Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Karhutla Muncul di Musim Hujan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Riau gagal mewujudkan Riau tanpa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2020. Belum sepekan memasuk awal tahun telah terjadi karhutla yang menghanguskan belasan hektare lahan gambut di sejumlah kabupaten/kota. Menariknya karhutla itu justru terjadi saat musim hujan seperti sekarang ini.  Pasalnya berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir dan angin kencang terjadi di langit Riau.

Adapun karhutla pertama terjadi di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Rabu (1/1) lalu. Kebakaran itu menghanguskan lahan gambut sekitar 1,2 hektare (ha) dan kobaran api tersebut berhasil dipadamkan. Kemudian, di Jalan Karya Baru, RT 21 Kelurahan Lubuk Gaung di Kota Dumai yang menghanguskan lahan gambut semak belukar dan tanaman sawit seluas 10 hektare. Terakhir di Jalan Wayan, Dusun Lestari 2, RT 03/RW 04, Desa Kampung Pencing, Kecamatan Kandis, Senin (6/1). Kini, petugas tengah berupaya melakukan pemadaman dan berapa luasan lahan terbakar belum diketahui.

Gubernur Riau (Gubri) Drs H Syamsuar MSi mengaku belum dapat memastikan kapan menetapkan siaga darurat karhutla, meski telah terjadi kebakaran lahan di Bumi Lancang Kuning. Padahal sebe­lumnya, orang nomor satu di Riau itu menetapkan status darurat siaga di awal Januari.

"Belum, karena penetapan siaga darurat karhutla itu ada aturannya. Tak bisa ditetapakan gitu aja," ungkap Syamsuar kepada Riau Pos, Senin (6/1).

Disampaikan mantan Bupati Siak itu, pihaknya masih menunggu informasi dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru sebelum menetapkan status siaga darurat tersebut. Hal ini untuk memastikan kondisi yang terjadi di Riau. 

"Kita tunggu dulu informasi BMKG seperti apa," jelas Syamsuar. 

Dilanjutkan Gubri, pihaknya juga mengumpulkan seluruh perusahanan di Riau dalam membahas antisipasi karhutla di 2020. Pertemuan berlangsung di Balai Pauh Janggi Gedung Daerah, turut dihadiri Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI Mohammad Fadjar, Kajati Riau, Mia Amiati dan lainnya. Dalam pertemuan itu, Syamsuar meminta, perusahaan berperan aktif membantu pemerintah daerah mengatasi karhutla yang setiap tahun terjadi. Dengan ada kerja sama dengan perusahaan dan stakeholder lain, Gubri berharap, karhutla tak terulang kembali.

Baca Juga:  MKJP di Riau Bisa Kendalikan Jumlah Penduduk

"Diperkirakan, Sumatera bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara dan Riau akan memasuki musim kemarau di Februari-Maret. Ini akan terjadi dua kali tahun ini, tentu kita siapkan langkah-langkah untuk antipasi karhutla," paparnya. 

Terhadap perusahaan yang hadir itu menandatangani surat per­nyataan yang berisikan enam poin. Pertama, tidak akan melakukan pembakaran lahan dalam pembersihan areal pada pelaksanaan kegiatan perusahaa di lapangan. Kedua, menyediakan dan melengkapi personel regu padam kebakaran beserta sarana dan prasarana pe­ngendalian kebakaran sesuai standar teknis yang ada. 

Ketiga, melakukan pengendalian kebakaran lahan baik yang terjadi pada areal perusahaan maupun area sekitar perusahaan dalam radius 5 km. Keempat, bersedia membantu upaya pemadaman Karhutla di seluruh daerah Riau. Kelima, bekerja sama dengan Pemprov Riau dan pemko/pemkab se-Riau di wilayah masing-masing perusahaan dalam upaya pengendalian lahan. 

Keenam, membantu pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, khususnya dalam pengendalian kebakaran lahan serta bersedia diproses secara hukum jika patut diduga melakukan pembakaran lahan sesuai ketentuan perundangan-undangam yang berlaku. 

Tak hanya itu saja, Gubri telah mengeluarkan surat imbauan Nomor 01/PENG/2020 tentang Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau 2020. Imbauan berisikan seluruh masyarakat Riau agar tidak  membuka lahan dengan cara membakar dan berpartisipasi melaporkan kepada perangkat desa setempat, BPBD kabupaten/kota, dan aparat keamanan terdekat, apabila menemukan kejadian karhutla. 

Perusahaan bergerak di sektor perkebunan dan kehutanan, agar dapat menjaga kawasannya masing-masing dan sekitarnya dari karhutla. 

"Pelaku karhutla dapat dikenakan sanksi penjara maupun denda paling singkat 3 tahun penjara dan paling lama 10 tahun penjara. Untuk dendanya paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp10 miliar," sebut Syamsuar.

