Selasa, 2 Juli 2024

Minta Dikasihani, Bawa Karung hingga Anak Bebek dalam Sangkar

"Seorang pria paruh baya berjalan tertatih di pusat kota. Raut wajah lelah mengguratkan kepenatan tampak pada kerutan dahinya yang dibasuh tetesan keringat. Sembari menadahkan tangan, dengan bahasa yang tidak begitu jelas ketika berkomunikasi. Memegang papan bertuliskan “Kami Suku Anak Dalam dari Muaro Bungo tolong dikasihani terima kasih"

Laporan EKA G PUTRA dan DOFI ISKANDAR, Pekanbaru

- Advertisement -

Jalan Kaharuddin Nasution seperti biasanya. Padat kendaraan lengkap dengan cuaca panas kota Pekanbaru. Kiri kana pertokoan dan aktifitas masyarakat yang juga tak kalah padat. Ekonomi terus berpacu ketika kota bertuah menjelma madani.

Setiap toko yang dilewatinya, pria tua tadi meminta bantuan. Berbahasa dengan logatnya sendiri. Ternyata Ia tidak sendirian. Masih ada terdapat beberapa kelompok lagi di belakang hanya rentang jarak beberapa meter. Juga berjalan.

Terdiri dari sejumlah perempuan, juga ada remaja, baik laki-laki dan perempuan, serta sejumlah anak anak. Tampilannya bukan seperti pengemis. Namun lusuh pakaian dan barang yang dibawanya menandakan mereka bukan orang Pekanbaru, bahkan juga Riau.

- Advertisement -

Ada yang membawa karung di pundaknya. Juga ada yang mengalungkan sarung, bahkan ada yang membawa ember kecil. Entah untuk apa. Riau Pos yang memperhatikan di awal tahun 2020 keberadaan dan aktivitas mereka, Kamis (2/1) pun heran.

Baca Juga:  Dinas PUPR Janji Segera Perbaiki Lima Ruas Jalan

Karena ada seorang perempuan yang tampaknya sudah berusia kepala empat, dari suku anak dalam tersebut membawa bebek. Bebeknya di dalam sangkar. Sangkarnya kecil dan disandang di bahu dengan posisi ke depan.

Jika ditotal, ada sekitar 20an orang mereka berjalan menyusuri daerah padat di tepi jalan tersebut. Mengarah ke pusat kota. Jalan Sudirman dari simpang tiga setelah menyusuri Kaharuddin Nasution. Jika melihat tulisan yang dipegang pria di depan tadi, tentu mereka dari Jambi.

Tapi apakah berjalan dari Jambi? Atau menumpang kendaraan. Riau Pos tidak mendapat jawaban ketika coba mengajak berkomunikasi. Karena ya itu tadi, mereka dengan bahasa dan logat asli yang tak bisa dimengerti.

Jika melihat jumlah rombongan tersebut, diduga mereka semua adalah sekeluarga. Namun lagi-lagi, tak ada yang bisa memastikan. Bahkan informasi dari warga sekitar. Penampakan rombongan Suku Anak Dalam bukan sekali dua terlihat meminta-minta.

“Tahun kemarin (2019, red) juga ada melihat mereka. Kalau lihat kelompok dan tulisan yang dibawanya, sepertinya suku anak dalam,” kata seorang pedagang kelontong di tepi jalan Kaharuddin Nasution bernama Aci kepada Riau Pos.

Baca Juga:  Kontrol PJU, Dishub Gunakan Smart Lighting System

Meskipun sebelumnya pernah melihat kelompok tersebut dan terbersit menaruh kecurigaan. “Ya, mana tahu memang sengaja datang minta-minta saja kan? Ga tau juga. Tapi bahasanya memang tak bisa dimengerti. Melihatnya juga iba, jadi ya diberi juga sedikit,” sebutnya.

Bukan saja Aci yang merasa iba. Tampak juga beberapa pengendara sengaja berhenti. Karena memang penampilan kelompok suku anak dalam yang menarik atensi. Kemudian sesaat memperhatikan, pengendara yang berhenti tadi mengulurkan sejumput uang kertas.

Atas kondisi puluhan warga Suku Anak Dalam dari Muara Bungo, Jambi, yang terlihat mengemis di sepanjang jalan Kaharuddin Nasution menuju Jalan Sudirman MTQ Pekanbaru ini. Tampaknya pemerintah daerah, khususnya Pemko Pekanbaru belum mengambil sikap.

Kepala Dinas Sosial (Dissos) Pekanbaru Chairani yang dikonfirmasi Sabtu (3/1) perihal fenomena di kota madani tersebut menyebut pihaknya tidak memiliki tupoksi. Ia menyebut perihal penertiban.

“Kami sifatnya menampung. Hanya saja kami dari Dissos tetap mengimbau kepada semua masyarakat untuk stop  memberikan sumbangan di jalan raya dalam bentuk apapun,” singkatnya.(akh)

"Seorang pria paruh baya berjalan tertatih di pusat kota. Raut wajah lelah mengguratkan kepenatan tampak pada kerutan dahinya yang dibasuh tetesan keringat. Sembari menadahkan tangan, dengan bahasa yang tidak begitu jelas ketika berkomunikasi. Memegang papan bertuliskan “Kami Suku Anak Dalam dari Muaro Bungo tolong dikasihani terima kasih"

Laporan EKA G PUTRA dan DOFI ISKANDAR, Pekanbaru

Jalan Kaharuddin Nasution seperti biasanya. Padat kendaraan lengkap dengan cuaca panas kota Pekanbaru. Kiri kana pertokoan dan aktifitas masyarakat yang juga tak kalah padat. Ekonomi terus berpacu ketika kota bertuah menjelma madani.

Setiap toko yang dilewatinya, pria tua tadi meminta bantuan. Berbahasa dengan logatnya sendiri. Ternyata Ia tidak sendirian. Masih ada terdapat beberapa kelompok lagi di belakang hanya rentang jarak beberapa meter. Juga berjalan.

Terdiri dari sejumlah perempuan, juga ada remaja, baik laki-laki dan perempuan, serta sejumlah anak anak. Tampilannya bukan seperti pengemis. Namun lusuh pakaian dan barang yang dibawanya menandakan mereka bukan orang Pekanbaru, bahkan juga Riau.

Ada yang membawa karung di pundaknya. Juga ada yang mengalungkan sarung, bahkan ada yang membawa ember kecil. Entah untuk apa. Riau Pos yang memperhatikan di awal tahun 2020 keberadaan dan aktivitas mereka, Kamis (2/1) pun heran.

Baca Juga:  Terdakwa Gratifikasi Disebut Minta Dua Kapling Tanah

Karena ada seorang perempuan yang tampaknya sudah berusia kepala empat, dari suku anak dalam tersebut membawa bebek. Bebeknya di dalam sangkar. Sangkarnya kecil dan disandang di bahu dengan posisi ke depan.

Jika ditotal, ada sekitar 20an orang mereka berjalan menyusuri daerah padat di tepi jalan tersebut. Mengarah ke pusat kota. Jalan Sudirman dari simpang tiga setelah menyusuri Kaharuddin Nasution. Jika melihat tulisan yang dipegang pria di depan tadi, tentu mereka dari Jambi.

Tapi apakah berjalan dari Jambi? Atau menumpang kendaraan. Riau Pos tidak mendapat jawaban ketika coba mengajak berkomunikasi. Karena ya itu tadi, mereka dengan bahasa dan logat asli yang tak bisa dimengerti.

Jika melihat jumlah rombongan tersebut, diduga mereka semua adalah sekeluarga. Namun lagi-lagi, tak ada yang bisa memastikan. Bahkan informasi dari warga sekitar. Penampakan rombongan Suku Anak Dalam bukan sekali dua terlihat meminta-minta.

“Tahun kemarin (2019, red) juga ada melihat mereka. Kalau lihat kelompok dan tulisan yang dibawanya, sepertinya suku anak dalam,” kata seorang pedagang kelontong di tepi jalan Kaharuddin Nasution bernama Aci kepada Riau Pos.

Baca Juga:  Sejumlah Siswa Madrasah Bersaing di MTQ Ke-54 Pekanbaru

Meskipun sebelumnya pernah melihat kelompok tersebut dan terbersit menaruh kecurigaan. “Ya, mana tahu memang sengaja datang minta-minta saja kan? Ga tau juga. Tapi bahasanya memang tak bisa dimengerti. Melihatnya juga iba, jadi ya diberi juga sedikit,” sebutnya.

Bukan saja Aci yang merasa iba. Tampak juga beberapa pengendara sengaja berhenti. Karena memang penampilan kelompok suku anak dalam yang menarik atensi. Kemudian sesaat memperhatikan, pengendara yang berhenti tadi mengulurkan sejumput uang kertas.

Atas kondisi puluhan warga Suku Anak Dalam dari Muara Bungo, Jambi, yang terlihat mengemis di sepanjang jalan Kaharuddin Nasution menuju Jalan Sudirman MTQ Pekanbaru ini. Tampaknya pemerintah daerah, khususnya Pemko Pekanbaru belum mengambil sikap.

Kepala Dinas Sosial (Dissos) Pekanbaru Chairani yang dikonfirmasi Sabtu (3/1) perihal fenomena di kota madani tersebut menyebut pihaknya tidak memiliki tupoksi. Ia menyebut perihal penertiban.

“Kami sifatnya menampung. Hanya saja kami dari Dissos tetap mengimbau kepada semua masyarakat untuk stop  memberikan sumbangan di jalan raya dalam bentuk apapun,” singkatnya.(akh)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari