PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada 2019, jumlah anak penderita gizi buruk atau stunting mencapai 16.275 orang di Riau. Dari 12 kabupaten/kota di Riau, daerah yang paling banyak anak penderita stunting yakni Kabupaten Kampar.
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, Kabupaten Kampar menjadi daerah dengan penderita stunting terbanyak setelah pihak dinas kesehatan setempat mendata ada 3.128 balita yang menderita stunting. Selain Kampar, Kabupaten Indragiri Hilir juga tercatat banyak balitanya yang menderita stunting yakni mencapai 2.021 orang.
"Dampak stunting ini yakni pertumbuhan anak akan terhambat, atau anak menjadi lebih pendek dari usianya. Stunting juga biasanya terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tapi baru nampak setelah berusia dua tahun," katanya.
Mimi mengatakan, balita yang lebih pendek dari biasanya memang terlihat normal dan masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Hanya saja yang terjadi sebenarnya adalah adanya gangguan pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal.
Daerah lain di Riau yang terdapat penderita stunting yakni Bengkalis 1.813 balita, Kepulauan Meranti 1.745 balita, Pelalawan 1.742 balita, Rokan Hilir 1.474 balita, Kota Pekanbaru 1.248 balita, Rohul 878 balita, Inhu 831 balita, Kuansing 650 balita, Siak 455 balita, dan Kota Dumai sebanyak 290 balita.(sol)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dalam kurun waktu satu tahun, yakni pada 2019, jumlah anak penderita gizi buruk atau stunting mencapai 16.275 orang di Riau. Dari 12 kabupaten/kota di Riau, daerah yang paling banyak anak penderita stunting yakni Kabupaten Kampar.
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Mimi Yuliani Nazir mengatakan, Kabupaten Kampar menjadi daerah dengan penderita stunting terbanyak setelah pihak dinas kesehatan setempat mendata ada 3.128 balita yang menderita stunting. Selain Kampar, Kabupaten Indragiri Hilir juga tercatat banyak balitanya yang menderita stunting yakni mencapai 2.021 orang.
- Advertisement -
"Dampak stunting ini yakni pertumbuhan anak akan terhambat, atau anak menjadi lebih pendek dari usianya. Stunting juga biasanya terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tapi baru nampak setelah berusia dua tahun," katanya.
Mimi mengatakan, balita yang lebih pendek dari biasanya memang terlihat normal dan masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Hanya saja yang terjadi sebenarnya adalah adanya gangguan pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal.
- Advertisement -
Daerah lain di Riau yang terdapat penderita stunting yakni Bengkalis 1.813 balita, Kepulauan Meranti 1.745 balita, Pelalawan 1.742 balita, Rokan Hilir 1.474 balita, Kota Pekanbaru 1.248 balita, Rohul 878 balita, Inhu 831 balita, Kuansing 650 balita, Siak 455 balita, dan Kota Dumai sebanyak 290 balita.(sol)