PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Memasuki awal tahun 2020, beberapa daerah di Riau terutama yang berada di wilayah utara mulai terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Bahkan, hingga pekan kedua di bulan Januari, sudah 62 hektare lebih lahan dan hutan yang terbakar di Riau.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edward Sanger mengatakan, menyikapi hal tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota terutama yang wilayahnya sudah terjadi Karhutla. Koordinasi tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh apa Karhutla yang terjadi di wilayah tersebut dan tindakan apa yang sudah dilakukan.
"Jadi kami sudah undang pihak BPBD kabupaten/kota di Riau. Selain itu, juga turut hadir pihak BMKG stasiun Pekanbaru untuk menjelaskan prediksi cuaca di Riau," katanya.
Dari hasil pertemuan tersebut, diketahui bahwa beberapa daerah di wilayah utara seperti Kota Dumai sudah terjadi Karhutla seluas 13,5 hektare, Bengkalis 13,9 hektare, Meranti 4 hektare, Siak 17,13 hektare, dan Inhu 13,5 hektare. Untuk daerah ini, pihak BPBD setempat masih berkoordinasi dengan kepala daerah dan pihak terkait lainnya untuk bisa menetapkan status siaga darurat karhutla.
"Jadi kami masih menunggu dari kabupaten/kota terlebih dahulu. Kalau sudah ada lebih dari satu daerah yang menetapkan status siaga darurat karhutla, maka ditingkat provinsi akan dilakukan rapat untuk menetapkan status siaga darurat karhutla provinsi Riau," sebutnya.
Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, saat ini Pemprov Riau melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan Provinsi Riau tanpa kabut asap tahun ini. Salah satu upaya yang dilakukan yakni bagaimana masyarakat yang akan membuka lahan tidak dengan cara membakar dengan mempersiapkan peralatan atau alat berat yang bisa digunakan masyarakat untuk membuka lahan untuk tanam tanpa membakar.
"Kalau ada yang membutuhkan alat untuk membuka lahan, akan difasilitasi melalui UPT Pekerjaan Umum Provinsi Riau yang ada di kabupaten/kota, sehingga dapat membantu masyarakat yang mau mengolah tanah tanpa membakar dengan menggunakan ekskavator," kata Syamsuar.
Syamsuar juga mengingatkan, sebentar lagi Riau akan menghadapi musim kemarau, menurut prediksi cuaca dari BMKG, yang diperkirakan diperkirakan bulan Februari Riau sudah memasuki musim kemarau. Untuk itu, ia juga mengharapkan agar masyarakat secara bersama-sama menjaga Bumi Lancang Kuning, sekaligus memelihara negeri ini jauh dari Karhutla.
"Semaksimal mungkin kita akan mengatasi karhutla dan juga dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak membakar," ungkapnya.
Untuk respon cepat laporan masyarakat terkait karhutla, sambung Syamsuar, dapat menghubungi Pusat Data dan informasi BPBD Riau call center 08117612000. Dirinya juga kembali mengingatkan, agar perusahaan di Riau yang bergerak di sektor perkebunan dan kehutanan untuk dapat menjaga kawasannya masing-masing dan sekitarnya dari karhutla.
"Pemprov Riau bersama TNI/Polri, Manggala Agni, BPBD, dan MPA berkomitmen untuk zero hotspot di tahun ini. Tetapi ancaman bencana asap belum bisa dicegah, apabila provinsi lain tidak bisa menanggulangi Karhutla. Ditambah, kondisi angin yang cenderung ke arah utara membawa asap ke Riau dari Karhutla di provinsi tetangga," sebutnya.(gem)
Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru