PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Setelah sempat membuat kegaduhan lantaran membangun gubuk di trotoar badan Jalan Datuk Wan Abdul Jamal, Kecamatan Bukit Raya, kini sebanyak 150 pengungsi Rohingya yang masuk ke Pekanbaru secara ilegal tersebut kini membangun perkampungan kecil di dekat lahan kosong tepatnya disamping Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru.
Pantauan Riau Pos, Kamis (23/5) di lokasi kondisi gubuk ratusan pengungsi Rohingya di Kota Pekanbaru yang baru sungguh memprihatinkan.
Mereka kini membangun sedikit belasan gubuk baru dengan alat sederhana seperti terpal bekas, spanduk, dan juga bambu yang diambil di sekitar kawasan MTQ.
Selain itu, perkampungan kecil pengungsi Rohingya ini, terlihat sudah memiliki sumur, dengan air terlihat berwarna putih, ada juga kamar mandi untuk kaum laki-laki, dan perempuan, lalu dapur serta kayu bakar, hingga alat-alat memasak.
Salah seorang pengungsi Rohingya Syaidullah mengaku, dirinya sudah hampir setahun ini berada di Kota Pekanbaru setelah melewati perjalanan panjang dari negaranya hingga masuk ke Indonesia melalui perairan Aceh serta melewati perjalanan darat mengunakan kendaraan bersama puluhan pengungsi Rohingya lainnya ke Pekanbaru.
Sementara untuk mendirikan perkampungan kecil dilahan kosong di samping rudenim tersebut dirinya bersama ratusan pengungsi Rohingya lainya, baru ini dua pekan menempati lokasi baru setelah sebelumnya mereka membuat gubuk dipinggir jalan Wan Abdul Jamal Kecamatan Bukit Raya.
Selama berbulan-bulan lamanya menempati gubuk di atas trotoar ratusan hanya mengandalkan bantuan dari masyarakat dan pengendara di Kota Pekanbaru yang memberikan konsumsi kepada mereka untuk digunakan sehari-hari sedangkan bantuan dari IOM baru selama dua pekan ini mereka rasakan setelah membuat perkampungan kecil di lahan kosong samping rudenim.
“Kalau dulu kami makan dikasih sama masyarakat yang lewat, sedangkan sekarang barulah pihak IOM dari lembaga internasional yang mengurusi pengungsi memberikan kami makan setiap hari,”ucapnya
Lanjut Syaidullah, ia menjelaskan alasan dirinya bersama ratusan pengungsi Rohingya lainnya melakukan perjalanan ke Pekanbaru setelah berhasil melarikan diri dari negerinya di Burma Rohingya, akibat adanya gejolak di negara tersebut.
Menurut keterangannya pemerintahannya Buddha, dan warga Rohingya ini dominan muslim. Sampai di Aceh mereka lanjut ke Riau melalui jalan darat naik bus.
Di lokasi kemah baru ini mereka membangun perkemahan secara mandiri untuk kaum lelaki posisi berada di depan dan wanita di belakang. Syaidullah menilai orang Pekanbaru baik-baik saat mereka buat kemah di pinggir jalan di belakang Purna MTQ Pekanbaru, ada saja warga Pekanbaru yang mengantarkan makanan dan minuman.
“Orang Pekanbaru sangat baik dan ramah, banyak bantuan diberikan ke kami, dan kami berterimakasih,”tuturnya (ayi)