Jumat, 22 November 2024

Selain Sekolah, Guru Juga Disatukan

- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Meski kebijakan tiga sekolah dasar (SD) di merger (digabungkan) sudah mendapatkan protes keberatan masyarakat, namun sepertinya situasi itu, tidak akan mengubahnya. Tiga sekolah yang digabung mulai tahun ajaran baru tersebut adalah SDN 01, SDN 10 dan SDN 156 Pekanbaru.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Muzailis mengatakan, tiga sekolah itu namanya disatukan menjadi SD Negeri 01 Pekanbaru. Jadi mulai 2019 ini, dua SD yang digabung tersebut sudah tidak aktif lagi. Penggabungan tersebut terpaksa dilakukan karena beberapa alasan, salah satunya karena akan ada pengembangan lahan untuk pasar tradisional.
‘’Sekolah disatukan namanya jadi SDN 01 Pekanbaru. Gurunya juga digabungkan juga,’’ ujar Muzailis kepada Riau Pos, Kamis (11/7). Beberapa hari ini murid-murid terpaksa belajar di musala sekolah. Bahkan proses belajar
mengajar juga pernah dilaksanakan di halaman sekolah. Dengan berasalan tikar. Sebab sekolah menjadi kekurangan ruang kelas karena penyatuan sekolah tersebut. 
Kondisi itu tidak tahu kapan akan berakhir. Orang tua murid berharap terhadap pihak Disdik Kota Pekanbaru untuk memberikan solusi yang terbaik. Misalnya dengan menambah ruang kelas baru. Sehingga murid tidak belajar di luar ruang kelas sekolah. Sehingga diharapkan proses belajar mengajar di SD yang ada di Jalan Ahmad Yani tersebut berjalan baik. 
‘’Kita berharap Disdik membangun tambahan ruang kelas. Sehingga belajar jadi aman dan nyaman. Kita berharap ke depan tidak ada penggusuran sekolah. Sebaliknya ada tambahan sekolah,’’ tutur Ris, salah satu masyarakat setempat.
Tak Bisa Berbuat Apa-apaKabar dimergernya tiga sekolah di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru, yaitu SDN 01, SDN 10 dan SDN 156 menimbulkan kekhawatiran pihak sekolah.
Komite SDN 01 Syafrial Alidin MA mengatakan, kekhawatiran tersebut disebabkan kejadian yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Di mana sekolah yang dimerger dialihfungsikan menjadi pasar. ‘’Sudah ada sekolah, sekarang jadi pasar,’’ katanya, Kamis (11/7).
Syafrial mengaku tidak mempermasalahkan penggabungan ketiga sekolah tersebut. Justru ia menganggap hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi ketiga sekolah yang disatukan.
‘’Kalau jadi satu, kan ekskul jalan, program-program lain juga jalan dan itu akan sangat bagus sekali,’’ ucap Syafial.
Syafrial menjelaskan, bangunan SDN 156 yang terletak paling belakang dan berdekatan dengan pasar yang dulunya SD tersebut telah diukur. Ia menyayangkan jika pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengambil alih SDN 156 dan dialihfungsikan untuk dijadikan bangunan lain.
Padahal, SDN 156 menurut Syafrial memiliki gedung dan fasilitas yang paling baik di antara ketiga sekolah tersebut. Ia menyampaikan, jika murid SDN 156 dialihkan ke gedung SDN 10 dan SDN 01, maka akan menganggu proses pembelajaran.
‘’Kami saja kekurangan ruang, untuk belajar ada tiga shift. Kalau nanti bangunan belakang itu dialihfungsikan jadi bangunan lain bagaimana murid belajar, apa harus nambah shift jadi empat dan belajar sampai malam?’’ tegas Syafrial.(ilo/*2)
Baca Juga:  Nasib Pemulung Merajut Asa dari Mengumpulkan Barang Bekas Hidupi Empat Anak dengan Penghasilan Rp25 Ribu Sehari
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Meski kebijakan tiga sekolah dasar (SD) di merger (digabungkan) sudah mendapatkan protes keberatan masyarakat, namun sepertinya situasi itu, tidak akan mengubahnya. Tiga sekolah yang digabung mulai tahun ajaran baru tersebut adalah SDN 01, SDN 10 dan SDN 156 Pekanbaru.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru Muzailis mengatakan, tiga sekolah itu namanya disatukan menjadi SD Negeri 01 Pekanbaru. Jadi mulai 2019 ini, dua SD yang digabung tersebut sudah tidak aktif lagi. Penggabungan tersebut terpaksa dilakukan karena beberapa alasan, salah satunya karena akan ada pengembangan lahan untuk pasar tradisional.
‘’Sekolah disatukan namanya jadi SDN 01 Pekanbaru. Gurunya juga digabungkan juga,’’ ujar Muzailis kepada Riau Pos, Kamis (11/7). Beberapa hari ini murid-murid terpaksa belajar di musala sekolah. Bahkan proses belajar
mengajar juga pernah dilaksanakan di halaman sekolah. Dengan berasalan tikar. Sebab sekolah menjadi kekurangan ruang kelas karena penyatuan sekolah tersebut. 
Kondisi itu tidak tahu kapan akan berakhir. Orang tua murid berharap terhadap pihak Disdik Kota Pekanbaru untuk memberikan solusi yang terbaik. Misalnya dengan menambah ruang kelas baru. Sehingga murid tidak belajar di luar ruang kelas sekolah. Sehingga diharapkan proses belajar mengajar di SD yang ada di Jalan Ahmad Yani tersebut berjalan baik. 
‘’Kita berharap Disdik membangun tambahan ruang kelas. Sehingga belajar jadi aman dan nyaman. Kita berharap ke depan tidak ada penggusuran sekolah. Sebaliknya ada tambahan sekolah,’’ tutur Ris, salah satu masyarakat setempat.
Tak Bisa Berbuat Apa-apaKabar dimergernya tiga sekolah di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru, yaitu SDN 01, SDN 10 dan SDN 156 menimbulkan kekhawatiran pihak sekolah.
Komite SDN 01 Syafrial Alidin MA mengatakan, kekhawatiran tersebut disebabkan kejadian yang sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Di mana sekolah yang dimerger dialihfungsikan menjadi pasar. ‘’Sudah ada sekolah, sekarang jadi pasar,’’ katanya, Kamis (11/7).
Syafrial mengaku tidak mempermasalahkan penggabungan ketiga sekolah tersebut. Justru ia menganggap hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi ketiga sekolah yang disatukan.
‘’Kalau jadi satu, kan ekskul jalan, program-program lain juga jalan dan itu akan sangat bagus sekali,’’ ucap Syafial.
Syafrial menjelaskan, bangunan SDN 156 yang terletak paling belakang dan berdekatan dengan pasar yang dulunya SD tersebut telah diukur. Ia menyayangkan jika pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengambil alih SDN 156 dan dialihfungsikan untuk dijadikan bangunan lain.
Padahal, SDN 156 menurut Syafrial memiliki gedung dan fasilitas yang paling baik di antara ketiga sekolah tersebut. Ia menyampaikan, jika murid SDN 156 dialihkan ke gedung SDN 10 dan SDN 01, maka akan menganggu proses pembelajaran.
‘’Kami saja kekurangan ruang, untuk belajar ada tiga shift. Kalau nanti bangunan belakang itu dialihfungsikan jadi bangunan lain bagaimana murid belajar, apa harus nambah shift jadi empat dan belajar sampai malam?’’ tegas Syafrial.(ilo/*2)
Baca Juga:  Nasib Pemulung Merajut Asa dari Mengumpulkan Barang Bekas Hidupi Empat Anak dengan Penghasilan Rp25 Ribu Sehari
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari