Jumat, 22 November 2024

Biar Mandiri, 10 Penyandang Disabilitas Fisik Dilatih Tata Boga

- Advertisement -

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Sebanyak 10 orang penyandang disabilitas fisik
yang ada di Pekanbaru diberi pelatihan tata boga. Tidak hanya pelatihan, mereka
juga diikutkan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama setahun.

Pelatihan yang dilaksanakan di LPK
Pekanbaru Hospitality Institute Jalan Pangeran Pekanbaru ini secara resmi
dibuka Dewan Pengawas BPJS 
Ketenagakerjaan H Yayat Syariful Hidayat,  Senin (6/9/2021).

- Advertisement -

Pada kesempatan itu hadir Deputi
Direktur Wilayah Sumbarriau Eko Yuyulianda, Pimpinan LPK Pekanbaru Hospitality
Institute Eli Gusriani SSos MMPar, Sekretaris Perkumpulan Penyandang Disabilitas
Fisik Indonesia (PPDFI) Riau Fenty Widya.

Dewan Pengawas BPJS  Ketenagakerjaan H Yayat Syariful Hidayat
mengatakan, pelatihan ini merupakan salah satu manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan.

“Tugas kita ada dua yakni
ikhtiar dan berdoa. Pelatihan ini merupakan ikhtiar dan diharapkan belajarnya
sungguh-sungguh. Sehingga ilmu yang diperoleh selama pelatihan bisa menjadi
bekal dalam memperbaiki ekonomi keluarga,” ujar Yayat.

- Advertisement -

Sementara itu Deputi Direktur BPJS
Kesehatan Wilayah Sumbarriau Eko Yuyulianda menegaskan seluruh peserta
pelatihan tata boga diikutsertakan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama
setahun. “Kami menyadari masyarakat masih bingung dengan perbedaan BPJS,”
ujar Eko.

Baca Juga:  Warga Keluhkan Pembelian BBM di SPBU Pakai Jeriken

Bingungnya masyarakat ini
dikarenakan BPJS ada dua yakni BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Jika
masyarakat sakit maka yang melindunginya adalah BPJS Kesehatan. Bila masyarakat
mengalami kecelakaan saat bekerja maka yang melindunginya BPJS Ketenagakerjaan.

“Kami hadir di sini, kita
berharap kegiatan ini bukan awal dan akhir tetapi bisa berkelanjutan sehingga
bisa ke bidang lainnya. Hari ini kita mengadakan pelatihan tata boga yang
berlangsung selama 5 hari dan diharapkan dapat menambah skill para penyandang
disabilitas,” ujar Eko.

Dikatakan Eko, para peserta yang
berlatar belakang penyandang disabilitas semua berhak mendapatan perlakukan dan
kesempatan yang setara baik kesempatan memperoleh pendidikan, pelatihan, maupun
pekerjaan sesuai amanat Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Penyandang
Disabilitas.

“Pelatihan kerja ini
merupakan salah satu solusi atau upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan
peningkatan kualitas pencari kerja termasuk penyandang disabilitas agar link
and match dengan dunia kerja berjalan dengan baik,” katanya.

Sekretaris Perkumpulan Penyandang
Disabilitas Fisik Indonesia (PPDFI) Riau Fenty Widya menjelaskan peningkatan
kualitas SDM sangatlah penting agar dapat bersaing di dunia kerja dan
menciptakan lapangan kerja atau wirausaha. Penyandang disabilitas juga harus
meningkatkan kualitasnya supaya daya produksinya tidak kalah bersaing.

“Kami seluruhnya berjumlah
200 orang, namun yang bisa ikut pelatihan hanya 10 orang. Itu pun kita sangat
bersyukur karena sebelum pelatihan kita tanya ke anggota mau ikut pelatihan
full day atau tidak dan ini disesuaikan dengan minat mereka,” ujar Fenty.

Baca Juga:  Kenali Lingkungan dan Diri saat Karantina Mandiri

Sementara salah satu peserta Dena
mengaku sangat senang bisa menjadi peserta karena ilmu yang diperoleh selama
pelatihan sangat bermanfaat yang nantinya akan digunakan untuk usaha keluarga.

“Semoga nanti siap pelatihan
bisa buka usaha kecil-kecilan. Yang penting dapat ilmunya dulu dan saya yakin
sanggup mengikuti pelatihan ini. Terima kasih BPJS Ketenagakerjaan sudah
mengadakan pelatihan ini,” janji Dena.

Pimpinan LPK Pekanbaru Hospitality
Institute Eli Gusriani SSos MMPar menjelaskan pelatihan tata boga ini bertujuan
agar penyandang disabilitas memiliki kemampuan mandiri, baik secara ekonomi
maupun sosial, dengan menguasai keterampilan pembuatan kue sampai cara
pemasarannya.

“Untuk pelatihan tata boga
kita ada pengenalan alat dan bahan. Ada juga pelatihan secara online di samping
teori dan praktik. Belajar 40 jam atau 5 hari.

Selesai dari sini langsung jualan
ya. Pada prinsipnya semua pembuatan kue itu sama tinggal cara mengolahnya yang
berbeda. Peserta akan mendapatkan dua sertifikat yakni dari LPK dan Dinas
Pendidikan,” terangnya.

 

Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)

 

Editor: Erwan Sani

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Sebanyak 10 orang penyandang disabilitas fisik
yang ada di Pekanbaru diberi pelatihan tata boga. Tidak hanya pelatihan, mereka
juga diikutkan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama setahun.

Pelatihan yang dilaksanakan di LPK
Pekanbaru Hospitality Institute Jalan Pangeran Pekanbaru ini secara resmi
dibuka Dewan Pengawas BPJS 
Ketenagakerjaan H Yayat Syariful Hidayat,  Senin (6/9/2021).

- Advertisement -

Pada kesempatan itu hadir Deputi
Direktur Wilayah Sumbarriau Eko Yuyulianda, Pimpinan LPK Pekanbaru Hospitality
Institute Eli Gusriani SSos MMPar, Sekretaris Perkumpulan Penyandang Disabilitas
Fisik Indonesia (PPDFI) Riau Fenty Widya.

Dewan Pengawas BPJS  Ketenagakerjaan H Yayat Syariful Hidayat
mengatakan, pelatihan ini merupakan salah satu manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan.

- Advertisement -

“Tugas kita ada dua yakni
ikhtiar dan berdoa. Pelatihan ini merupakan ikhtiar dan diharapkan belajarnya
sungguh-sungguh. Sehingga ilmu yang diperoleh selama pelatihan bisa menjadi
bekal dalam memperbaiki ekonomi keluarga,” ujar Yayat.

Sementara itu Deputi Direktur BPJS
Kesehatan Wilayah Sumbarriau Eko Yuyulianda menegaskan seluruh peserta
pelatihan tata boga diikutsertakan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama
setahun. “Kami menyadari masyarakat masih bingung dengan perbedaan BPJS,”
ujar Eko.

Baca Juga:  Kenali Lingkungan dan Diri saat Karantina Mandiri

Bingungnya masyarakat ini
dikarenakan BPJS ada dua yakni BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Jika
masyarakat sakit maka yang melindunginya adalah BPJS Kesehatan. Bila masyarakat
mengalami kecelakaan saat bekerja maka yang melindunginya BPJS Ketenagakerjaan.

“Kami hadir di sini, kita
berharap kegiatan ini bukan awal dan akhir tetapi bisa berkelanjutan sehingga
bisa ke bidang lainnya. Hari ini kita mengadakan pelatihan tata boga yang
berlangsung selama 5 hari dan diharapkan dapat menambah skill para penyandang
disabilitas,” ujar Eko.

Dikatakan Eko, para peserta yang
berlatar belakang penyandang disabilitas semua berhak mendapatan perlakukan dan
kesempatan yang setara baik kesempatan memperoleh pendidikan, pelatihan, maupun
pekerjaan sesuai amanat Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Penyandang
Disabilitas.

“Pelatihan kerja ini
merupakan salah satu solusi atau upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan
peningkatan kualitas pencari kerja termasuk penyandang disabilitas agar link
and match dengan dunia kerja berjalan dengan baik,” katanya.

Sekretaris Perkumpulan Penyandang
Disabilitas Fisik Indonesia (PPDFI) Riau Fenty Widya menjelaskan peningkatan
kualitas SDM sangatlah penting agar dapat bersaing di dunia kerja dan
menciptakan lapangan kerja atau wirausaha. Penyandang disabilitas juga harus
meningkatkan kualitasnya supaya daya produksinya tidak kalah bersaing.

“Kami seluruhnya berjumlah
200 orang, namun yang bisa ikut pelatihan hanya 10 orang. Itu pun kita sangat
bersyukur karena sebelum pelatihan kita tanya ke anggota mau ikut pelatihan
full day atau tidak dan ini disesuaikan dengan minat mereka,” ujar Fenty.

Baca Juga:  Dua Buruh Angkut Diringkus Polisi

Sementara salah satu peserta Dena
mengaku sangat senang bisa menjadi peserta karena ilmu yang diperoleh selama
pelatihan sangat bermanfaat yang nantinya akan digunakan untuk usaha keluarga.

“Semoga nanti siap pelatihan
bisa buka usaha kecil-kecilan. Yang penting dapat ilmunya dulu dan saya yakin
sanggup mengikuti pelatihan ini. Terima kasih BPJS Ketenagakerjaan sudah
mengadakan pelatihan ini,” janji Dena.

Pimpinan LPK Pekanbaru Hospitality
Institute Eli Gusriani SSos MMPar menjelaskan pelatihan tata boga ini bertujuan
agar penyandang disabilitas memiliki kemampuan mandiri, baik secara ekonomi
maupun sosial, dengan menguasai keterampilan pembuatan kue sampai cara
pemasarannya.

“Untuk pelatihan tata boga
kita ada pengenalan alat dan bahan. Ada juga pelatihan secara online di samping
teori dan praktik. Belajar 40 jam atau 5 hari.

Selesai dari sini langsung jualan
ya. Pada prinsipnya semua pembuatan kue itu sama tinggal cara mengolahnya yang
berbeda. Peserta akan mendapatkan dua sertifikat yakni dari LPK dan Dinas
Pendidikan,” terangnya.

 

Laporan: Henny Elyati (Pekanbaru)

 

Editor: Erwan Sani

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari