(RIAUPOS.CO) — Suatu siang di bulan Ramadan yang terik. Reski mendapatkan tugas mengisi sebuah rubrik edisi Ramadan untuk buletin di kampusnya. Ia mendapat tugas untuk membuat profil masjid di Pekanbaru.
Akhirnya ia pergi ke Masjid Ar Rahman yang berada di Jalan Sudirman untuk membuat profil masjid tersebut. Karena ia belum membuat janji sebelumnya, ia tak dapat menemukan satu orang pengurus pun untuk diwawancarai.
Tak menyerah, Reski menuju Masjid Nurul Falah yang tak jauh dari Masjid Ar Rahman. Baru tiba di masjid itu, ia mendengar kabar jika pengurus masjid baru saja pulang kampung dan tidak bisa ditemui untuk hari itu.
Sampai akhirnya ia pun membuat list masjid yang akan dikunjunginya hari itu. Mulai dari Masjid Raya Annur, Masjid Tabrani, dan Masjid Namira. Tapi tak satu pun pengurus masjid yang bisa ditemui.
“Ya Allah sial kali hari ini, ada yang lebih sial lagi gak selain ini?†keluh Reski.
Matahari semakin meninggi menambah terik hari tersebut. Reski bersyukur karena ia sedang tidak berpuasa karena haid atau berhalangan. Rasa haus membuat Reski ingin membeli minuman walau sekadar air mineral. Ia merogoh koceknya dan hanya menemukan uang receh Rp1.000 di sakunya.
Kembali Reski berfikir, ia harus mencari mesin ATM yang tidak perlu membayar uang parkir. Akhirnya Reski memutuskan mengambil uang di ATM Center Giant Nangka Pekanbaru.
Malang tak dapat ditolak, satu-satunya uang yang dimilikinya saat itu hanya berada di ATM. Tetapi kartu ATM nya tidak keluar lagi bahkan sebelum mengeluarkan uang sepeserpun dari mesin.
“Alamaak, sudah tak ada uang, ketelan pula kartu ATM. Kok sial amat hari ini, ya..,†kata Reski. Orang-orang di sekelilingnya hanya memandang kasihan. Beberapa menyarankan untuk datang ke cabang terdekat dan mengganti dengan yang baru.
Akhirnya Reski pulang dan menangis sepanjang perjalanan, meratapi hari sialnya. Ia memutuskan untuk tidak keluar dari kamar kos hingga hari berakhir agar tak menambah daftar kesialannya hari itu.(*2)