Kamis, 4 Juli 2024

Banyak Instansi yang Harus Terlibat Atasi Stunting

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Masih adanya anak penderita stunting di Riau, yakni pada 2019 lalu berjumlah 26.275 perlu ditangani oleh semua pihak. Pasalnya, persoalan stunting ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan namun juga ada instansi lain yang bertanggungjawab.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, persoalan stunting yang bisa diatasi  Dinas Kesehatan hanya pada ranah intervensi perilaku hidup sehat atau hanya 30 persen dari upaya pencegahan yang bisa dilakukan. Sementara itu, 70 persen merupakan tanggungjawab instansi terkait lainnya.

- Advertisement -

"Kalau ranah Dinas Kesehatan mengingat masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat. Terutama pada 1.000 hari pertama  anak. Namun untuk melakukan pola hidup sehat itu, harus ada asupan gizinya," katanya.

Untuk asupan gizi ini, lanjut Mimi, tentu juga harus dilihat latar belakang ekonomi. Jika ekonominya tidak bagus, bagaimana bisa memenuhi keperluan gizi. Dalam hal ini, menurut Mimi merupakan ranah pihak Dinas Sosial untuk dapat memperhatikan masyarakat yang tidak mampu.

Baca Juga:  Akhirnya, Bayi Mungil yang Ditemukan Warga Sudah Punya Nama dan Orangtua

"Kemudian, sanitasi juga harus dijaga, ada tidak di rumah tersebut toilet atau sanitasi yang memadai. Kalau tidak ada, tentu ini jadi ranah Dinas PUPR," sebutnya.

- Advertisement -

Dari sisi kesehatan reproduksi, lanjut Mimi, menjadi tanggungjawab pihak BKKBN. Karena masyarakat juga harus diberi edukasi tentang kesehatan reproduksi termasuk agar jarak kelahiran tidak terlalu dekat.

"Dari sisi Kemenag juga harus memberikan edukasi dalam kursus pranikah, bagaimana membina keluarga. Jadi untuk stunting ini memang harus kerjasama dari banyak pihak, tidak bisa dinas kesehatan saja," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada 2019. Jumlah anak penderita gizi buruk atau stunting  mencapai 16.275 orang di Riau. Dari 12 kabupaten/kota di Riau, daerah yang paling banyak anak penderita stunting yakni Kabupaten Kampar.

Baca Juga:  Imigran Asal Afganistan Unjuk Rasa

Kabupaten Kampar menjadi daerah dengan penderita stunting terbanyak setelah pihak Dinas Kesehatan setempat mendata ada 3.128 balita yang menderita stunting. Selain Kampar, kabupaten Indragiri Hilir juga tercatat banyak balitanya yang menderita stunting yakni mencapai 2.021 orang.

Selain Kampar dan Indragiri Hilir, daerah lain di Riau yang juga terdapat penderita stunting yakni Kabupaten Bengkalis sebanyak 1.813 balita, Kepulauan Meranti sebanyak 1.745 balita, Pelalawan sebanyak 1.742 balita, Rokan Hilir sebanyak 1.474 balita, Kota Pekanbaru sebanyak 1.248 balita, Rokan Hulu sebanyak 878 balita, Indragiri Hulu sebanyak 831 balita, Kuantan Singingi sebanyak 650 balita, Siak sebanyak 455 balita, dan Kota Dumai sebanyak 290 balita.(sol)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Masih adanya anak penderita stunting di Riau, yakni pada 2019 lalu berjumlah 26.275 perlu ditangani oleh semua pihak. Pasalnya, persoalan stunting ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan namun juga ada instansi lain yang bertanggungjawab.

Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, persoalan stunting yang bisa diatasi  Dinas Kesehatan hanya pada ranah intervensi perilaku hidup sehat atau hanya 30 persen dari upaya pencegahan yang bisa dilakukan. Sementara itu, 70 persen merupakan tanggungjawab instansi terkait lainnya.

"Kalau ranah Dinas Kesehatan mengingat masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat. Terutama pada 1.000 hari pertama  anak. Namun untuk melakukan pola hidup sehat itu, harus ada asupan gizinya," katanya.

Untuk asupan gizi ini, lanjut Mimi, tentu juga harus dilihat latar belakang ekonomi. Jika ekonominya tidak bagus, bagaimana bisa memenuhi keperluan gizi. Dalam hal ini, menurut Mimi merupakan ranah pihak Dinas Sosial untuk dapat memperhatikan masyarakat yang tidak mampu.

Baca Juga:  Pemko Diingatkan soal Utang Tunda Bayar

"Kemudian, sanitasi juga harus dijaga, ada tidak di rumah tersebut toilet atau sanitasi yang memadai. Kalau tidak ada, tentu ini jadi ranah Dinas PUPR," sebutnya.

Dari sisi kesehatan reproduksi, lanjut Mimi, menjadi tanggungjawab pihak BKKBN. Karena masyarakat juga harus diberi edukasi tentang kesehatan reproduksi termasuk agar jarak kelahiran tidak terlalu dekat.

"Dari sisi Kemenag juga harus memberikan edukasi dalam kursus pranikah, bagaimana membina keluarga. Jadi untuk stunting ini memang harus kerjasama dari banyak pihak, tidak bisa dinas kesehatan saja," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada 2019. Jumlah anak penderita gizi buruk atau stunting  mencapai 16.275 orang di Riau. Dari 12 kabupaten/kota di Riau, daerah yang paling banyak anak penderita stunting yakni Kabupaten Kampar.

Baca Juga:  Imigran Asal Afganistan Unjuk Rasa

Kabupaten Kampar menjadi daerah dengan penderita stunting terbanyak setelah pihak Dinas Kesehatan setempat mendata ada 3.128 balita yang menderita stunting. Selain Kampar, kabupaten Indragiri Hilir juga tercatat banyak balitanya yang menderita stunting yakni mencapai 2.021 orang.

Selain Kampar dan Indragiri Hilir, daerah lain di Riau yang juga terdapat penderita stunting yakni Kabupaten Bengkalis sebanyak 1.813 balita, Kepulauan Meranti sebanyak 1.745 balita, Pelalawan sebanyak 1.742 balita, Rokan Hilir sebanyak 1.474 balita, Kota Pekanbaru sebanyak 1.248 balita, Rokan Hulu sebanyak 878 balita, Indragiri Hulu sebanyak 831 balita, Kuantan Singingi sebanyak 650 balita, Siak sebanyak 455 balita, dan Kota Dumai sebanyak 290 balita.(sol)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari