JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kapan kali terakhir merasakan seisi bioskop bertepuk tangan meriah untuk sebuah scene di layar lebar? Saat menonton Avengers: Endgame (2019)? Itulah yang terjadi saat Spider-Man: No Way Home resmi tayang di Indonesia mulai Rabu (15/12) lalu. Dengan antusiasme yang luar biasa dan sambutan positif, apa yang membuat film ini begitu disukai?
No Way Home melanjutkan cerita setelah Spider-Man: Far from Home (2019). Yakni, tepat setelah Spider-Man (Tom Holland) mengalahkan Mysterio (Jake Gyllenhaal) dengan drone teknologi Stark yang dicurinya. Namun, Mysterio membalas dendam dengan mengungkap jati dirinya, yakni Peter Parker. Hal itu membuat Peter menjadi sangat terkenal. Ada yang menyukainya, ada juga yang menganggapnya penjahat.
Kehidupan pribadinya dan kekasihnya, Michelle Jones (Zendaya), serta sahabatnya, Ned (Jacob Batalon), terusik. Peter lantas meminta bantuan Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) untuk membereskan masalahnya. Namun, suatu hal yang tak terduga terjadi, membuat Peter akhirnya mengetahui apa arti sebenarnya dalam menjadi Spider-Man.
Film ini menjanjikan banyak hal sejak trailer pertamanya dirilis. Salah satunya perihal villain lawas dari franchise film Spider-Man sebelumnya yang ditampilkan dalam trailer itu. Misalnya, Doc Ock (Alfred Molina) dan Green Goblin (Willem Dafoe). Kendati sempat diragukan fans, nyatanya hal itu menjadi salah satu aspek yang memuaskan dalam film ini. Kapan lagi kita bisa melihat villain Spider-Man yang ikonik itu berkumpul?
’Itu luar biasa. Tidak nyata. Faktanya, ada hari di mana Tom meminta kita datang hanya untuk memberikan dukungan emosional, karena itu adalah hal yang menakjubkan,’’ kata Zendaya soal berhadapan langsung dengan para legenda seperti Molina dan Dafoe, sebagaimana dilansir dari Den of Geek. Bisa dibilang film ini penuh dengan fanservis. Apa yang pernah diimajinasikan fans Spider-Man ada dalam film ini.
Film ini adalah perayaan bagi fans Spider-Man bagi semua usia. Termasuk bagi mereka yang masih kanak-kanak (atau remaja) saat Spider-Man (2002) garapan Sam Raimi dirilis. ’’Pada awalnya tampak seperti murni fanservis, tapi ternyata menjadi yang terbaik dan sejauh ini merupakan hal paling meta yang telah dilakukan Marvel, lembut dan lucu serta sedikit menyedihkan,’’ komentar Leah Greenblatt, kolumnis Entertainment Weekly.
Semua karakter mendapat porsi yang pas dan tidak saling tumpang-tindih. ’’Tidak seperti film superhero lain yang memiliki villain ’berat’, film ini berhasil. Doc Ock, Electro, dan Norman Osborn mendapat semua materi untuk bermain. Bahkan Lizard dan Sandman menikmati satu atau dua momen untuk bersinar,’’ komentar Don Kaye dari Den of Geek.
Di sisi lain, film ini mempertahankan ciri khas film Spider-Man yang ringan dan menghibur, mewakili sosok Spider-Man yang ramah. Namun, di sisi lain, film ini juga menunjukkan sisi dewasa Peter. ’’Dan, Holland lebih baik daripada sebelumnya, meredam kekacauan yang mendebarkan ini dengan perasaan bahwa tumbuh sebagai Peter berarti mengatasi kehilangan dan belajar bekerja sebagai tim,’’ komentar Peter Travers, kolumnis ABC News.
– Tom Holland meminta sutradara Jon Watts untuk mengubah akhir cerita film itu saat syuting scene final. Menurut dia, hal itu tidak menggambarkan sosok Peter yang diperankannya. Holland memberikan ide, lalu akhirnya Watts dan para penulis setuju dan mengaturnya ulang.
– Benedict Cumberbatch sengaja tidak mau membaca skenario film tersebut hingga selesai. Sebab, dia ingin mengejutkan dirinya sendiri dengan akhir ceritanya.
– Ketika Peter Parker berdiri di atas mobil, terdapat taksi di belakangnya. Pelat nomor taksi tersebut adalah 1228. Hal itu diambil dari tanggal lahir Stan Lee, 28 Desember 1922.
– Alamat Sanctum Sanctorum adalah 177A Bleecker Street, New York City. Jaraknya kurang dari satu blok dari tempat Tobey Maguire sebagai Peter Parker dipecat saat terlambat mengantarkan pizza di 233 Bleecker Street dalam film Spider-Man (2002).
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman