PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Setelah hampir 20 tahun, udang galah menjadi komoditas air tawar langka di Sungai Siak, Kota Pekanbaru. Namun populasinya sejak tahun 2020 kembali meningkat. Hal ini setidaknya dirasakan anggota Komunitas Spot Mancing Riau.
Hal ini juga diakui oleh Ketua Komunitas Spot Mancing Riau Surya Dharma, yang punya pengalaman memancing di Sungai Siak, Pekanbaru sejak tahun 2000 silam.
Pengamatan Surya, udang galah memang sulit didapat, sampai pabrik karet di tepi Sungai Siak dekat kawasan Rumbai berhenti beroperasi sekitar 2019 lalu. Namun tidak serta merta udang galah muncul di perairan sungai yang sudah tercemar dan tidak layak minum itu. Perlu recovery hampir satu dekade sampai udang kembali mudah didapat para pemancing.
"Mulai 2020 lalu, pemancing mulai banyak dapat udang galah. Kalau fokus, sekali mancing bisa dapat 10-15 ekor udang galah. Namun yang terpenting dari itu, pencemaran Sungai Siak sedikit berkurang sejak pabrik karet tidak beroperasi. Saya kira semenjak itu udang galah mulai muncul lagi," ungkap pria yang lahir 45 tahun lalu di Kota Pekanbaru ini, Senin (6/6).
Surya membeberkan, berdasarkan pengalamannya sejak 2020, spot terbaik untuk memancing udang saat ini di Sungai Siak di sekitar Kelurahan Okura, Rumbai. Namun pemancing harus tahu cara memancing hewan air tawar berharga mahal tersebut. Tidak kalah penting adalah kesabaran. Pasalnya untuk mendapatkan sampai 15 ekor udang galah perlu waktu sampai 10 jam.
"Teknik mancingnya pakai teknik dasar, pakai pemberat. Kalau untuk spotnya, udang biasanya berada di pinggir sungai, di bawah tumbuhan air seperti di bawah sekumpulan eceng gondok. Di bawah pohon-arah ke sungai atau dekat dengan sungai juga menjadi habitat udang," kata Surya.
Untuk menjaga agar udang galah di aliran Sungai Siak Pekanbaru tidak kembali menghilang, udang hasil pancingan juga dibatasi. Udang baru diambil minimal bila sudah berukuran sebesar jempol orang dewasa. Selain itu, Komunitas Spot Mancing Riau juga berkomitmen wajib melepas udang yang sedang bertelur.(end)