Aksi Pengeroyokan Sekelompok Pemuda di Pekanbaru Jadi Atensi Polisi

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dengan mengendarai sepeda motor terhadap pengendara sepeda motor lainnya mulai mengkhawatirkan. Apalagi ada korban yang harus mengalami buta permanen pada salah satu matanya.

Menanggapi fenomena ini, kriminolog Universitas Islam Riau Dr Kasmanto Rinaldi mempertanyakan peran orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Semua orang menurutnya harus heran, bagaimana anak-anak di bawah umur masih berkeliaran di jalanan, bahkan hingga dini hari.

- Advertisement -

Kasmanto melihat kondisi ini implikasi perubahan pola dan  juga kebijakan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya pada orang tua, tapi pada semua stakeholder terkait soal kamtibmas ini.

"Mereka ini (para pelaku, red) kurang kasih sayang. Mengapa mereka sampai dini hari masih ada di luar rumah. Apakah orang tua mereka tidak risau? Kemudian, bisa jadi mereka tidak pernah diberi tanggung jawab. Seharusnya mereka diberi tanggung jawab. Misal, boleh keluar rumah, tapi jam 9 malam harus pulang," kata Kasmanto, kemarin.

- Advertisement -

Kasmanto juga berasumsi, kelakuan remaja yang suka keluyuran yang akhirnya membuat kenakalan, bisa jadi karena mereka kurang dilibatkan dalam keluarga. Kasmanto mengkhawatirkan, penanaman  nilai kebenaran, norma dan agama juga rendah pada para remaja tersebut. Tidak ada diberi tanggung jawab dan rasa disiplin hingga mereka masih berada di luar rumah dengan kendaraan. Bahkan konvoi hingga dini hari.

"Ketika pelakunya adalah remaja, anak di bawah umur, yang pertama bertanggung jawab adalah orang tua. Itu tidak bisa dipungkiri. Kalau orang dewasa merampok, orang tua tidak bertangung jawab. Dalam hal ini, sekolah juga harus sudah mulai memikirkan pola pengawasan anak ketika berada di luar sekolah," tekan Kasmanto.

Kasmanto menyebutkan, anak-anak usia sekolah seharusnya tidak lagi hanya menerima sanksi karena tidak membuat pekerjaan rumah (PR). Tapi juga ada perlakuan berbeda ketika anak-anak melakukan pelanggaran di luar sekolah. Selain itu yang harus bertanggung jawab melakukan pencegahan menurut Kasmanto adalah pemerintah daerah.

Salah satu penekanan penting dari  tindak pencegahan kenakalan remaja ini kata Kasmanto adalah peran masyarakat. Masyarakat bisa mengambil peran pengawasan dan pencegahan terhadap remaja yang suka konvoi di jalan sampai dini hari, yang pada akhirnya berakhir dengan tindak kekerasan.

Satu Pelaku Pengeroyokan Masih Buron

Sementara itu, aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang mengendarai sepeda motor terhadap pengendara sepeda motor lainnya menjadi perhatian serius Polresta Pekanbaru.

Tujuh pelaku pengeroyokan di atas fly over Simpang SKA telah ditangkap, tetapi petugas masih memburu satu pelaku lagi yang masih buron.

"Masih ada satu pelaku lagi yang belum tertangkap. Identitas sudah kami dapatkan. Pelaku akan terus kami kejar," tegas Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Pria Budi, baru-baru ini.

Pria Budi menegaskan, pihaknya tidak akan memberikan rasa aman bagi para pembuat onar dan mereka yang mengganggu kamtibmas di wilayah Pekanbaru. Setiap pelaku tindak pidana akan ditindak sesuai hukum yang berlaku. Untuk itu dirinya mengingatkan agar para pemuda yang masih suka keluyuran hingga tengah malam dengan mengendarai sepeda motor, atau kumpul-kumpul di lokasi yang dilarang, akan ditertibkan.

Aksi pengeroyokan yang berujung mata korban buta permanen ini sendiri bermula ketika sekelompok pengendara motor diteriaki oleh tiga orang yang sedang nongkrong di fly over Simpang SKA. Merasa tersinggung, pelaku yang berinisial PR (18), RMS (19), DSP (16), DOP (16), AO (16), RM (15), dan DYS (15) langsung mendatangi tiga orang tersebut.

Mereka secara membabi buta menghajar ketiga korban HG, Z dan S. Korban HG mengalami luka lebam, Z luka-luka, dan S (26) mengalami luka berat hingga harus menjalani operasi yang berakhir dengan kebutaan permanen di salah satu matanya.

Terkait para pelaku, Kapolresta memastikan mereka sudah sering berkendara keliling jalanan Kota Pekanbaru, layaknya geng motor. "Mereka ini (para pelaku, red) mau gaya-gayaan. Ya, sok bagak (kuat, red) lah kalau bahasa kita. Dan mereka sudah melakukan kegiatan ini kurang lebih selama tiga pekan sebelum kejadian. Sebelum keliling, mereka berkumpul dulu di salah satu kafe yang berada di Sigunggung," ungkap Kapolresta.

Untuk mencegah aksi serupa di masa mendatang, Pria Budi memastikan pihaknya akan terus melakukan upaya antisipatif. Salah satunya patroli preventive strike yang telah berjalan lebih kurang dua pekan terakhir.Patroli itu sendiri telah  melakukan tindakan kepada lebih dari 100 pemotor yang kedapatan melanggar aturan dan berpotensi mengganggu kamtibmas serta juga pengguna jalan.(end)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dengan mengendarai sepeda motor terhadap pengendara sepeda motor lainnya mulai mengkhawatirkan. Apalagi ada korban yang harus mengalami buta permanen pada salah satu matanya.

Menanggapi fenomena ini, kriminolog Universitas Islam Riau Dr Kasmanto Rinaldi mempertanyakan peran orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Semua orang menurutnya harus heran, bagaimana anak-anak di bawah umur masih berkeliaran di jalanan, bahkan hingga dini hari.

Kasmanto melihat kondisi ini implikasi perubahan pola dan  juga kebijakan pengawasan terhadap anak. Tidak hanya pada orang tua, tapi pada semua stakeholder terkait soal kamtibmas ini.

"Mereka ini (para pelaku, red) kurang kasih sayang. Mengapa mereka sampai dini hari masih ada di luar rumah. Apakah orang tua mereka tidak risau? Kemudian, bisa jadi mereka tidak pernah diberi tanggung jawab. Seharusnya mereka diberi tanggung jawab. Misal, boleh keluar rumah, tapi jam 9 malam harus pulang," kata Kasmanto, kemarin.

Kasmanto juga berasumsi, kelakuan remaja yang suka keluyuran yang akhirnya membuat kenakalan, bisa jadi karena mereka kurang dilibatkan dalam keluarga. Kasmanto mengkhawatirkan, penanaman  nilai kebenaran, norma dan agama juga rendah pada para remaja tersebut. Tidak ada diberi tanggung jawab dan rasa disiplin hingga mereka masih berada di luar rumah dengan kendaraan. Bahkan konvoi hingga dini hari.

"Ketika pelakunya adalah remaja, anak di bawah umur, yang pertama bertanggung jawab adalah orang tua. Itu tidak bisa dipungkiri. Kalau orang dewasa merampok, orang tua tidak bertangung jawab. Dalam hal ini, sekolah juga harus sudah mulai memikirkan pola pengawasan anak ketika berada di luar sekolah," tekan Kasmanto.

Kasmanto menyebutkan, anak-anak usia sekolah seharusnya tidak lagi hanya menerima sanksi karena tidak membuat pekerjaan rumah (PR). Tapi juga ada perlakuan berbeda ketika anak-anak melakukan pelanggaran di luar sekolah. Selain itu yang harus bertanggung jawab melakukan pencegahan menurut Kasmanto adalah pemerintah daerah.

Salah satu penekanan penting dari  tindak pencegahan kenakalan remaja ini kata Kasmanto adalah peran masyarakat. Masyarakat bisa mengambil peran pengawasan dan pencegahan terhadap remaja yang suka konvoi di jalan sampai dini hari, yang pada akhirnya berakhir dengan tindak kekerasan.

Satu Pelaku Pengeroyokan Masih Buron

Sementara itu, aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang mengendarai sepeda motor terhadap pengendara sepeda motor lainnya menjadi perhatian serius Polresta Pekanbaru.

Tujuh pelaku pengeroyokan di atas fly over Simpang SKA telah ditangkap, tetapi petugas masih memburu satu pelaku lagi yang masih buron.

"Masih ada satu pelaku lagi yang belum tertangkap. Identitas sudah kami dapatkan. Pelaku akan terus kami kejar," tegas Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Pria Budi, baru-baru ini.

Pria Budi menegaskan, pihaknya tidak akan memberikan rasa aman bagi para pembuat onar dan mereka yang mengganggu kamtibmas di wilayah Pekanbaru. Setiap pelaku tindak pidana akan ditindak sesuai hukum yang berlaku. Untuk itu dirinya mengingatkan agar para pemuda yang masih suka keluyuran hingga tengah malam dengan mengendarai sepeda motor, atau kumpul-kumpul di lokasi yang dilarang, akan ditertibkan.

Aksi pengeroyokan yang berujung mata korban buta permanen ini sendiri bermula ketika sekelompok pengendara motor diteriaki oleh tiga orang yang sedang nongkrong di fly over Simpang SKA. Merasa tersinggung, pelaku yang berinisial PR (18), RMS (19), DSP (16), DOP (16), AO (16), RM (15), dan DYS (15) langsung mendatangi tiga orang tersebut.

Mereka secara membabi buta menghajar ketiga korban HG, Z dan S. Korban HG mengalami luka lebam, Z luka-luka, dan S (26) mengalami luka berat hingga harus menjalani operasi yang berakhir dengan kebutaan permanen di salah satu matanya.

Terkait para pelaku, Kapolresta memastikan mereka sudah sering berkendara keliling jalanan Kota Pekanbaru, layaknya geng motor. "Mereka ini (para pelaku, red) mau gaya-gayaan. Ya, sok bagak (kuat, red) lah kalau bahasa kita. Dan mereka sudah melakukan kegiatan ini kurang lebih selama tiga pekan sebelum kejadian. Sebelum keliling, mereka berkumpul dulu di salah satu kafe yang berada di Sigunggung," ungkap Kapolresta.

Untuk mencegah aksi serupa di masa mendatang, Pria Budi memastikan pihaknya akan terus melakukan upaya antisipatif. Salah satunya patroli preventive strike yang telah berjalan lebih kurang dua pekan terakhir.Patroli itu sendiri telah  melakukan tindakan kepada lebih dari 100 pemotor yang kedapatan melanggar aturan dan berpotensi mengganggu kamtibmas serta juga pengguna jalan.(end)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya