Minggu, 7 Juli 2024

Penyebab Retak Flyover Simpang SKA

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dari pemberi­taan yang katanya viral dan penuh dengan penilaian, pendapat dan penjelasan yang sangat rasional menurut para pihak, baik pengamat, pakar maupun dari Dinas PUPR terhadap retak atau berongganya sambungan atau expantion joint pada flyover simpang SKA.

Menurut penjelasan Pengamat Perkotaan dan juga Dosen Teknik Sipil UIR Ir Rony Ardiansyah MT IP-U, beberapa hal yang perlu dia utarakan di sini, yakni: Pertama, rongga yang katanya kelihatan seperti retak itu tidak perlu terlalu dicemas karena hal tersebut diakui dan saya pun sependapat dengan pakar konstruksi yang mengatakan, itu masalah ‘non struktural’ jadi tidak menimbulkan rubuhnya struktur flyover, namun Dinas PUPR harusnya memperbaiki sambungan/dilatasi tersebut tidak sekedar berargumen saja agar kelihatan oleh masyarakat secara kasat mata tidak ada masalah struktral.

- Advertisement -
Baca Juga:  DPRD Dalami Proses Perizinan PT BTA

Kedua, meskipun katanya non struktural, tidak tertutup kemungkinan menjadi masalah struktural, bila jarak antara sambungan (dilatasi) itu dikerjakan terlalu dekat lebih dekat dari batas minimum yang diizinkan. Struktural bisa saja beradu/berbenturan antara gelagar dan kepala pilar atau abutment, hal ini bisa saja menimbulkan retak.  Maka dalam hal ini, saya setuju dengan usulan adanya tim ahli yang mengkaji dan mengevaluasi kondisi rongga ini.

Ketiga, secara rasional harusnya Dinas PUPR tidak hanya mengatakan: "Sebelumnya berongga itu kita kasih styrofoam, mungkin karena kenak hujan styrofoam-nya hilang, sehingga terlihatlah seperti retak." Bila tahu bahwa styrofoam bisa hanyut dan hilang oleh hujan, rasionalnya material ini tidak boleh digunakan. Dinas PUPR harusnya mengatakan, akan mengganti styrofoam dengan material flexibel joint lain yang tahan terhadap hujan dan cuaca.

Baca Juga:  Aplikasi Membara Di-Launching, Ketua TP PKK Pekanbaru Didapuk Jadi Bunda Baca

Keempat, adanya penilaian “retak bisa diindikasikan terjadi dari adanya beban dari konstruksi yang berat di oprit, sementara pondasinya tidak stabil karena kondisi tanah rawa.” Secara rasional, tidak perlu dicemaskan kestabilan pondasi karena kondisi tanah rawa. Karena secara kasat mata belum kelihatan adanya penurunan pondasi, baik settlement maupun diferential settlement yang terjadi. Rasionalnya, bila ada masalah lebih ke adanya indikasi kekeliruan dalam pelaksanaan.

- Advertisement -

Kelima, saya setuju dengan Adanya pengamat yang mengimbau kepada pemerintah untuk menjelaskan ke masyarakat agar tidak menimbulkan kecemasan, terutama masyarakat yang melintasi di sana. Masyarakat tidak tahu apakah itu memang terjadi keretakan, apakah memang konstruksinya seperti itu, harus dijelaskan. Kalau memang retak harus segera diperbaiki.(jrr)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dari pemberi­taan yang katanya viral dan penuh dengan penilaian, pendapat dan penjelasan yang sangat rasional menurut para pihak, baik pengamat, pakar maupun dari Dinas PUPR terhadap retak atau berongganya sambungan atau expantion joint pada flyover simpang SKA.

Menurut penjelasan Pengamat Perkotaan dan juga Dosen Teknik Sipil UIR Ir Rony Ardiansyah MT IP-U, beberapa hal yang perlu dia utarakan di sini, yakni: Pertama, rongga yang katanya kelihatan seperti retak itu tidak perlu terlalu dicemas karena hal tersebut diakui dan saya pun sependapat dengan pakar konstruksi yang mengatakan, itu masalah ‘non struktural’ jadi tidak menimbulkan rubuhnya struktur flyover, namun Dinas PUPR harusnya memperbaiki sambungan/dilatasi tersebut tidak sekedar berargumen saja agar kelihatan oleh masyarakat secara kasat mata tidak ada masalah struktral.

Baca Juga:  Dirut RSD Madani Ditunjuk Jadi Plt Kadiskes

Kedua, meskipun katanya non struktural, tidak tertutup kemungkinan menjadi masalah struktural, bila jarak antara sambungan (dilatasi) itu dikerjakan terlalu dekat lebih dekat dari batas minimum yang diizinkan. Struktural bisa saja beradu/berbenturan antara gelagar dan kepala pilar atau abutment, hal ini bisa saja menimbulkan retak.  Maka dalam hal ini, saya setuju dengan usulan adanya tim ahli yang mengkaji dan mengevaluasi kondisi rongga ini.

Ketiga, secara rasional harusnya Dinas PUPR tidak hanya mengatakan: "Sebelumnya berongga itu kita kasih styrofoam, mungkin karena kenak hujan styrofoam-nya hilang, sehingga terlihatlah seperti retak." Bila tahu bahwa styrofoam bisa hanyut dan hilang oleh hujan, rasionalnya material ini tidak boleh digunakan. Dinas PUPR harusnya mengatakan, akan mengganti styrofoam dengan material flexibel joint lain yang tahan terhadap hujan dan cuaca.

Baca Juga:  DPRD Dalami Proses Perizinan PT BTA

Keempat, adanya penilaian “retak bisa diindikasikan terjadi dari adanya beban dari konstruksi yang berat di oprit, sementara pondasinya tidak stabil karena kondisi tanah rawa.” Secara rasional, tidak perlu dicemaskan kestabilan pondasi karena kondisi tanah rawa. Karena secara kasat mata belum kelihatan adanya penurunan pondasi, baik settlement maupun diferential settlement yang terjadi. Rasionalnya, bila ada masalah lebih ke adanya indikasi kekeliruan dalam pelaksanaan.

Kelima, saya setuju dengan Adanya pengamat yang mengimbau kepada pemerintah untuk menjelaskan ke masyarakat agar tidak menimbulkan kecemasan, terutama masyarakat yang melintasi di sana. Masyarakat tidak tahu apakah itu memang terjadi keretakan, apakah memang konstruksinya seperti itu, harus dijelaskan. Kalau memang retak harus segera diperbaiki.(jrr)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari