dicapai melalui beberapa terobosan di lapangan, antara lain, memanfaatkan rig pengeboran (drilling rig) sekaligus untuk pekerjaan komplesi, melakukan defensive drilling dengan mengatur drilling parameter di daerah yang berpotensi kehilangan sirkulasi, meningkatkan keandalan peralatan pemboran, dan merencanakan seluruh rangkaian kegiatan secara matang sehingga durasi kegiatan pengeboran lebih efisien, termasuk proses pengadaan barang dan jasa.
Ditambahkan Jaffee, target dan kerja keras PHR merupakan bagian dari upaya pencapaian target produksi minyak yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni 1 juta BOPD (barrel oil per day) pada 2030 mendatang. WK Rokan merupakan salah satu tulang punggung utama dalam pencapaian target tersebut.
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama mengapresiasi penerapan digitalisasi di WK Rokan, Riau. Dia menilai langkah progresif itu dapat mendukung operasi hulu migas yang selamat, andal, dan efisien sehingga memberikan devisa lebih besar bagi negara.
”Digitalisasi di WK Rokan bisa dijadikan acuan untuk memperluas penerapannya di seluruh operasi hulu Pertamina, bahkan bisa juga untuk sektor hilir juga. Sistem di IODSC ini juga bisa diterapkan ke Pertamina Integrated Command Center agar dengan data dan orang yang benar maka ada pengambilan keputusan yang tepat. Semua upaya kita bertujuan untuk optimisasi devisa,” ungkap Basuki pada Selasa (14/9) ketika berkunjung ke fasilitas IODSC di Minas. "Alih kelola WK Rokan bukan hanya tentang pengalihan wilayah kerja, namun juga tentang sistem dan keahlian orang-orangnya,” imbuh Basuki.
Direktur Penunjang Bisnis PT Pertamina (Persero) Dedi Sunardi mengatakan, pihaknya berharap keandalan fasilitas IODSC bisa diikuti oleh wilayah kerja hulu migas Pertamina lainnya. Langkah strategis Pertamina dalam pengembangan teknologi digital merupakan upaya mengoptimalkan proses bisnis dengan teknologi mutakhir, memperkuat inovasi bisnis dan membangun kolaborasi guna mewujudkan operasi yang efisien.
“Sebagai tahap awal, kita mulai dengan WK lainnya di Regional 1 Sumatera. Saya harapkan hal tersebut diwujudkan dalam waktu dekat, setidaknya awal tahun depan,” tegas Dedi.
Sebagai tahap awal, Tim teknis TI Holding, Subholding Upstream Pertamina dan tim IODSC WK Rokan telah menyusun peta jalan (road map) untuk memperluas penerapan digitalisasi di Regional 1, sebelum diperluas lagi ke regional-regional lainnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat standarisasi penerapan teknologi digital di sektor hulu migas Pertamina.