PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi minyak di Blok Rokan yang saat ini dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bisa meningkat tahun ini. Tidak hanya meningkat, Wilayah Kerja (WK) Rokan juga ditargetkan menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat kunjungan ke fasilitas PHR WK Rokan yakni War Room di Rumbai, Selasa (4/1) mengatakan, War Room yang dibangun sebagai bagian dari persiapan mendukung rencana kerja masif dan agresif pengeboran 400 hingga 500 sumur baru di WK Rokan pada tahun ini. Fasilitas yang berlokasi di kantor utama PHR WK Rokan di Rumbai ini dilengkapi enam layar utama yang menyajikan data dan informasi dalam bentuk digital dashboard terkait asset development dan drilling & completion, yang memantau aktivitas pengeboran dan jadwal pengeboran yang terintegrasi. Facility Engineering yang mempersiapkan lokasi pengeboran dan membangun fasilitas produksi sumur dan operations & maintenance yang memantau dan mengelola kegiatan produksi dan perawatan peralatan. Dari fasilitas ini, data dan informasi perkembangan pelaksanaan program pengeboran dapat dipantau secara langsung atau real time.
"SKK Migas memberikan apresiasi atas inisiatif PHR membangun fasilitas ini. Ini adalah langkah antisipasi yang baik untuk mendukung pelaksanaan pengeboran yang optimal. Akurasi data yang diperoleh di dalam fasilitas ini akan sangat membantu keputusan dan keberhasilan pencapaian kinerja migas," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi juga berharap Blok Rokan ke depannya akan kembali menjadi yang terbesar di Indonesia.
"Melihat entry level di awal tahun 2022 yang di angka 163 ribu barrel oil per day (BOPD) dan target 2022 sebesar 180 BOPD, maka di akhir tahun 2022 produksi akan mencapai di angka sekitar 195 ribu BOPD. Sehingga di bulan Agustus 2022 saat HUT Kemerdekaan ke-77 RI, WK Rokan akan kembali menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia mengalahkan Blok Cepu," ujar Dwi.
Dipaparkan Dwi, ada dua hal yang pihaknya harapkan di Blok Rokan yaitu pelaksanaan enhanced iil recovery (EOR) dan pengembangan Migas Non Konvensional (MNK). Keduanya adalah tulang punggung bagi peningkatan migas di masa mendatang.
"Setelah tertunda di akhir Desember 2021 untuk persetujuan plan of development (POD) EOR, kami harap di awal tahun 2022 segera mendapatkan POD EOR. Kemudian terkait MNK, kami mengucapkan terima kasih kepada Pertamina dan Sub Holding Upstream Pertamina yang telah memberikan dukungan kepada PHR sehingga di tahun ini akan ada pengeboran dua sumur MNK. Keberhasilan EOR dan MNK di Rokan akan menjadi sejarah baru bagi pengembangan hulu migas di masa mendatang," kata Dwi.
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin menyampaikan, pusat kendali operasional yang dibangun tersebut menampilkan informasi komprehensif yang sangat dibutuhkan oleh pengambil keputusan hulu migas.
"Dengan visi go digital di Pertamina, kami menerapkan efisiensi dengan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat oleh manajemen. Terutama untuk mencapai target peningkatan produksi yang masif dan agresif," katanya.
Melalui fasilitas tersebut, ujar Jaffee, dapat dipantau perkembangan kegiatan dan kondisi di lapangan melalui CCTV, termasuk kesiapan lokasi pengeboran, jumlah sumur yang akan dibor dan telah dibor dan yang telah diproduksikan.
"Jumlah dan lokasi rig yang beroperasi jumlah produksi minyak melalui visualisasi digital juga bisa dipantau," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, kepala SKK Migas juga mengunjungi salah satu sumur baru di Lapangan Minas yang dibor pada awal tahun 2022 ini, mengawali program pengeboran yang masif dan agresif. Turut mendampingi pada kunjungan tersebut, Direktur Pengembangan Subholding Upstream Pertamina Taufiq Aditiyawarman.(sol)