Sang Penyampai Aspirasi

BERKIPRAH selama 23 tahun di kancah politik, membuat Syafaruddin Poti memiliki banyak pengalaman dalam menuntaskan segala persoalan masyarakat. Bahkan perjuangan pria yang menjabat Wakil Ketua DPRD Riau ini, juga tidak mudah. Pernah menjadi pencuci mobil, pemotong kain, buruh becak hingga pekerja perusahaan pernah dilakoni Syafaruddin Poti sewaktu muda.

Diawali dengan dirinya tamat sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 1992, Poti, begitu sapaan akrab politisi PDI Perjuangan ini, langsung bekerja di tanah kelahirannya. Yakni di Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu. Dilatar belakangi perjuangan persoalan perkebunan masyarakat, pada 1998 dia kemudian terjun ke panggung politik. Saat itu sudah langsung menjabat sebagai ketua ranting.

- Advertisement -

"Pada tahun 1999 jadi ketua PAC Kecamatan Kepenuhan. Tahun 2000 kan pemekaran Rohul dari Kabupaten Kampar. Kemudian dibentuk pemerintahannya, saya duduk di DPRD Rohul mewakili dapil Rambah," sebut Poti bercerita.

Saat menjadi legislator, dirinya menjabat sebagai ketua fraksi selama 4 tahun sampai 2004. Setelah itu, ia kemudian mencalonkan diri kembali sebagai calon legislatif pada tahun 2004 dari dapil Kepenuhan. Saat itu ia dipercaya partai untuk menduduki posisi Wakil Ketua DPRD hingga 2009. Namun dalam kiprahnya sebagai legislator saat itu banyak menyaksikan sejarah langsung perkembangan Kabupaten Rohul.

- Advertisement -

Itu terjadi pada tahun 2004-2007. Diantaranya adalah pemekaran kecamatan di Rohul. Dari 7 kecamatan menjadi 16 kecamatan. Bahkan desa tanah kelahirannya sendiri juga ikut pemekaran. Dari 1 menjadi 3 desa. Lanjut di 2009, ia kemudian kembali mencalonkan diri melalui dapil Tambusai Utara. Terpilih kembali dan menjabat selama periode 2004-2009. Ketika itu ia diamanahkan sebagai ketua komisi I DPRD Rohul.

"2014 maju lagi di DPRD provinsi. Alhamdulillah, sebentar menjabat, 2015 direkom partai jadi calon bupati. Namun belum beruntung. Kemudian maju lagi di 2019 sebagai caleg DPRD provinsi. Saat itu hampir-hampir kalah. Dapat sisa suara. Saat menjabat pertama diamanatkan sebagai ketua fraksi. Kemudian 2020 Pak Zukri maju jadi calon bupati, saya diamanahkan menduduki posisi Pak Zukri sebagai Wakil Ketua DPRD Riau sampai saat ini," kenangnya.

Dengan banyaknya pengalaman serta capaian yang telah diraih, pria bergelar Datuk Uwang Kayo Mudo ini memiliki konsep hidup sangat sederhana. Yakni bekerja sesuai apa yang bisa dikerjakan. Kemudian yang terpenting adalah meluruskan niat berjuang agar bisa berguna untuk orang banyak. Poti juga tidak muluk-muluk mengejar ambisi serta tidak pula mengejar sesuatu yang lebih.

"Tentu perjuangan kita bermanfaat bagi banyak orang banyak, itu adalah motivasi mengabdi. Kita bermanfaat itu saja. Bukan berarti cari kekayaan kesombongan, tidak. Jabatan itu sebuah amanah," tuturnya.

Soal kondisi Riau hari ini, ia berharap pemangku kebijakan dapat lebih lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat Riau. Termasuk kepastian lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Karena sejauh ini, pemberdayaan pertanian dan perkebunan juga masih minim dilakukan oleh pemerintah daerah. Seharusnya, Riau yang memiliki perkebunan dengan luasan cukup besar, bisa lebih mensejahterakan kehidupan masyarakatnya.

"Yang kedua pengembangan inovasi membuat dunia usaha berkembangan. Kalau hari ini kita bicara pertanian. Masyarakat Riau kurang pembinaan petani. Perkebunan juga masih biasa. Belum ada penyuluhan pemda. Ini perlu terobosan petani butuh edukasi oleh pemda," harapnya.(nda)

 

BERKIPRAH selama 23 tahun di kancah politik, membuat Syafaruddin Poti memiliki banyak pengalaman dalam menuntaskan segala persoalan masyarakat. Bahkan perjuangan pria yang menjabat Wakil Ketua DPRD Riau ini, juga tidak mudah. Pernah menjadi pencuci mobil, pemotong kain, buruh becak hingga pekerja perusahaan pernah dilakoni Syafaruddin Poti sewaktu muda.

Diawali dengan dirinya tamat sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 1992, Poti, begitu sapaan akrab politisi PDI Perjuangan ini, langsung bekerja di tanah kelahirannya. Yakni di Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu. Dilatar belakangi perjuangan persoalan perkebunan masyarakat, pada 1998 dia kemudian terjun ke panggung politik. Saat itu sudah langsung menjabat sebagai ketua ranting.

"Pada tahun 1999 jadi ketua PAC Kecamatan Kepenuhan. Tahun 2000 kan pemekaran Rohul dari Kabupaten Kampar. Kemudian dibentuk pemerintahannya, saya duduk di DPRD Rohul mewakili dapil Rambah," sebut Poti bercerita.

Saat menjadi legislator, dirinya menjabat sebagai ketua fraksi selama 4 tahun sampai 2004. Setelah itu, ia kemudian mencalonkan diri kembali sebagai calon legislatif pada tahun 2004 dari dapil Kepenuhan. Saat itu ia dipercaya partai untuk menduduki posisi Wakil Ketua DPRD hingga 2009. Namun dalam kiprahnya sebagai legislator saat itu banyak menyaksikan sejarah langsung perkembangan Kabupaten Rohul.

Itu terjadi pada tahun 2004-2007. Diantaranya adalah pemekaran kecamatan di Rohul. Dari 7 kecamatan menjadi 16 kecamatan. Bahkan desa tanah kelahirannya sendiri juga ikut pemekaran. Dari 1 menjadi 3 desa. Lanjut di 2009, ia kemudian kembali mencalonkan diri melalui dapil Tambusai Utara. Terpilih kembali dan menjabat selama periode 2004-2009. Ketika itu ia diamanahkan sebagai ketua komisi I DPRD Rohul.

"2014 maju lagi di DPRD provinsi. Alhamdulillah, sebentar menjabat, 2015 direkom partai jadi calon bupati. Namun belum beruntung. Kemudian maju lagi di 2019 sebagai caleg DPRD provinsi. Saat itu hampir-hampir kalah. Dapat sisa suara. Saat menjabat pertama diamanatkan sebagai ketua fraksi. Kemudian 2020 Pak Zukri maju jadi calon bupati, saya diamanahkan menduduki posisi Pak Zukri sebagai Wakil Ketua DPRD Riau sampai saat ini," kenangnya.

Dengan banyaknya pengalaman serta capaian yang telah diraih, pria bergelar Datuk Uwang Kayo Mudo ini memiliki konsep hidup sangat sederhana. Yakni bekerja sesuai apa yang bisa dikerjakan. Kemudian yang terpenting adalah meluruskan niat berjuang agar bisa berguna untuk orang banyak. Poti juga tidak muluk-muluk mengejar ambisi serta tidak pula mengejar sesuatu yang lebih.

"Tentu perjuangan kita bermanfaat bagi banyak orang banyak, itu adalah motivasi mengabdi. Kita bermanfaat itu saja. Bukan berarti cari kekayaan kesombongan, tidak. Jabatan itu sebuah amanah," tuturnya.

Soal kondisi Riau hari ini, ia berharap pemangku kebijakan dapat lebih lagi memikirkan kesejahteraan masyarakat Riau. Termasuk kepastian lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Karena sejauh ini, pemberdayaan pertanian dan perkebunan juga masih minim dilakukan oleh pemerintah daerah. Seharusnya, Riau yang memiliki perkebunan dengan luasan cukup besar, bisa lebih mensejahterakan kehidupan masyarakatnya.

"Yang kedua pengembangan inovasi membuat dunia usaha berkembangan. Kalau hari ini kita bicara pertanian. Masyarakat Riau kurang pembinaan petani. Perkebunan juga masih biasa. Belum ada penyuluhan pemda. Ini perlu terobosan petani butuh edukasi oleh pemda," harapnya.(nda)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya