PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Pesawat Casa 212 A-2018 membawa NaCl (garam) sebagai bahan semai teknologi modifikasi cuaca (TMC) mulai terbang untuk membuat hujan buatan di wilayah pesisir langit Riau. Penyemaian 800 kg NaCl dilakukan di Bengkalis dan Dumai. Menariknya, informasi yang dirangkum Riau Pos, hujan turun di wilayah Siak dan Rokan Hilir, Rabu (11/3).
Sorti 1 Casa dilakukan di area semai Kabupaten Bengkalis dan Dumai Rabu siang dengan ketinggian puncak awan 11.000-15.000 feet (kaki) dengan ketinggian semai 10.000 feet. Proses pembuatan hujan buatan ini dilakukan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT). Proses dimulainya penyemaian garam membuat hujan buatan di Riau langsung dihadiri Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto. Menurutnya tim diturunkan untuk melaksanakan siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui operasi TMC di Riau. Tim TMC yang didukung TNI AU akan mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan guna pembasahan lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air untuk mencegah terjadinya karhutla yang lebih luas dan tidak terkendali.
"Pelaksanaan operasional TMC tahun ini merupakan salah satu tindakan pencegahan karhutla di Riau. Berdasarkan historis fluktuatif jumlah hot spot meningkat pada Maret dan periode puncak pada Agustus hingga September," ujarnya melalui rilis resmi BBTMC-BPPT yang diterima Riau Pos, kemarin siang.
Menurut Tri Handoko, operasional TMC di Riau bertujuan tidak hanya mematikan titik api karhutla sebagai sumber bencana kabut asap, tapi juga menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering. Informasi yang dirangkum Riau Pos, penyemaian garam dilakukan di wilayah Bengkalis dan Dumai. Dengan bahan semai NaCl sejumlah 800 kilogram. Dengan demikian masih ada sisa bahan 19.200 kilogram lagi yang dimiliki tim TMC di Riau.
Kemarin, cuaca panas sejak pagi memang dirasakan masyarakat Pekanbaru secara menyeluruh. Namun di sebagian wilayah pesisir dikabarkan hujan turun dengan intensitas tinggi. Seperti laporan yang diterima di wilayah Rokan Hulu, tepatnya di Pujud, dan Siak Sriindrapura.
"Ya, tadi hujan deras di sini (Siak, red)," kata warga Siak Sriindrapura Ari kepada Riau Pos.
Memang, perihal TMC ini faktor kelembaban tanah gambut menjadi hal yang penting untuk terus dipantau secara kontinu guna mengetahui tingkat kekeringan yang dapat menjadi sinyal kerawanan bencana karhutla di suatu wilayah. Strategi pelaksanaan TMC dapat lebih difokuskan untuk membasahi atau re-wetting area gambut yang dinilai mempunyai tingkat kekeringan yang perlu diwaspadai. Dengan tetap terjaganya kelembaban tanah pada area lahan gambut, maka potensi terjadinya kebakaran di area lahan gambut akan semakin berkurang.
Sementara Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC Budi Harsoyo mengatakan, untuk membangun sistem monitoring di area lahan gambut, BBTMC telah mengembangkan Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut untuk Early Warning System Karhutla (SMOKIES). Caranya dengan menempatkan sejumlah instrumen ukur parameter cuaca dan hidrologi berupa Automatic Weather Station (AWS) dan Sensor Ultrasonik untuk pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.
Kedua instrumen ini berfungsi untuk mengukur parameter cuaca dan TMA lahan gambut hingga kedalaman 1.5 meter dan datanya secara real time ditransmisikan ke server di BPPT setiap 1 jam. "Penempatan instrumen SMOKIES ini perlu diperbanyak lokasi pengukurannya agar memberikan gambaran monitoring tinggi muka air lahan gambut yang representative di beberapa provinsi rawan karhutla," papar Budi Harsoyo.
Posko TMC Karhutla Riau dipusatkan di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dengan dukungan pesawat TNI-AU Casa 212 milik TNI AU dari Skuadron 4, Malang.
"Kami akan memulai penerbangan pertama hari ini (kemarin, red,)" ujar Koordinator Lapangan BBTMC Dwipa R Soehoed.
Kemudian lebih lanjut diungkapkannya, pembiayaan pelaksanaan TMC Provinsi Riau bersumber dana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena mengatakan pelaksanaan operasi TMC di Riau sesuai Instruksi Presiden nomor 03 tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan tanggal 28 Februari 2020. Dalam hal ini, lanjut Yudi, BPPT salah satunya mengemban tugas melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Selain itu, kata Yudi, dalam Inpres nomor 03/2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, BPPT juga mendapat tugas untuk mengembangkan Teknologi Pembukaan Lahan Tanpa Bakar melalui inovasi Bio-Peat.
"Inovasi Bio-Peat adalah inovasi untuk menyuburkan lahan gambut sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, tanpa perlu pembakaran lahan. Ditujukan guna mencegah karhutla," bebernya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Harmensyah mengatakan sebanyak 20 ton garam tersebut masih berkemungkinan untuk ditambah. Hal tersebut jika stok garam sudah menipis dan curah hujan masih minim di Riau.
"Sekarang ini 20 ton. Nanti akan terus dikirim kalau sudah mulai berkurang," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk melakukan proses penyemaian garam tersebut, satu unit pesawat Cassa A-2108 dari Skadron Udara 4 Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur didatangkan ke Riau. Pesawat itu mampu mengangkut 800 kilogram garam dalam sekali penerbangan.
"Selama ini dinilai cukup efektif untuk membantu Riau mengatasi bencana karhutla selama periode siaga darurat. BPPT melakukan TMC bukan hanya tebar tebar garam begitu. Namun dengan perhitungan yang cermat, mulai dari arah angin, awan potensial, pendataan cuaca dan lainnya," jelasnya.
Koordinator Lapangan TMC Satgas Karhutla Riau Dwipa Wirawan mengatakan, pada hari pertama pelaksaaan penyemaian garam, pihaknya menyebar 800 kilogram garam di langit Kota Dumai. "Hari ini (kemarin, red) potensi awan berada di timur laut Kota Dumai. Kami siapkan penerbangan ke sana," katanya.
Tim Pemadam Ditarik ke Tanjung Kedabu Proses pemadaman dan pendinginan karhutla yang melanda Desa Tanjung Kedabu, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti masih berlangsung hingga Rabu (11/3). Ratusan tim pemadam berjibaku laksanakan penanggulangan sejak api terpantau beberapa pekan lalu (24/2). Kondisi itu dibeberkan Kasi Karhutla dan Kecelakaan BPBD Meranti, Ekaliptus kepada Riau Pos, Rabu (11/3).
"Tadi pagi masih terpantau tiga titik api di Desa Tanjung Kedabu. Tapi sekarang sudah masuk pada proses pendinginan oleh ratusan tim pemadam yang tersebar di beberapa titik loksi desa," ujarnya.
Menurutnya titik api menyusut juah dari belasan titik api yang sempat membara murni melalui proses pemadaman manual oleh tim pemadam. "Kondisi lahan kering. Panas terik. Tidak ada hujan. Water bombing hanya sebentar. Titik api menyusut murni jerih payah tim pemadam di lapnagan," ungkapnya.
Semula terdapat juga terdapat titik lokasi lain ynag membara. Tepatnya di Desa Mengkikip. Namun hingga saat ini proses pemadam rampung. "Hari ini tugas kami selesai di Desa Mengkikip. Api di sini sudah padam beberapa hari terkahir. Tapi untuk memastikan titik api padam, kami masih berada di lokasi," ungkap Kasi Pemandam Pemadam Kebakaran Permukiman Penduduk dan Gedung BPBD Kabupaten Kepulauan Meranti, Eko Setiawan.
Menyikapi hal itu, ia dan tim pemadam akan ditarik Kamis (11/3) menuju Tanjung Kedabu untuk membantu proses pemadam di sana. "Besok kami tarik pasukan menuju ke Desa Tanjung Kedabu. Karena di sana masih ada titik api," ujarnyaa.
Sementara itu sekitar satu hektare (ha) lahan di Jalan Sido Bangun Dusun Tengki Benar Jaya Kepenghuluan Pematang Botam, Rimba Melintang, Rokan Hilir (Rohil) terbakar. Namun tim yang turun ke lapangan berhasil memadamkan api dengan cepat dan melakukan pendinginan, Rabu (11/3).
"Sudah berhasil dilakukan pendinginan agar api tidak meluas, kegiatan berjalan lancar," kata Kapolres Rohil AKBP M Mustofa SIK MSi didampingi Kasubag Humas AKP Juliandi SH kemarin. Ia menerangkan kegiatan pemadaman dimulai pagi dan menjelang siang sudah berhasil dilakukan.
Tetapkan 46 Tersangka Perorangan Karhutla Polda Riau berserta jajaran telah menetapkan 46 tersangka perorangan dugaan karhutla. Mereka bertanggung jawab atas kebakaran lahan seluas 189,9 hektare di Bumi Lancang Kuning. Demikian diungkapkan Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto kepada Riau Pos, Rabu (11/3). Dikatakannya, para tersangka itu dari 39 laporan polisi (LP) yang ditangani polres/ta jajaran sejak Januari 2020 lalu.
"Jumlah tersangka karhulta terus bertambah. Saat ini, sudah ada 46 tersangka perorangan dari 39 LP," ungkap Sunarto.
Terhadap perkara itu, lanjut perwira berpangkat tiga bunga melati, ditangani oleh depalan Polres. Di antaranya Polres Indragiri Hulu (Inhu) menangani satu perkara dan menjerat tiga tersangka dan Polres Bengkalis menangani sepuluh kasus dengan sebelas tersangka, serta Polresta Pekanbaru mengusut dua perkara dengan dua tersangka.
Kemudian, Polresta Dumai menetapkan tiga orang tersangka dari tiga perkara, Polres Siak menangani tiga perkara dengan empat tersangka. Polres Rokan Hilir (Rohul) mengusut sebelas perkara dengan 13 tersangka. Polres Indragiri Hilir (Inhil) menangani lima perkara dan enam tersangka dan Polres Meranti 4 perkara dan 4tersangka.(egp/akw/dof/sol/wir/fad/rir)