PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Bentrok yang terjadi antara pedagang di kios tempat penampungan sementara (TPS) dengan Satpol PP mendapat perhatian khusus. Pasalnya terdapat pedagang yang mengalami luka hingga dibawa ke rumah sakit.
Pengamat Sosial Achmad Hidir mengatakan, hasil renovasi bahan bangunan ada inflasi. Otomatis harga mahal. Apalagi di kota dan pusat bisnis. "Inflasi bahan bangunan sangat mempengaruhi kenaikan harga. Sehingga harga jual kios naik," terangnya.
Faktor kedua, daya beli masyarakat menurun. Pengaruhi pendapatan. "Untuk ukuran sekarang berat. Sebab ekonomi terpuruk sehingga masyarakat berat karena daya beli menurun. Secara otomatis omzet menurun," jelasnya.
Turunnya pendapatan, tentunya membuat pedagang keberatan untuk membayar. "Menurut saya, pemerintah harus menjelaskan terlebih dulu. Apakah kontan atuapun dicicil. Jika dicicil berikanlah waktu yang panjang, misal 10 tahun. Jangan kontan, karena itu membuat publik melihat bahwa pemerintah tidak empati dalam kondisi ekonomi saat ini," pintanya.
Selanjutnya, untuk memindahkan itu agar tidak tergesa-gesa, meski sudah sosialisasi. Tentunya harus bertahap. "Sekitar satu atau dua bulan lagi puasa. Jika pedagang hanya sekadar pindah kemudian tanpa bayaran mereka pasti mau. Dengan catatan tempat layak (listrik, air, akses lainnya). Karena ini orang yang pindah bukan barang," tuturnya.
Kemudian, jika masyarakat sudah diberi keringanan dan tenggang waktu, maka negosiasi yang perlu. "Negosiasi dan sosialisasi yang memanusiakan manusia itu perlu. Harus diajak dialog. Sehingga tidak terjadi arogansi pemerintah. Menjadikan timbul antipati," ulasnya.
Meski demikian, jika sudah dilakukan semua oleh pemerintah, tidak menutup kemungkinan pedagang yang salah. "Kalau saya lihat ada ketidakjelasan. Pertama, bagaimana mencicil barang yang mereka tempati. Saya yakin mahal karena pusat bisnis. Kedua, tempat layak atau tidak. Lalu diundi lagi atau tidak. Sehingga menimbulkan permasalahan," ujarnya. (s)