Sementara Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi me­ngatakan, hasil pengecekan tengah terjadi karhutla di Jalan Wayan, Dusun Lestari 2, RT 03/RW 04, Desa Kampung Pencing, Kecamatan Kandis, Kabupeten Siak. Saat ini, telah dikerakan belasan personel melakukan upaya pemadaman di lapangan.

Baca Juga:  Cegah Kasus Pertanahan, BPN Pekanbaru Gelar Sosialisasi

"Hari ini (kemarin, red) terjadi kebakaran lahan di Siak. Tapi hanya ada 11 personel yang melakukan pemadaman, ini masih kurang. Jadi kami memerlukan jumlah personel yang lebih besar lagi, karena pema­daman harus dilakukan secara cepat agar tidak meluas," sebut Kapolda.

Kemudian, ujar alumni Akpol 1988, untuk karhutla di Jalan Karya Baru, RT 21 Kelurahan Lubuk Gaung, Kota Dumai telah berhasil dipadamkan dengan mengerahkan puluhan personel. Kebakaran yang menghanguskan lahan gambut semak belukar dan tanaman sawit seluas 10 hektare. 

"Situasi di lokasi karhutla api sudah padam. Saat ini, dilakukan kegiatan pendinginan dan masih mengeluarkan asap putih tipis," imbuh mantan Dir Tipideksus Bareskrim Polri.

Ditambahkan Kapolda, pihaknya sebenarnya berharap Bumi Lancang Kuning terbebas dari karhulta. Akan tetapi, kondisi berkata lain dan telah terjadi kebakaran lahan di sejumlah daerah. 

"Kami inginkan tahun 2020 tidak ada api, tapi faktanya hari ini (kemarin, red) sudah ada karhutla. Kalau muncul api harus kita padamkan agar tidak meluas," tegas mantan Deputy Ciber Badan Inteligen Negara (BIN). 

Masih kata jendral bintang dua ini, dengan luasan lahan gambut di Riau setidaknya diperlukan 15.000 pesonel untuk melakukan penggulanan karhutla. Untuk itu, diperlukan peran dan kerja sama seluruh pihak untuk mengantisipasinya. 

Di Riau Terpantau 15 Hot Spot

Sementara itu Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Marzuki mengatakan hot spot tanggal 6 Januari pukul 06.00 di Sumatera terpantau 18 hot spot dengan level confidence (tingkat kepercayaan) di atas 50 persen. Tersebar di tiga provinis yakni Sumatera Selatan 2 titik, Bengkulu 1 titik dan yang terbanyak di Riau 15 hot spot. (hsb/wir/wik/dof/egp/ted)

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — PEMERINTAH Provinsi (Pemprov) Riau gagal mewujudkan Riau tanpa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2020. Belum sepekan memasuk awal tahun telah terjadi karhutla yang menghanguskan belasan hektare lahan gambut di sejumlah kabupaten/kota. Menariknya karhutla itu justru terjadi saat musim hujan seperti sekarang ini.  Pasalnya berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang dapat disertai petir dan angin kencang terjadi di langit Riau.

Adapun karhutla pertama terjadi di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Rabu (1/1) lalu. Kebakaran itu menghanguskan lahan gambut sekitar 1,2 hektare (ha) dan kobaran api tersebut berhasil dipadamkan. Kemudian, di Jalan Karya Baru, RT 21 Kelurahan Lubuk Gaung di Kota Dumai yang menghanguskan lahan gambut semak belukar dan tanaman sawit seluas 10 hektare. Terakhir di Jalan Wayan, Dusun Lestari 2, RT 03/RW 04, Desa Kampung Pencing, Kecamatan Kandis, Senin (6/1). Kini, petugas tengah berupaya melakukan pemadaman dan berapa luasan lahan terbakar belum diketahui.

- Advertisement -

Gubernur Riau (Gubri) Drs H Syamsuar MSi mengaku belum dapat memastikan kapan menetapkan siaga darurat karhutla, meski telah terjadi kebakaran lahan di Bumi Lancang Kuning. Padahal sebe­lumnya, orang nomor satu di Riau itu menetapkan status darurat siaga di awal Januari.

"Belum, karena penetapan siaga darurat karhutla itu ada aturannya. Tak bisa ditetapakan gitu aja," ungkap Syamsuar kepada Riau Pos, Senin (6/1).

- Advertisement -

Disampaikan mantan Bupati Siak itu, pihaknya masih menunggu informasi dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru sebelum menetapkan status siaga darurat tersebut. Hal ini untuk memastikan kondisi yang terjadi di Riau. 

"Kita tunggu dulu informasi BMKG seperti apa," jelas Syamsuar. 

Dilanjutkan Gubri, pihaknya juga mengumpulkan seluruh perusahanan di Riau dalam membahas antisipasi karhutla di 2020. Pertemuan berlangsung di Balai Pauh Janggi Gedung Daerah, turut dihadiri Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI Mohammad Fadjar, Kajati Riau, Mia Amiati dan lainnya. Dalam pertemuan itu, Syamsuar meminta, perusahaan berperan aktif membantu pemerintah daerah mengatasi karhutla yang setiap tahun terjadi. Dengan ada kerja sama dengan perusahaan dan stakeholder lain, Gubri berharap, karhutla tak terulang kembali.

Baca Juga:  Cegah Kasus Pertanahan, BPN Pekanbaru Gelar Sosialisasi

"Diperkirakan, Sumatera bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara dan Riau akan memasuki musim kemarau di Februari-Maret. Ini akan terjadi dua kali tahun ini, tentu kita siapkan langkah-langkah untuk antipasi karhutla," paparnya. 

Terhadap perusahaan yang hadir itu menandatangani surat per­nyataan yang berisikan enam poin. Pertama, tidak akan melakukan pembakaran lahan dalam pembersihan areal pada pelaksanaan kegiatan perusahaa di lapangan. Kedua, menyediakan dan melengkapi personel regu padam kebakaran beserta sarana dan prasarana pe­ngendalian kebakaran sesuai standar teknis yang ada. 

Ketiga, melakukan pengendalian kebakaran lahan baik yang terjadi pada areal perusahaan maupun area sekitar perusahaan dalam radius 5 km. Keempat, bersedia membantu upaya pemadaman Karhutla di seluruh daerah Riau. Kelima, bekerja sama dengan Pemprov Riau dan pemko/pemkab se-Riau di wilayah masing-masing perusahaan dalam upaya pengendalian lahan. 

Keenam, membantu pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, khususnya dalam pengendalian kebakaran lahan serta bersedia diproses secara hukum jika patut diduga melakukan pembakaran lahan sesuai ketentuan perundangan-undangam yang berlaku. 

Tak hanya itu saja, Gubri telah mengeluarkan surat imbauan Nomor 01/PENG/2020 tentang Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau 2020. Imbauan berisikan seluruh masyarakat Riau agar tidak  membuka lahan dengan cara membakar dan berpartisipasi melaporkan kepada perangkat desa setempat, BPBD kabupaten/kota, dan aparat keamanan terdekat, apabila menemukan kejadian karhutla. 

Perusahaan bergerak di sektor perkebunan dan kehutanan, agar dapat menjaga kawasannya masing-masing dan sekitarnya dari karhutla. 

"Pelaku karhutla dapat dikenakan sanksi penjara maupun denda paling singkat 3 tahun penjara dan paling lama 10 tahun penjara. Untuk dendanya paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp10 miliar," sebut Syamsuar.

Sementara Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi me­ngatakan, hasil pengecekan tengah terjadi karhutla di Jalan Wayan, Dusun Lestari 2, RT 03/RW 04, Desa Kampung Pencing, Kecamatan Kandis, Kabupeten Siak. Saat ini, telah dikerakan belasan personel melakukan upaya pemadaman di lapangan.

Baca Juga:  17.629 Pelajar SMP Lulus di Pekanbaru

"Hari ini (kemarin, red) terjadi kebakaran lahan di Siak. Tapi hanya ada 11 personel yang melakukan pemadaman, ini masih kurang. Jadi kami memerlukan jumlah personel yang lebih besar lagi, karena pema­daman harus dilakukan secara cepat agar tidak meluas," sebut Kapolda.

Kemudian, ujar alumni Akpol 1988, untuk karhutla di Jalan Karya Baru, RT 21 Kelurahan Lubuk Gaung, Kota Dumai telah berhasil dipadamkan dengan mengerahkan puluhan personel. Kebakaran yang menghanguskan lahan gambut semak belukar dan tanaman sawit seluas 10 hektare. 

"Situasi di lokasi karhutla api sudah padam. Saat ini, dilakukan kegiatan pendinginan dan masih mengeluarkan asap putih tipis," imbuh mantan Dir Tipideksus Bareskrim Polri.

Ditambahkan Kapolda, pihaknya sebenarnya berharap Bumi Lancang Kuning terbebas dari karhulta. Akan tetapi, kondisi berkata lain dan telah terjadi kebakaran lahan di sejumlah daerah. 

"Kami inginkan tahun 2020 tidak ada api, tapi faktanya hari ini (kemarin, red) sudah ada karhutla. Kalau muncul api harus kita padamkan agar tidak meluas," tegas mantan Deputy Ciber Badan Inteligen Negara (BIN). 

Masih kata jendral bintang dua ini, dengan luasan lahan gambut di Riau setidaknya diperlukan 15.000 pesonel untuk melakukan penggulanan karhutla. Untuk itu, diperlukan peran dan kerja sama seluruh pihak untuk mengantisipasinya. 

Di Riau Terpantau 15 Hot Spot

Sementara itu Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Marzuki mengatakan hot spot tanggal 6 Januari pukul 06.00 di Sumatera terpantau 18 hot spot dengan level confidence (tingkat kepercayaan) di atas 50 persen. Tersebar di tiga provinis yakni Sumatera Selatan 2 titik, Bengkulu 1 titik dan yang terbanyak di Riau 15 hot spot. (hsb/wir/wik/dof/egp/ted)

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari