Selasa, 9 Juli 2024

Cerita Pandai Besi Hadapi Covid-19 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Beragam jenis benda yang berbahan dasar besi berjejer rapi di Kedai Besi Johan, Jalan Hang Tuah, kilometer 12, Tenayan Raya.  Dalam sehari kerja, usaha pandai besi itu bisa mencetak 10 sampai 15 parang. Di sana,  tersedia juga dodos, egrek, pisau dan lainnya.

Menariknya, sejak menggeluti bisnis pada 2009,  usahanya terbilang lancar. Pria paruh baya asal Jambi bernama Marjohan itu menyebut, langganannya sampai ke Kalimantan.

- Advertisement -

"Ini usaha turun temurun dari keluarga yang pengrajin pandai besi. Jadi sejak saya di sini, banyak pesanan dari perusahaan luar kota, seperti Jambi, Bengkulu dan Kalimantan," sebutnya.

Lebih dari itu, pemesanan itu bisa mencapai 2 ribu bilah parang. Jika pesanan banyak, dirinya dibantu dua karyawannya. Jam kerja pukul 08.00 WIB sampai 15.30 WIB.

"Parangnya sesuai pesanan mereka. Biasanya ukuran mencapai 50 cm – 70 cm. Saya bilang ke pemesan, kalau mau nunggu saya sanggupi. Kalau tidak, ya cari ke yang lain. Karena kami bukan bekerja seperti robot. Beruntung, pelanggan mengerti," ucapnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Lestarikan Kain Tenun Siak, Kecamatan Bukit Raya Akan Terbitkan Buku

Kepada Riau Pos yang dijumpai pada Senin (12/10), untuk harga yang ditawarkannya pun bervariasi. Tergantung ukuran dan kesulitan.

"Harga parang paling murah Rp50 ribu dan paling tinggi Rp250 ribu (pakai tempat kayu, red). Bahan besinya dari pir mobil," urai pria berkacamata ini.

Dilanjutkannya, hasil tangannya yang paling laris terjual ialah parang dan dodos. Baik pesanan perusahaan maupun masyarakat umum yang beli.

"Sejak Covid-19, perusahaan sudah tidak pada pesan. Entah karena di sana ada yang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau bagaimana. Sehingga berpengaruh juga ke kami. Sekarang, pendapatan per hari dari Rp1 juta sampai Rp2 juta," ungkapnya.

Meski begitu, ia tetap bersyukur. Dijalani dan jangan jadi pengeluh. "Kalau kita hidup jauh dari syukur tidak akan pernah cukup," kata bapak dua anak itu.

Baca Juga:  GAPKI Riau Dukung Penuh LKTW Raja Ali Kelana Sempena HUT PWI

Hasil kerja kerasnya itu pun membuatnya bisa menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan tinggi. "Anak saya pertama sudah semester delapan (kuliah di Jambi, red). Kalau anak kedua kelas VI SD. Semoga anak-anak bisa menjadi lulusan yang membanggakan dan pekerja yang jujur," harapnya.(azr) 

Laporan: SOFIAH (Pekanbaru)

Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Beragam jenis benda yang berbahan dasar besi berjejer rapi di Kedai Besi Johan, Jalan Hang Tuah, kilometer 12, Tenayan Raya.  Dalam sehari kerja, usaha pandai besi itu bisa mencetak 10 sampai 15 parang. Di sana,  tersedia juga dodos, egrek, pisau dan lainnya.

Menariknya, sejak menggeluti bisnis pada 2009,  usahanya terbilang lancar. Pria paruh baya asal Jambi bernama Marjohan itu menyebut, langganannya sampai ke Kalimantan.

"Ini usaha turun temurun dari keluarga yang pengrajin pandai besi. Jadi sejak saya di sini, banyak pesanan dari perusahaan luar kota, seperti Jambi, Bengkulu dan Kalimantan," sebutnya.

Lebih dari itu, pemesanan itu bisa mencapai 2 ribu bilah parang. Jika pesanan banyak, dirinya dibantu dua karyawannya. Jam kerja pukul 08.00 WIB sampai 15.30 WIB.

"Parangnya sesuai pesanan mereka. Biasanya ukuran mencapai 50 cm – 70 cm. Saya bilang ke pemesan, kalau mau nunggu saya sanggupi. Kalau tidak, ya cari ke yang lain. Karena kami bukan bekerja seperti robot. Beruntung, pelanggan mengerti," ucapnya.

Baca Juga:  Telkomsel Serahkan Masker lewat AJI Pekanbaru untuk Dibagikan ke Warga

Kepada Riau Pos yang dijumpai pada Senin (12/10), untuk harga yang ditawarkannya pun bervariasi. Tergantung ukuran dan kesulitan.

"Harga parang paling murah Rp50 ribu dan paling tinggi Rp250 ribu (pakai tempat kayu, red). Bahan besinya dari pir mobil," urai pria berkacamata ini.

Dilanjutkannya, hasil tangannya yang paling laris terjual ialah parang dan dodos. Baik pesanan perusahaan maupun masyarakat umum yang beli.

"Sejak Covid-19, perusahaan sudah tidak pada pesan. Entah karena di sana ada yang pemutusan hubungan kerja (PHK) atau bagaimana. Sehingga berpengaruh juga ke kami. Sekarang, pendapatan per hari dari Rp1 juta sampai Rp2 juta," ungkapnya.

Meski begitu, ia tetap bersyukur. Dijalani dan jangan jadi pengeluh. "Kalau kita hidup jauh dari syukur tidak akan pernah cukup," kata bapak dua anak itu.

Baca Juga:  Edukasi Safety Riding di SMK Negeri 7 Pekanbaru

Hasil kerja kerasnya itu pun membuatnya bisa menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan tinggi. "Anak saya pertama sudah semester delapan (kuliah di Jambi, red). Kalau anak kedua kelas VI SD. Semoga anak-anak bisa menjadi lulusan yang membanggakan dan pekerja yang jujur," harapnya.(azr) 

Laporan: SOFIAH (Pekanbaru)

Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari