- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Puluhan wali murid datang ke DPRD Pekanbaru mengadukan nasib anaknya yang tidak diterima di sekolah negeri, Senin (8/7). Rombongan itu berasal dari Kecamatan Tampan.
“Minta bantu sama dewan supaya anak kami bisa masuk SMP negeri. Soalnya yang melamar ada 700 orang. Sedangkan yang diterima 128 orang di SMPN 42, Jalan Purwodadi,†kata wali murid, Azwar Annas kepada Riau Pos.
- Advertisement -
Menurutnya, untuk masuk sekolah swasta paling rendah orangtua harus membayar Rp3,5 juta. Sementara dia hanya sebagai seorang penjahit yang penghasilannya tidak menentu. Terkadang sehari hanya Rp80-100 ribu. “Tentunya itu mahal. Harapannya tentu supaya bisa anak kami masuk negeri. Soalnya di sana SMP sangat langka, sedangkan masyarakat sangat banyak. Terutama di Kecamatan Tampan,†terangnya.
Senada dengan itu, Darliman yang anaknya juga tidak diterima di SMPN 42 telah mendatangi Dinas Pendidikan Pekanbaru. “Kesimpulannya tunggu kebijakan dari pusat. Jadi, anak kami tidak sekolah ceritanya bagaimana. Mau ke swasta kami tidak sanggup. Kalau harus ke swasta, kemungkinan anak kami tidak sekolah, karena tidak punya biaya,†rincinya.
Darliman menuturkan hanya buruh kasar. Diperkirakan sebulan hanya Rp1,5 juta rupiah penghasilannya. Itulah ia mengharapkan betul anaknya bisa jebol masuk negeri.
“Kalau swasta untuk pembayaran masuk bisa sampai lima juta rupiah. Belum lagi SPP setiap bulannya Rp250 ribu,†tambahnya.(*1/ilo/sol)
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Puluhan wali murid datang ke DPRD Pekanbaru mengadukan nasib anaknya yang tidak diterima di sekolah negeri, Senin (8/7). Rombongan itu berasal dari Kecamatan Tampan.
“Minta bantu sama dewan supaya anak kami bisa masuk SMP negeri. Soalnya yang melamar ada 700 orang. Sedangkan yang diterima 128 orang di SMPN 42, Jalan Purwodadi,†kata wali murid, Azwar Annas kepada Riau Pos.
- Advertisement -
Menurutnya, untuk masuk sekolah swasta paling rendah orangtua harus membayar Rp3,5 juta. Sementara dia hanya sebagai seorang penjahit yang penghasilannya tidak menentu. Terkadang sehari hanya Rp80-100 ribu. “Tentunya itu mahal. Harapannya tentu supaya bisa anak kami masuk negeri. Soalnya di sana SMP sangat langka, sedangkan masyarakat sangat banyak. Terutama di Kecamatan Tampan,†terangnya.
Senada dengan itu, Darliman yang anaknya juga tidak diterima di SMPN 42 telah mendatangi Dinas Pendidikan Pekanbaru. “Kesimpulannya tunggu kebijakan dari pusat. Jadi, anak kami tidak sekolah ceritanya bagaimana. Mau ke swasta kami tidak sanggup. Kalau harus ke swasta, kemungkinan anak kami tidak sekolah, karena tidak punya biaya,†rincinya.
- Advertisement -
Darliman menuturkan hanya buruh kasar. Diperkirakan sebulan hanya Rp1,5 juta rupiah penghasilannya. Itulah ia mengharapkan betul anaknya bisa jebol masuk negeri.
“Kalau swasta untuk pembayaran masuk bisa sampai lima juta rupiah. Belum lagi SPP setiap bulannya Rp250 ribu,†tambahnya.(*1/ilo/sol)
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin