Kamis, 4 Juli 2024

Siswa Demo Kasek di Hari Pertama Sekolah

(RIAUPOS.CO) — Hari pertama masuk sekolah, puluhan siswa kelas XI, XII dan alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 3 Pekanbaru melakukan aksi menuntut kepala sekolah (Kasek) Drs Alisman agar turun dari jabatannya, Senin (15/7).
Menurut salah satu siswa berinisial D, aksi ini dilatarbelakangi oleh tindakan kepala sekolah yang dinilai melakukan penggelapan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan pemecatan dua orang guru honorer SMK Muhammadiyah serta melakukan tindakan semena-mena kepada siswa.
“Kami menolak Bapak Alisman, kembalikan ayahanda kami Bapak Gusrianto dan Ahlul Alamsyah. Kepala sekolah memberhentikan secara sepihak tanpa ada alasan yang jelas. Dari sekian banyak guru yang membela kami, dua orang itu yang dipermasalahkan,” kata D.
Selain itu, D juga mengungkapkan jika kasek sempat melakukan intimidasi terhadap salah satu rekannya dan mengancam jika melakukan aksi akan dikeluarkan dari sekolah. “Teman kami diancam dan kakaknya ditelepon kalau ikut aksi akan dikeluarkan dari sekolah,” pungkas D.
Aksi tersebut juga didukung oleh belasan alumni SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru. Mereka turut mendatangi sekolah dan melakukan aksi bersama adik-adik kelasnya.
Salah satu alumni Hafiz mengatakan jika sekolah telah melakukan penggelapan dana. Ia bercerita terkait kartu pelajar yang dijanjikan akan dibuat sekaligus dengan kartu ATM. Namun hingga angkatan ke-7 tersebut lulus, mereka hanya mendapatkan kartu pelajar tanpa ATM seperti yang dijanjikan. “Kami disuruh bayar Rp50 ribu buat isi saldonya. Tapi sampai kami lulus itu nggak ada,” ungkap Hafiz.
Siswa lainnya, Di juga mengeluhkan terkait kualitas seragam yang diberikan oleh sekolah. Ia menuturkan jika seragam tersebut mudah sobek ketika digunakan. “Baju seragamnya itu mudah koyak,” keluh Di.
Saat aksi tersebut Alisman tidak menemui siswa yang berdemonstrasi dengan alasan sedang melakukan rapat. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Tata Usaha (TU) SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru Fikrizon. “Kepala sekolah lagi rapat,” ujarnya.
Fikrizon menjelaskan jika tuntutan siswa sudah diselesaikan bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Ia juga mengatakan jika Pimpinan Daerah Muhammadiyah telah membentuk tim investigasi dari aksi sebelumnya dan telah mendapatkan laporan. Berdasarkan laporan tersebut, Fikrizon menuturkan jika dua orang guru yang diberhentikan tersebut tidak bisa diperpanjang lagi.
“Ada dua guru, satu mengajar karena membantu guru lainnya bidang studi PKN, sudah ajaran baru jadi sudah nggak dipakai lagi. Satunya lagi guru honorer memang tidak diperpanjang,” titur Fikrizon.
Fikrizon mengatakan jika kesalahan kepala sekolah hanya sebatas kesalahan pada norma-norma. Ia menampik penggelapan dana yang dilakukan oleh kasek.
“Kaseknya sudah diperiksa, sudah diinvestigasi, kita berharap kesalahan itu tak terulang lagi. Kalau masalah korupsi sampai Rp1 miliar itu tidak terbukti,” terang Fikrizon.
Terkait permasalahan kartu pelajar dan ATM, Fikrizon menjelaskan, jika kartu tersebut memang belum dibuat. Sementara uang dari siswa yang telah menjadi alumni, Fikrizon mengatajan jika uang tersebut masih dipegang oleh wali kelas. “Uangnya masih sama wali kelas, yang koordinir juga belum tahu. Itu program kita tapi belum terlaksana,” pungkas Fikrizon.
Setelah melakukan orasi, siswa dibubarkan oleh pihak sekolah dan diminta pulang ke rumah masing-masing agar tidak mengganggu orientasi siswa baru SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru.(*2/ade)

Laporan Mario Kisaz, Pekanbaru
Baca Juga:  Terima Bansos Covid-19, Warga Kulim: Bantuan Datang saat Tepat
(RIAUPOS.CO) — Hari pertama masuk sekolah, puluhan siswa kelas XI, XII dan alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 3 Pekanbaru melakukan aksi menuntut kepala sekolah (Kasek) Drs Alisman agar turun dari jabatannya, Senin (15/7).
Menurut salah satu siswa berinisial D, aksi ini dilatarbelakangi oleh tindakan kepala sekolah yang dinilai melakukan penggelapan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan pemecatan dua orang guru honorer SMK Muhammadiyah serta melakukan tindakan semena-mena kepada siswa.
“Kami menolak Bapak Alisman, kembalikan ayahanda kami Bapak Gusrianto dan Ahlul Alamsyah. Kepala sekolah memberhentikan secara sepihak tanpa ada alasan yang jelas. Dari sekian banyak guru yang membela kami, dua orang itu yang dipermasalahkan,” kata D.
Selain itu, D juga mengungkapkan jika kasek sempat melakukan intimidasi terhadap salah satu rekannya dan mengancam jika melakukan aksi akan dikeluarkan dari sekolah. “Teman kami diancam dan kakaknya ditelepon kalau ikut aksi akan dikeluarkan dari sekolah,” pungkas D.
Aksi tersebut juga didukung oleh belasan alumni SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru. Mereka turut mendatangi sekolah dan melakukan aksi bersama adik-adik kelasnya.
Salah satu alumni Hafiz mengatakan jika sekolah telah melakukan penggelapan dana. Ia bercerita terkait kartu pelajar yang dijanjikan akan dibuat sekaligus dengan kartu ATM. Namun hingga angkatan ke-7 tersebut lulus, mereka hanya mendapatkan kartu pelajar tanpa ATM seperti yang dijanjikan. “Kami disuruh bayar Rp50 ribu buat isi saldonya. Tapi sampai kami lulus itu nggak ada,” ungkap Hafiz.
Siswa lainnya, Di juga mengeluhkan terkait kualitas seragam yang diberikan oleh sekolah. Ia menuturkan jika seragam tersebut mudah sobek ketika digunakan. “Baju seragamnya itu mudah koyak,” keluh Di.
Saat aksi tersebut Alisman tidak menemui siswa yang berdemonstrasi dengan alasan sedang melakukan rapat. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Tata Usaha (TU) SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru Fikrizon. “Kepala sekolah lagi rapat,” ujarnya.
Fikrizon menjelaskan jika tuntutan siswa sudah diselesaikan bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Ia juga mengatakan jika Pimpinan Daerah Muhammadiyah telah membentuk tim investigasi dari aksi sebelumnya dan telah mendapatkan laporan. Berdasarkan laporan tersebut, Fikrizon menuturkan jika dua orang guru yang diberhentikan tersebut tidak bisa diperpanjang lagi.
“Ada dua guru, satu mengajar karena membantu guru lainnya bidang studi PKN, sudah ajaran baru jadi sudah nggak dipakai lagi. Satunya lagi guru honorer memang tidak diperpanjang,” titur Fikrizon.
Fikrizon mengatakan jika kesalahan kepala sekolah hanya sebatas kesalahan pada norma-norma. Ia menampik penggelapan dana yang dilakukan oleh kasek.
“Kaseknya sudah diperiksa, sudah diinvestigasi, kita berharap kesalahan itu tak terulang lagi. Kalau masalah korupsi sampai Rp1 miliar itu tidak terbukti,” terang Fikrizon.
Terkait permasalahan kartu pelajar dan ATM, Fikrizon menjelaskan, jika kartu tersebut memang belum dibuat. Sementara uang dari siswa yang telah menjadi alumni, Fikrizon mengatajan jika uang tersebut masih dipegang oleh wali kelas. “Uangnya masih sama wali kelas, yang koordinir juga belum tahu. Itu program kita tapi belum terlaksana,” pungkas Fikrizon.
Setelah melakukan orasi, siswa dibubarkan oleh pihak sekolah dan diminta pulang ke rumah masing-masing agar tidak mengganggu orientasi siswa baru SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru.(*2/ade)

Laporan Mario Kisaz, Pekanbaru
Baca Juga:  Pilot Perempuan 19 Tahun Lintasi 52 Negara dan 5 Benua
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari