Menurut, Bendahara Masjid Nurul Yaqin, Ibrahim katakan, mulanya masih dinamakan musala. Itu adalah tanah wakaf dari Almarhum Syamsudin seluas 10 x 10, sementara musala seluas 8 x 8. Seiring berjalannya waktu karena jamaah makin banyak maka direnovasi, pada 1981, 2000 dan 2009.
“Renovasi bongkar total yaitu pada tahun 2000. Yangmana menghabiskan dana sebanyak 1.6 M. Dana tersebut ada yang dari swadaya masyarakat Rp800 juta dan bantuan Kesra Gubernur, waktu itu yang mengelola Alm H Muhammad Tahir Rp800 juta,†jelasnya.
Kemudian, dengan dibongkar total maka masjid sudah berlantai dua dan mampu menampung jamaah berkisar seribu orang.
Di 2009, katanya masjid hampir terbakar. Dikarenakan korsleting listrik dari deretan rumah petak berdinding kayu di sekitar masjid. “Untungnya, api cepat dipadamkan. Sehingga sebagian dinding masjid hanya gosong saja,†ucapnya.
Lalu, masjid pun sekarang mempunyai yayasan yang bernama Yayasan Nurul Yaqin, yang di dalamnya terdapat MDA dan MTs. Kini luas masjid sudah mencapai 20 x 20 meter, termasuk di dalamnya sumbangan dari Ibrahim. “Alhamdulillah masjid semakin diperbaiki dan sekarang sedang ada penambahan tempat wudu perempuan,†ujarnya.
Saat bulan Ramadan, masjid tersebut pun melakukan kegiatan seperti kajian di pagi subuh, zuhur dan isya, memberi takjil kepada musafir dan melakukan iktikaf serta memberi santunan kepada anak yatim. Katanya, santunan anak yatim diberi saat menjelang hari raya dan saat masuk sekolah biasanya bulan Juli.
“Terdapat 20 orang anak yatim piatu yang diberi santunan. Per anak mendapat Rp2,5 juta. Karena dananya masih banyak disalurkan ke Masjid Nul Khasanah dan Masjid As Sukri, per anak diberi Rp500 ribu,†ungkapnya.