Jumat, 22 November 2024
spot_img

Bakau Dibalak Liar, Udang dan Kepiting Sulit Didapat

BATAM (RIAUPOS.CO) — Aktivitas pembalakan kayu bakau yang diduga akan dijual ke luar negeri marak terjadi di pulau-pulau yang ada di wilayah Kecamatan Sagulung dan Bulang, Batam. Nelayan resah sebab aktivitas pembalakan hutan bakau ini masih berlanjut hingga saat ini. Puluhan hektare hutan bakau rusak parah.

Padahal, hamparan hutan bakau di pesisir pulau-pulau yang ada merupakan harapan bagi nelayan untuk menangkap udang dan kepiting. Situasi perairan Batam yang tak lagi sehat akibat padatnya aktivitas pelayaran dan galangan kapal mengharuskan nelayan untuk bergantung hidup pada deretan hutan bakau demi mendapatkan udang dan kepiting.

Harapan ini kian memudar sebab hutan bakau yang diandalkan, perlahan-lahan dibabat demi kepentingan sekelompok orang. Batang kayu bakau dikumpulkan dan diangkut menggunakan kapal kayu ke negara lain.

Baca Juga:  PP IPHI Minta Daerah Selenggarakan Bimbingan Manasik Haji Gratis

Inilah yang dikeluhkan sejumlah nelayan saat dijumpai RPG di pelabuhan Sagulung, akhir pekan lalu. Seorang nelayan mengaku pembalakan hutan bakau paling parah terjadi di salah satu sungai di Pulau Jalo. Puluhan hektare hutan bakau sudah dibabat untuk mendapatkan batang kayu bakau.

"Sepekan bisa sampai dua kali kapal jemput kayu-kayu itu. Habis hutan bakau di pulau-pulau ini. Kami tak mampu melarang karena orang ini banyak bekingan," ujarnya.

Aktivitas pembalakan dilakukan hampir setiap hari. Kayu-kayu hasil pembalakan liar dikumpulkan di pinggir sungai kemudian diantar ke pelabuhan Dapur 12, Sagulung untuk diberangkatkan ke luar negeri. Penyelundupan kayu ini dilakukan menggunakan kapal bermuatan sekitar 50-60 ton sekali antar.

Bahkan, ia mengatakan, kapal pembawa muatan kayu bakau tersebut biasanya lepas tali pada malam hari dengan rute Dapur 12 ke Pulau Bulang, lanjut Selat Penyu, kemudian Pulau Labun/Pompen. "Mereka angkutnya memang sengaja pilih malam hari agar tak ketahuan," ujar sumber tersebut.

Baca Juga:  Indonesia Ajak Malaysia Sama-Sama Melawan Kampanye Negatif Sawit

Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (Kabid BKLI) Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe B Batam Sumarna, saat dikonfirmasi mengatakan akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat pulau itu.

"Akan kami tindak lanjuti. Kawan-kawan bagian penindakan sudah kami informasikan untuk mengecek," ujarnya.

Camat Bulang, Nasrun saat dikonfirmasi juga menyampaikan hal yang sama. Keluhan nelayan tersebut juga akan ditindaklanjuti oleh pihak kecamatan. "Baik, kami akan cek juga. Belum tahu di mana lokasinya," ujar Nasrun.
Sumber : RPG
Editor : Rinaldi

 

BATAM (RIAUPOS.CO) — Aktivitas pembalakan kayu bakau yang diduga akan dijual ke luar negeri marak terjadi di pulau-pulau yang ada di wilayah Kecamatan Sagulung dan Bulang, Batam. Nelayan resah sebab aktivitas pembalakan hutan bakau ini masih berlanjut hingga saat ini. Puluhan hektare hutan bakau rusak parah.

Padahal, hamparan hutan bakau di pesisir pulau-pulau yang ada merupakan harapan bagi nelayan untuk menangkap udang dan kepiting. Situasi perairan Batam yang tak lagi sehat akibat padatnya aktivitas pelayaran dan galangan kapal mengharuskan nelayan untuk bergantung hidup pada deretan hutan bakau demi mendapatkan udang dan kepiting.

- Advertisement -

Harapan ini kian memudar sebab hutan bakau yang diandalkan, perlahan-lahan dibabat demi kepentingan sekelompok orang. Batang kayu bakau dikumpulkan dan diangkut menggunakan kapal kayu ke negara lain.

Baca Juga:  Segera Unduh, Semua Akses Publik Akan Pakai Aplikasi Peduli Lindungi

Inilah yang dikeluhkan sejumlah nelayan saat dijumpai RPG di pelabuhan Sagulung, akhir pekan lalu. Seorang nelayan mengaku pembalakan hutan bakau paling parah terjadi di salah satu sungai di Pulau Jalo. Puluhan hektare hutan bakau sudah dibabat untuk mendapatkan batang kayu bakau.

- Advertisement -

"Sepekan bisa sampai dua kali kapal jemput kayu-kayu itu. Habis hutan bakau di pulau-pulau ini. Kami tak mampu melarang karena orang ini banyak bekingan," ujarnya.

Aktivitas pembalakan dilakukan hampir setiap hari. Kayu-kayu hasil pembalakan liar dikumpulkan di pinggir sungai kemudian diantar ke pelabuhan Dapur 12, Sagulung untuk diberangkatkan ke luar negeri. Penyelundupan kayu ini dilakukan menggunakan kapal bermuatan sekitar 50-60 ton sekali antar.

Bahkan, ia mengatakan, kapal pembawa muatan kayu bakau tersebut biasanya lepas tali pada malam hari dengan rute Dapur 12 ke Pulau Bulang, lanjut Selat Penyu, kemudian Pulau Labun/Pompen. "Mereka angkutnya memang sengaja pilih malam hari agar tak ketahuan," ujar sumber tersebut.

Baca Juga:  Indonesia Ajak Malaysia Sama-Sama Melawan Kampanye Negatif Sawit

Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (Kabid BKLI) Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe B Batam Sumarna, saat dikonfirmasi mengatakan akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat pulau itu.

"Akan kami tindak lanjuti. Kawan-kawan bagian penindakan sudah kami informasikan untuk mengecek," ujarnya.

Camat Bulang, Nasrun saat dikonfirmasi juga menyampaikan hal yang sama. Keluhan nelayan tersebut juga akan ditindaklanjuti oleh pihak kecamatan. "Baik, kami akan cek juga. Belum tahu di mana lokasinya," ujar Nasrun.
Sumber : RPG
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari