Minggu, 7 Juli 2024

Berinovasi agar Diterima Masyarakat

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tantangan bagi pelaku usaha industri rumahan kue lebaran adalah ritel dan toko-toko kue besar dengan modal yang lebih kuat. Ini dapat diakali dengan melakukan inovasi baik berupa produk maupun dalam menjual agar diterima masyarakat.

Pelaku industri rumahan pembuat kue lebaran yang tergolong dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada dasarnya dalam memasarkan produknya juga bekerja sama dengan toko-toko kue besar yang ada. Seperti Debby Diana Sari misalnya. Pemilik Debby Bakery ini menitipjualkan beberapa produknya di beberapa gerai toko yang berbeda.

- Advertisement -

‘’Kayak kami, UMKM. Itu kan ada yang memasukkan ke gerai dan toko oleh-oleh. Contohnya saya sendiri, di gerai A saya sudah masukkan donat, di gerai B saya masukkan kerupuk,’’ urainya.

Meski begitu, toko kue besar kata dia lagi, untuk produk kue kering cenderung sudah memegang satu brand atau langsung memproduksi sendiri. ‘’Tapi kalau untuk kue kering toko itu biasanya memang satu brand yang dia pegang. Sudah ada produsen khusus yang dia pegang sejak awal buka toko, atau kepercayaan mereka, atau mereka sendiri produksi. Ya memang ini salah atau persaingan juga,”  ucapnya.

Baca Juga:  Mitra Bangunan Siapkan Hadiah Ratusan Juta

Di sinilah dia menekankan bagi pelaku UMKM harus bisa menjawab tantangan. Bagaimana membuat inovasi baru agar produk itu bisa laku di masyarakat. ‘’Tergantung kita lagi. Kalau konsumen itu kan kita sudah ada pasar masing-masing. Jadi kita tidak perlu takut, sudah ada jalannya dan rezekinya masing-masing. Inovasi ini bisa memasarkan online, door to door dan pada semua kenalan,’’ jelasnya.

- Advertisement -

Bagi Debby, makin banyaknya masyarakat di masa pandemi yang memiliki waktu lebih banyak untuk belajar membuat kue karena pembatasan aktivitas oleh pemerintah bukanlah suatu masalah. Malahan, itu hak yang bisa untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru.

‘’Itu jadi inovasi.  Ibu rumah tangga yang belajar berusaha membuka lapangan pekerjaan kalau ada industri rumahan. Kan tidak ada salahnya industri rumahan maju,’’ tambahnya.

Dengan banyaknya pilihan produsen-produsen kue, Debby menyebut masyarakat dapat menjatuhkan pilihan pada kue lebaran hasil dari industri rumahan karena banyak hal. “Mmasyarakat itu melihatnya pasti ini harga murah karena sebenarnya begini, di gerai oleh-oleh yang besar itu kan UMKM juga yang nitip,’’ ujarnya.

Baca Juga:  Pedagang di Agus Salim: Berikan Kami Tempat yang Layak

‘’Mitra yang menitipkan produk nya di gerai. Jadi toko sebagai perantara. Isinya UMKM juga. Cuma pasar mereka itu kan para wisatawan yang datang ke Pekanbaru bawa buah tangan untuk keluarga. Kalau kayak begiti kan kita tidak ada barang yang ready,’’ urainya.

Produk hasil olahan industri rumahan pula ungkapnya, memiliki varian atau jenis yang lebih banyak terhadap satu kue dibandingkan yang ada di toko. “UMKM banyak varian yang lucu-lucu dan menarik,” tuturnya.
Pada produk olahan industri rumahan pula, produk kue lebaran bisa dibuat sesuai permintaan orang yang memesan. Begitupun berapa banyak pesanan yang akan dibuat. “Bisa dibuat by request. Semuanya bisa diatasi. Dan yang paling penting itu harga bersaing, tidak terlalu mahal, di bawah harga toko,” kata dia.

Di masa pandemi ini, Debby sendiri mengerjakan pesanan yang datang. Sterilisasi produk menjadi alasannya. “Kita kerjakan sendiri karena pandemi kami hindarkan kerumunan juga. Nanti kami cari orang kerja, terus dia pulang kita kan tak tahu juga aktivitas dia di luar dan di rumah seperti apa,’’ ujarnya.(ali)

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tantangan bagi pelaku usaha industri rumahan kue lebaran adalah ritel dan toko-toko kue besar dengan modal yang lebih kuat. Ini dapat diakali dengan melakukan inovasi baik berupa produk maupun dalam menjual agar diterima masyarakat.

Pelaku industri rumahan pembuat kue lebaran yang tergolong dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada dasarnya dalam memasarkan produknya juga bekerja sama dengan toko-toko kue besar yang ada. Seperti Debby Diana Sari misalnya. Pemilik Debby Bakery ini menitipjualkan beberapa produknya di beberapa gerai toko yang berbeda.

‘’Kayak kami, UMKM. Itu kan ada yang memasukkan ke gerai dan toko oleh-oleh. Contohnya saya sendiri, di gerai A saya sudah masukkan donat, di gerai B saya masukkan kerupuk,’’ urainya.

Meski begitu, toko kue besar kata dia lagi, untuk produk kue kering cenderung sudah memegang satu brand atau langsung memproduksi sendiri. ‘’Tapi kalau untuk kue kering toko itu biasanya memang satu brand yang dia pegang. Sudah ada produsen khusus yang dia pegang sejak awal buka toko, atau kepercayaan mereka, atau mereka sendiri produksi. Ya memang ini salah atau persaingan juga,”  ucapnya.

Baca Juga:  Sondir dan Pengurusan IMB

Di sinilah dia menekankan bagi pelaku UMKM harus bisa menjawab tantangan. Bagaimana membuat inovasi baru agar produk itu bisa laku di masyarakat. ‘’Tergantung kita lagi. Kalau konsumen itu kan kita sudah ada pasar masing-masing. Jadi kita tidak perlu takut, sudah ada jalannya dan rezekinya masing-masing. Inovasi ini bisa memasarkan online, door to door dan pada semua kenalan,’’ jelasnya.

Bagi Debby, makin banyaknya masyarakat di masa pandemi yang memiliki waktu lebih banyak untuk belajar membuat kue karena pembatasan aktivitas oleh pemerintah bukanlah suatu masalah. Malahan, itu hak yang bisa untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru.

‘’Itu jadi inovasi.  Ibu rumah tangga yang belajar berusaha membuka lapangan pekerjaan kalau ada industri rumahan. Kan tidak ada salahnya industri rumahan maju,’’ tambahnya.

Dengan banyaknya pilihan produsen-produsen kue, Debby menyebut masyarakat dapat menjatuhkan pilihan pada kue lebaran hasil dari industri rumahan karena banyak hal. “Mmasyarakat itu melihatnya pasti ini harga murah karena sebenarnya begini, di gerai oleh-oleh yang besar itu kan UMKM juga yang nitip,’’ ujarnya.

Baca Juga:  Awal Tahun, Semua Pejabat Dievaluasi 

‘’Mitra yang menitipkan produk nya di gerai. Jadi toko sebagai perantara. Isinya UMKM juga. Cuma pasar mereka itu kan para wisatawan yang datang ke Pekanbaru bawa buah tangan untuk keluarga. Kalau kayak begiti kan kita tidak ada barang yang ready,’’ urainya.

Produk hasil olahan industri rumahan pula ungkapnya, memiliki varian atau jenis yang lebih banyak terhadap satu kue dibandingkan yang ada di toko. “UMKM banyak varian yang lucu-lucu dan menarik,” tuturnya.
Pada produk olahan industri rumahan pula, produk kue lebaran bisa dibuat sesuai permintaan orang yang memesan. Begitupun berapa banyak pesanan yang akan dibuat. “Bisa dibuat by request. Semuanya bisa diatasi. Dan yang paling penting itu harga bersaing, tidak terlalu mahal, di bawah harga toko,” kata dia.

Di masa pandemi ini, Debby sendiri mengerjakan pesanan yang datang. Sterilisasi produk menjadi alasannya. “Kita kerjakan sendiri karena pandemi kami hindarkan kerumunan juga. Nanti kami cari orang kerja, terus dia pulang kita kan tak tahu juga aktivitas dia di luar dan di rumah seperti apa,’’ ujarnya.(ali)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari