PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Menjalankan perintah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan sebagai pengamanan udara wilayah barat Indonesia, Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin mengerahkan kekuatan tempur dengan mengirimkan empat pesawat tempur F-16 ke Lanud Raden Sadjad Ranai Natuna, Selasa (7/1) siang. Ini juga sebagai tambahan kekuatan tempur TNI, bila mana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun yang pasti, ini dilakukan dalam upaya mengamankan dan menjaga kedaulatan NKRI di laut Natuna.
Komandan Lanud (Danlanud) Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Ronny Irianto Moningka mengatakan total kekuatan yang dikerahkan Lanud RSN, di antaranya satu flight yang terdiri empat pesawat tempur F-16, enam penerbang tempur, dan didukung ground crew yang berjumlah 60 orang. Selama sepekan kekuatan ini akan berada di Natuna.
"Pengiriman empat pesawat tempur F-16 ini dengan sandi operasi Lintas Elang 20 adalah perintah dari panglima TNI," kata Danlanud kepada wartawan, kemarin.
Disampaikannya juga, dari pengiriman tambahan kekuatan dari Lanud Roesmin Nurjadin ini ke Natuna tidak sebagai provokasi kepada pihak manapun.
"Kami hanya diminta menjaga wilayah NKRI dengan baik," tegas Ronny.
Selanjutnya disampaikan Ronny, TNI AU selalu siap melaksanakan operasi. Seluruh personel disiapkan untuk melaksanakan perintah Panglima TNI, bilamana diperlukan untuk menjaga kedaulatan NKRI.Kapal Cina
Sembilan hari pasca Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melayangkan nota protes diplomatik kepada Cina, kapal ikan dan kapal coast guard Cina masih bertahan di Perairan Natuna Utara. Badan Keamanan Laut (Bakamla) bahkan sudah mendapat informasi ada tiga kapal lain milik Cina yang hendak dikirim ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di wilayah Kepulauan Riau itu.
Bakamla melihat hal tersebut sebagai potensi perkuatan kapal dari Cina. Walau belum tahu pasti, Kepala Bakamla Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman menyebutkan, tiga kapal itu terdiri atas kapal coast guard Cina dan kapal logistik. "Kelihatannya ada perkuatan. Apakah perkuatan itu untuk memperkuat atau mengganti, nanti akan kami lihat," terang dia di Jakarta, kemarin (7/1).
Pejabat yang lebih akrab dipanggil Taufiq itu menyebutkan bahwa pihaknya akan terus memantau pergerakan kapal-kapal Cina di Natuna Utara. Sampai kemarin siang kapal-kapal tersebut belum keluar dan masih berada di ZEE Indonesia.
Pihaknya juga sudah melaporkan kondisi itu kepada Kemlu. "Bahwa masih ada dua coast guard mereka di sekitar situ. Ada satu di luar," ungkapnya.
Guna menambah kekuatan Bakamla, mereka mengirim lagi dua kapal dari Batam untuk membantu kapal yang sudah lebih dulu berada di Natuna Utara. ”Kita imbangi mereka (Cina),” tegasnya. Jenderal bintang tiga TNI AL itu juga memastikan, pihaknya mendukung langkah pemerintah yang hendak mengirim nelayan dari Pantai Utara (Pantura) Jawa ke Natuna Utara. Dia memastikan pihaknya hadir untuk melindungi para nelayan tersebut.
Saat nelayan-nelayan itu melaut, Bakamla akan mengawal. "Jadi, mereka beroperasi di sekitar saya," ucap Taufiq. Namun demikian, yang saat ini menjadi masalah adalah kondisi cuaca dan ombak. "Sekarang musim ombaknya besar," kata dia. Untuk itu, sebelum para nelayan diberangkatkan ke Natuna Utara, harus dipastikan mereka siap. Bukan hanya personelnya, kapalnya juga wajib dipastikan dalam kondisi prima.
Mengirim nelayan untuk menunjukkan bahwa wilayah yang dimasuki kapal-kapal Cina masih bagian dari Indonesia, tidak lantas mengesampingkan faktor keselamatan. "Karena walau pun bagaimana, yang saya tahu bahwa kapal ikan itu sudah lama nggak beroperasi," bebernya. Karena itu, Taufiq meminta seluruh kapal yang akan dikirim ke Natuna Utara harus dicek. Khususnya bagian yang berpengaruh terhadap keselamatan. (rir/bay/dof)