JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus positif Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda menurun. Pemerintah pun diminta tidak terlalu memprioritaskan ekonomi sehingga mengorbankan kesehatan masyarakat.
Berdasar catatan Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus positif per 1 Agustus 2020 adalah 109.936 setelah ada penambahan 1.560 kasus baru. Lalu, jumlah kasus sembuh melampaui kasus positif dengan 2.012 kasus baru. Dengan demikian, total kasus sembuh 67.919 orang. Sementara itu, jumlah kematian bertambah menjadi 5.193 setelah ada 62 kasus baru.
Satgas mencatat, hingga kemarin sudah lebih dari 1.500.000 spesimen yang diperiksa dari total 875.849 orang. Khusus pada 1 Agustus kemarin, tingkat positivity rate cukup tinggi, yakni berada pada 16,68 persen dari total orang yang diperiksa.
Meski demikian, secara nasional, angka positivity rate menjadi 12,55 persen. Sedikit menurun dari periode akhir Juli yang mencapai 13 persen. Secara nasional, tercatat 126 orang terkonfirmasi Covid-19 per 1.000 orang yang diperiksa.
Provinsi DKI Jakarta masih menjadi yang tertinggi dengan 368 kasus baru. Meski demikian, jumlah kasus sembuh jauh lebih banyak, yakni 679 orang. Lalu, Jawa Timur ada pertambahan 235 kasus baru dan 462 orang sembuh. Jawa Tengah 143 kasus baru dan 301 sembuh. Data itu menunjukkan bahwa tiga provinsi dengan pertumbuhan kasus tertinggi nasional mencatatkan kasus sembuh yang lebih tinggi dari kasus konfirmasi positif.
Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dedi Supratman menjelaskan, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia melampaui prediksi para pakar. Per 31 Juli, Indonesia berada di urutan ke-24 negara dengan jumlah kasus terbanyak, yakni di angka 108.376. ”Para pakar memprediksi 100 ribuan di akhir Juli,” ujarnya dalam diskusi virtual yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Indonesia kemarin.
Itu menunjukkan bahwa perkembangan penularan Covid-19 di Indonesia memang cukup pesat. Maka, mau tidak mau Indonesia harus memperkuat upaya pencegahan. Apalagi, tren catatan kasus harian sudah di kisaran 2.000. ”Kita belum bicara second wave ya. Ini kita masih gelombang pertama,” lanjutnya.
Dedi mengingatkan, untuk menemukan sekitar 90 ribu kasus, Tiongkok melakukan tes kepada lebih dari 90 juta orang. Sementara Indonesia baru mengetes 866 ribuan orang sudah menghasilkan 108 ribu kasus. ”Kalau kita up (naikkan) jumlah testing-nya sampai seperti Tiongkok, tidak tertutup kemungkinan jumlah (kasus) kita akan jauh lebih besar,” jelasnya.
Karena itu, Dedi mendorong agar Satgas Penanganan Covid-19 memberikan perhatian khusus kepada proses yang terkait tracing, testing, dan treatment. Mulai dengan testing yang cukup dan pengadaan alat pelindung diri (APD). Semua fasilitas pendukung yang diperlukan RS harus dipenuhi negara untuk memastikan mereka terus mampu melayani pasien.
Potensi klaster penularan baru di kantor, pasar, dan pusat-pusat keramaian masih besar. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang tidak patuh pada protokol kesehatan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman