Jumat, 22 November 2024

Bekerja Tanpa Lelah untuk Kuliah Anak

- Advertisement -
PEKANBARU  (RIAUPOS.CO) — Terik matahari sepanjang hari menjadi makanan sehari-hari berseragam merah. Para pekerja pelabuhan di kapal KM Jelatik tujuan Selat Panjang. Di dominasi warna putih dengan corak biru itulah ciri khas dari kapal yang dijadikan sumber rejeki.
Mengangkut barang-barang dengan sepeda motor bebek yang sudah dimodif layaknya becak. Ban mobil, obat-obatan bahkan beragam jenis buah yang sudah di pak baik dalam kardus maupun karung goni putih siap dipaketkan dan meluncur ke Selat Panjang.
Tanpa transit, kapal tersebut menuju kabupaten  kepulauan tersebut. Barang-barang akan tiba dalam kurun waktu sekitar 12 jam melalui jalur air.
Di balik sampainya barang datang maupun masuk, ada sosok yang bekerja tanpa lelah untuk membiayai sekolah anak. Sudah 20 tahun katanya bekerja di Pelabuhan Sungai Duku, Rumpai Pesisir itu.
Ceritanya dulu masih ramai, jalur air masih jadi primadona dibanding sekarang. Meski demikian, tak mematahkan semangatnya untuk bekerja di bidang lain. Umurnya yang tak muda lagi, tetap bersemangat dalam bekerja. Namanya Suntun, seorang laki-laki paruh baya yang memiliki tiga anak.
Pekerjaannya sebagai buruh di kapal, berhasil membuat bangga dirinya. Katanya, ketiga anaknya dapat berkuliah, bahkan sampai S2 di universitas ternama di Indonesia, UGM jelasnya.
“Anak saya yang pertama perempuan kini S2 di UGM jurusan ilmu pemerintahan. Anak laki-lakinya yang nomor dua sudah bekerja di kepolisian tepatnya di Polda Metro Jaya. Lalu anaknya yang sulung sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Riau semester tiga hasil beasiswa,” sebutnya.
Ia pun merasa bangga dengan bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang tinggi. Lebih lanjut, bisa diterima di universitas negeri. Lalu, anaknya yang nomor dua pun sudah bisa membagi rezkinya kepadanya.
“Saya ingin anak-anak berpendidikan tinggi. Kalau saya sudah sudah susah, saya tidak ingin anak-anak seperti saya. Saya rasa semua orangtua pun sama pemikirannya dengan saya, anak-anak tetap harus berpendidikan,” paparnya.
Gajinya, yang sebulan berkisar tiga juta itu berhasil membuat anak-anaknya bersinar dibantu dengan penghasilan lain beternak dan bercocok tanam. “Saya beternak ayam, bebek dan babi. Serta menanam sayur mayur dan padi di wilayah Kulim,” jelasnya.
Katanya, jika tidak ada pekerjaan lain dan hanya mengandalkan gaji sebagai buruh pelabuhan, anak-anak mungkin tidak bisa mencicip pendidikan tinggi. Ia pun merasa kasian kepada teman-teman yang hanya mengandalkan gaji di sini. “Saya berpesan kepada teman-teman agar bisa usaha mandiri juga,” tuturnya.(*3)
Baca Juga:  Jadi Tempat Wahana Permainan
PEKANBARU  (RIAUPOS.CO) — Terik matahari sepanjang hari menjadi makanan sehari-hari berseragam merah. Para pekerja pelabuhan di kapal KM Jelatik tujuan Selat Panjang. Di dominasi warna putih dengan corak biru itulah ciri khas dari kapal yang dijadikan sumber rejeki.
Mengangkut barang-barang dengan sepeda motor bebek yang sudah dimodif layaknya becak. Ban mobil, obat-obatan bahkan beragam jenis buah yang sudah di pak baik dalam kardus maupun karung goni putih siap dipaketkan dan meluncur ke Selat Panjang.
Tanpa transit, kapal tersebut menuju kabupaten  kepulauan tersebut. Barang-barang akan tiba dalam kurun waktu sekitar 12 jam melalui jalur air.
Di balik sampainya barang datang maupun masuk, ada sosok yang bekerja tanpa lelah untuk membiayai sekolah anak. Sudah 20 tahun katanya bekerja di Pelabuhan Sungai Duku, Rumpai Pesisir itu.
Ceritanya dulu masih ramai, jalur air masih jadi primadona dibanding sekarang. Meski demikian, tak mematahkan semangatnya untuk bekerja di bidang lain. Umurnya yang tak muda lagi, tetap bersemangat dalam bekerja. Namanya Suntun, seorang laki-laki paruh baya yang memiliki tiga anak.
Pekerjaannya sebagai buruh di kapal, berhasil membuat bangga dirinya. Katanya, ketiga anaknya dapat berkuliah, bahkan sampai S2 di universitas ternama di Indonesia, UGM jelasnya.
“Anak saya yang pertama perempuan kini S2 di UGM jurusan ilmu pemerintahan. Anak laki-lakinya yang nomor dua sudah bekerja di kepolisian tepatnya di Polda Metro Jaya. Lalu anaknya yang sulung sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Riau semester tiga hasil beasiswa,” sebutnya.
Ia pun merasa bangga dengan bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang tinggi. Lebih lanjut, bisa diterima di universitas negeri. Lalu, anaknya yang nomor dua pun sudah bisa membagi rezkinya kepadanya.
“Saya ingin anak-anak berpendidikan tinggi. Kalau saya sudah sudah susah, saya tidak ingin anak-anak seperti saya. Saya rasa semua orangtua pun sama pemikirannya dengan saya, anak-anak tetap harus berpendidikan,” paparnya.
Gajinya, yang sebulan berkisar tiga juta itu berhasil membuat anak-anaknya bersinar dibantu dengan penghasilan lain beternak dan bercocok tanam. “Saya beternak ayam, bebek dan babi. Serta menanam sayur mayur dan padi di wilayah Kulim,” jelasnya.
Katanya, jika tidak ada pekerjaan lain dan hanya mengandalkan gaji sebagai buruh pelabuhan, anak-anak mungkin tidak bisa mencicip pendidikan tinggi. Ia pun merasa kasian kepada teman-teman yang hanya mengandalkan gaji di sini. “Saya berpesan kepada teman-teman agar bisa usaha mandiri juga,” tuturnya.(*3)
Baca Juga:  Target Miliki Empat Cabang
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari