JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Di pengujung penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia kemarin (31/10), Presiden Joko Widodo menerima penyerahan keketuaan atau presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia Mario Draghi.
Amanat itu memiliki peran strategis dan harus dimanfaatkan Indonesia sebaik-baiknya.
Amanah presidensi G20 itu merupakan pertama bagi Indonesia. Durasinya hampir satu tahun. Yaitu mulai 1 Desember 2021 sampai 30 November tahun depan.
"Kegiatan G20 di bawah kepemimpinan Indonesia sudah akan mulai di Desember ini," kata Jokowi sebelum terbang ke Italia.
Dia mengatakan amanah tersebut merupakan sebuah kehormatan sekaligus tantangan besar yang harus dijalankan dengan baik. Setelah menghadiri KTT G20 di Roma, Italia, Jokowi dan rombongan terbang menuju Skotlandia. Jokowi direncanakan menghadiri KTT Pemimpin Dunia COP26 di Glasgow, Skotlandia pada 1-2 November. Setelah itu Jokowi mengakhiri lawatannya dengan berkunjung ke Uni Emirat Arab.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan pertemuan tingkat tinggi G20 nantinya akan digelar di Bali. Keterangan tersebut dia sampaikan saat memberikan sambutan dalam penutupan Mahasabha XII Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Jakarta kemarin (31/10). "Saya berharap agar pelaksanaan tersebut berjalan dengan sukses," tuturnya.
Ma’ruf mengatakan masyarakat Bali selama ini telah memiliki banyak pengalaman menjadi tuan rumah dari berbagai even nasional dan internasional. Dia meyakini dan percaya acara G20 di Bali nantinya berjalan sukses. "Masyarakat Bali juga memiliki modal lain yang tak kalah penting," katanya. Yaitu modal berupa menyatunya sikap budaya atau nilai budaya dan penghayatan beragama.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan sejumlah kegiatan yang diikuti oleh Jokowi selama pelaksanaan G20. Di hari pertama, Jokowi telah menyampaikan statement nasional mengenai ekonomi dan kesehatan. Tema ini memang dibahas oleh para leaders negara G20 dalam upaya bersama untuk keluar dari krisis, baik kesehatan maupun ekonomi akibat pandemi.
Dalam pernyataannya, lanjut dia, Presiden menyampaikan pentingnya penguatan arsitektur ketahanan global inklusif yang berpegang teguh pada solidaritas, keadilan, transparansi, dan kesetaraan. Untuk bisa mencapai hal tersebut, Jokowi mengusulkan beberapa langkah. Diantaranya, membuat mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global, menyusun protokol kesehatan global untuk aktivitas lintas negara, hingga optimalisasi peran G20 dalam mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat dan alat kesehatan esensial.
"Selain penguatan ketahanan kesehatan global, presiden juga menekankan pentingnya mempercepat pemulihan ekonomi global yang lebih kuat dan berkelanjutan," ujarnya.