Minggu, 7 Juli 2024

Gajah Bunting Berusia 25 Tahun Mati di Kawasan Konsesi

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kelompok Gajah Seruni kembali berkurang jumlahnya. Ini menyusul tewasnya gajah sumatera (elephas maximus Sumatranus) berjenis kelamin betina berusia 25 tahun di kawasan konsesi salah satu perusahaan di Desa Koto Pait Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Rabu (25/5).

Tidak ada tanda kekerasan ditemukan di tubuh gajah yang dalam kondisi bunting tersebut. Namun gajah tersebut mengeluarkan darah dari mulut, hidung dan telinga. Sebelum ada kematian tersengat listrik dan mati misterius dengan mulut, hidung dan telinga mengeluarkan darah ini,  kelompok gajah Seruni ini secara berjumlah 17 ekor.

- Advertisement -

Plt Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Fifin Arfiana Jogasara, Kamis (26/5) menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kematian gajah sumatera tersebut. Tim BBSKDA menurut Fifin telah mengambil sampel hati, dinding usus, paru dan kotoran gajah tersebut untuk dilakukan uji laboratorium.

Baca Juga:  Ratusan Orang Dilayani Setiap Hari

"Organ dalam gajah masih dalam pemeriksaan. Kami sudah mengirimkan organ dalam gajah ke Balai Veteriner di Bukittinggi untuk pemeriksaan. Kami berharap hasil dari pemeriksaan laboratorium bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penyebab kematian satwa dilindungi ini," ungkap Fifin.

Fifin juga menyampaikan kesedihan yang mendalam bagi dunia konservasi. Tidak hanya karena seekor induk gajah bunting yang tergeletak tegang dan mati. Tapi anak dalam kandungannya juga tidak terselamatkan. Padahal berdasarkan pemeriksaan tim dokter BBSKDA, gajah berusia sekitar 25 tahun ini akan segera melahirkan dalam hitungan hari sebelum kematiannya.

- Advertisement -

Terkait kematian gajah yang berada di kawasan konservasi, Fifin enggan berspekulasi, terutama terkait adanya isu bahwa gajah tersebut mati karena diracun. Pihaknya akan menunggu uji laboratorium. Namun saat pemeriksaan Fifin menyebutkan, dalam perut gajah juga ditemukan buah nanas. Hal itu juga akan menjadi objek pemeriksaan.

Baca Juga:  Junjung Tinggi Sportivitas

"Kami bersama kepolisian akan melakukan upaya hukum, melakukan penyelidikan terkait kematian satwa gajah ini. Dari hasil nekropsi memang tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Namun gajah mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan telinga," ujarnya.(end)

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kelompok Gajah Seruni kembali berkurang jumlahnya. Ini menyusul tewasnya gajah sumatera (elephas maximus Sumatranus) berjenis kelamin betina berusia 25 tahun di kawasan konsesi salah satu perusahaan di Desa Koto Pait Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Rabu (25/5).

Tidak ada tanda kekerasan ditemukan di tubuh gajah yang dalam kondisi bunting tersebut. Namun gajah tersebut mengeluarkan darah dari mulut, hidung dan telinga. Sebelum ada kematian tersengat listrik dan mati misterius dengan mulut, hidung dan telinga mengeluarkan darah ini,  kelompok gajah Seruni ini secara berjumlah 17 ekor.

Plt Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Fifin Arfiana Jogasara, Kamis (26/5) menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kematian gajah sumatera tersebut. Tim BBSKDA menurut Fifin telah mengambil sampel hati, dinding usus, paru dan kotoran gajah tersebut untuk dilakukan uji laboratorium.

Baca Juga:  Lima Kontraktor Diputus Kontrak

"Organ dalam gajah masih dalam pemeriksaan. Kami sudah mengirimkan organ dalam gajah ke Balai Veteriner di Bukittinggi untuk pemeriksaan. Kami berharap hasil dari pemeriksaan laboratorium bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penyebab kematian satwa dilindungi ini," ungkap Fifin.

Fifin juga menyampaikan kesedihan yang mendalam bagi dunia konservasi. Tidak hanya karena seekor induk gajah bunting yang tergeletak tegang dan mati. Tapi anak dalam kandungannya juga tidak terselamatkan. Padahal berdasarkan pemeriksaan tim dokter BBSKDA, gajah berusia sekitar 25 tahun ini akan segera melahirkan dalam hitungan hari sebelum kematiannya.

Terkait kematian gajah yang berada di kawasan konservasi, Fifin enggan berspekulasi, terutama terkait adanya isu bahwa gajah tersebut mati karena diracun. Pihaknya akan menunggu uji laboratorium. Namun saat pemeriksaan Fifin menyebutkan, dalam perut gajah juga ditemukan buah nanas. Hal itu juga akan menjadi objek pemeriksaan.

Baca Juga:  Saksi Sebut Penjemputan Sampah Sering Telat

"Kami bersama kepolisian akan melakukan upaya hukum, melakukan penyelidikan terkait kematian satwa gajah ini. Dari hasil nekropsi memang tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Namun gajah mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan telinga," ujarnya.(end)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari