Kamis, 4 Juli 2024

Serba-Serbi Pedagang Sepeda Bekas

(RIAUPOS.CO) — Di tangan Iskandar, sepeda anak-anak hingga dewasa mampu disulapnya menjadi layaknya sepeda baru. Berbagai jenis sepeda terpampang di ruko miliknya di Jalan Hang Tuah ujung, tidak jauh dari Pasar Tangor, Pekanbaru, Selasa (20/8).

Sepeda yang telah dipolesnya sedemikian rupa tertata apik di depan ruko, hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang melintas dapat melihat dagangannya. Pria yang kini menginjak usia 54 tahun itu selama 34 tahun berdagang sepeda bekas. 

- Advertisement -

Dengan banyaknya sepeda modern berbagai model. Tak membuat sepeda bekas kehilangan pelanggannya, salah satunya karena harganya yang bisa separuh dari harga sepeda baru. “Paling laris itu untuk anak-anak, harganya sekitar Rp400-500 ribuan. Kalau baru mau jutaan,” ungkap Iskandar kemarin. 

Baca Juga:  Mursyani Andalkan Rp30 ribu Hasil Jualan untuk Biaya Hidup

Untuk mendapatkan pasokan sepeda bekas. Ia memperoleh dari tempat jual beli barang bekas dan masyarakat sekitar yang ingin menjual sepeda lamanya. 

Puluhan tahun berkutat di bisnis sepeda bekas, ia telah merasakan pahit asinnya kehidupan. Seperti berkelahi dengan istri karena tak membawa hasil jualan untuk makan kedua anaknya. “Hari ini saja baru dapat Rp30 ribu. Tergantung, pernah sepekan dapat Rp2 juta dari sepeda,” sambungnya. 

- Advertisement -

Ia menuturkan bahkan pernah membeli sepeda dari warga. Ternyata sepeda tersebut merupakan barang curian, sehingga ia dituduh mencuri sepeda tersebut. 

“Pernah ada yang komplain sepeda yang diservis di sini tidak ada. Karena mereka servis, terus enam sampai tujuh bulanan tidak diambil. Sudah lupa yang mana sepedanya lagi,” ujarnya. 

Baca Juga:  Waspadai Mafia Publikasi Jurnal Internasional

Tidak seperti dulu, meski masih ada peminat. Penjualan sepeda memang tidak seramai dahulu. Maka dari itu, ia juga bekerja serabutan dengan membuka servis dongkrak, sopir, antar karangan bunga hingga menjadi tim sukses. “Sekarang bengkel ada dua. Satu di Arengka II dan satu di sini. Yang di sini untuk anak,” jelasnya. 

Meski melakukan banyak pekerjaan serabutan seperti itu. Dengan wajah sumingrah ia mengatakan menyukai, sebab, dengan begitu ia bisa bertemu dengan banyak orang. “Senang. Bisa nambah pertemanan. Allhamdulillah dari jualan sepeda dan usaha lain mencukupi,” pungkasnya. (*1/ade)

Laporan MUSLIM NURDIN, KOta

(RIAUPOS.CO) — Di tangan Iskandar, sepeda anak-anak hingga dewasa mampu disulapnya menjadi layaknya sepeda baru. Berbagai jenis sepeda terpampang di ruko miliknya di Jalan Hang Tuah ujung, tidak jauh dari Pasar Tangor, Pekanbaru, Selasa (20/8).

Sepeda yang telah dipolesnya sedemikian rupa tertata apik di depan ruko, hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang melintas dapat melihat dagangannya. Pria yang kini menginjak usia 54 tahun itu selama 34 tahun berdagang sepeda bekas. 

Dengan banyaknya sepeda modern berbagai model. Tak membuat sepeda bekas kehilangan pelanggannya, salah satunya karena harganya yang bisa separuh dari harga sepeda baru. “Paling laris itu untuk anak-anak, harganya sekitar Rp400-500 ribuan. Kalau baru mau jutaan,” ungkap Iskandar kemarin. 

Baca Juga:  Masyarakat Tetap Tolak SDN 01 Dijadikan Pasar

Untuk mendapatkan pasokan sepeda bekas. Ia memperoleh dari tempat jual beli barang bekas dan masyarakat sekitar yang ingin menjual sepeda lamanya. 

Puluhan tahun berkutat di bisnis sepeda bekas, ia telah merasakan pahit asinnya kehidupan. Seperti berkelahi dengan istri karena tak membawa hasil jualan untuk makan kedua anaknya. “Hari ini saja baru dapat Rp30 ribu. Tergantung, pernah sepekan dapat Rp2 juta dari sepeda,” sambungnya. 

Ia menuturkan bahkan pernah membeli sepeda dari warga. Ternyata sepeda tersebut merupakan barang curian, sehingga ia dituduh mencuri sepeda tersebut. 

“Pernah ada yang komplain sepeda yang diservis di sini tidak ada. Karena mereka servis, terus enam sampai tujuh bulanan tidak diambil. Sudah lupa yang mana sepedanya lagi,” ujarnya. 

Baca Juga:  Merah Putih di Kediaman Gubri Sempat Terbalik

Tidak seperti dulu, meski masih ada peminat. Penjualan sepeda memang tidak seramai dahulu. Maka dari itu, ia juga bekerja serabutan dengan membuka servis dongkrak, sopir, antar karangan bunga hingga menjadi tim sukses. “Sekarang bengkel ada dua. Satu di Arengka II dan satu di sini. Yang di sini untuk anak,” jelasnya. 

Meski melakukan banyak pekerjaan serabutan seperti itu. Dengan wajah sumingrah ia mengatakan menyukai, sebab, dengan begitu ia bisa bertemu dengan banyak orang. “Senang. Bisa nambah pertemanan. Allhamdulillah dari jualan sepeda dan usaha lain mencukupi,” pungkasnya. (*1/ade)

Laporan MUSLIM NURDIN, KOta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari