Sabtu, 23 November 2024
spot_img

6 Langkah Hemat Uang yang Ternyata Bikin Boros

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bijak menggunakan uang dengan cara berhemat memang diperlukan agar tak diterpa masalah keuangan ke depannya. Akan tetapi, ternyata ada beberapa langkah penghematan yang ternyata salah. Dan itu tidak disadari oleh masyarakat.

seperti dikutip dari Cermati.com, Minggu (10/11), ada 6 langkah hemat yang ternyata justur bikin boros. Jadi, jangan asal menghemat uang karena cara atur keuangan ini justru malah bikin boros. Jangan ditiru, cara atur uang ini tak bikin hemat, lho. 

1. Berburu dan Memaksimalkan Diskon Supermarket

Diskon yang ditawarkan oleh supermarket pada dasarnya dapat menghemat pengeluaran
masing-masing orang. Tetapi, tidak sedikit diskon yang justru menjebak dan menjerumuskan seseorang pada kasus belanja impulsif.

Akibatnya jumlah uang yang dihabiskan jauh di luar dugaan atau anggaran sebelumnya. Sah-sah saja bila ingin memanfaatkan diskon dari supermarket.

Akan tetapi, tetap pertimbangkan manfaat yang didapatkan dari barang yang dibeli. Jangan hanya karena diskon, Anda memutuskan untuk membeli suatu barang yang sama sekali tidak memberikan manfaat.

Bijaklah memanfaatkan setiap diskon yang ditawarkan oleh supermarket. Apabila barang yang diberi diskon kebetulan bukan produk yang dibutuhkan, sebaiknya tidak perlu membeli. Fokuslah untuk membeli barang diskon yang menjadi kebutuhan.

2. Beli Mobil Mewah untuk Berinvestasi

Banyak yang bermimpi bisa mengendarai mobil mewah. Ya, jelas saja karena mobil mewah dapat menaikkan gengsi seseorang di masyarakat. Tak heran kalau semakin banyak orang berlomba-lomba punya mobil mewah.

Padahal kalau dilihat lagi, gengsi dan rasa bangga yang dirasakan hanya bersifat sesaat saja. Setelah itu, rasa bangga tersebut akan hilang karena Anda dan orang di sekitar sudah menganggapnya sebagai hal biasa.

Baca Juga:  Ingin Luluhkan Hati Pria dengan Mudah, Kenali 3 Tipenya

Daripada menginvestasikan uang pada mobil mewah, lebih baik alihkan ke investasi properti atau emas batangan. Kedua instrumen investasi ini memiliki harga jual makin meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara itu, harga jual mobil justru semakin menurun seiring dengan meningkatnya umur pakai mobil tersebut. Jadi, tentu saja menjadikan mobil mewah sebagai investasi itu merugikan.

3. Gencar Belanja Demi Kumpulkan Poin ‘Reward’

Selain dimanjakan dengan layanan yang lengkap, pengguna kartu kredit juga diberi kesempatan untuk mengumpulkan poin dari transaksi. Poin yang berhasil dikumpulkan nantinya bisa ditukarkan dengan berbagai reward menarik dari bank. Asyik, bukan? Memang, tetapi bila dilihat secara sekilas saja.

Tidak sedikit orang yang malah terjebak karena program reward itu. Karena bernafsunya mendapatkan reward, transaksi belanja justru bertambah sementara pendapatannya tetap sama setiap bulan.

Hal ini bisa saja mengakibatkan seseorang terpaksa berutang kepada bank. Lumayan kalau mampu membayar. Tapi kalau tidak, hidup akan dikejar-kejar hutang sebelum utang tersebut bisa dilunasi.

4. Berpikir akan Berinvestasi Kalau Sudah Kaya Saja

Meski minat seseorang untuk terjun ke dunia investasi semakin meningkat, tetapi masih ada beberapa orang yang tidak mau berinvestasi. Alasannya karena uangnya tidak cukup, masih terlalu muda, dan masih banyak alasan lainnya.

Berinvestasi tidak harus dilakukan saat usia sudah lanjut atau saat Anda kaya raya. Semakin cepat investasi dimulai, makin banyak pula uang yang bisa dikumpulkan.

Bandingkan ketika Anda berinvestasi saat menginjak usia 30-an atau 40-an tahun, maka jumlah yang dikumpulkan pasti lebih sedikit. Belum lagi ditambah berbagai masalah keuangan yang menimpa di usia dewasa. Bisa-bisa keinginan untuk berinvestasi makin sulit terwujud.

Baca Juga:  Benarkah Makin Mahal Parfum Aromanya Lebih Mewah? Cek Faktanya

5. Menyimpan Uang di Celengan

Selain menabung di bank, tak sedikit orang yang menyarankan menyimpan uang di celengan. Apalagi kalau jenis uangnya adalah uang receh. Daripada uangnya terbuang sia-sia, lebih baik dimasukkan ke celangan saja.

Ada benarnya juga, tetapi tidak semua orang bisa menabung di celengan. Sebagian orang justru sering mengambil atau mencongkel uang yang sudah dimasukkan ke celangan. Lalu, dibelanjakan untuk barang-barang yang diinginkan.

Sah-sah saja bila menyimpan uang di celengan. Tetapi bila uang tersebut ditujukan untuk kelangsungan masa depan, lebih baik menabungnya di bank. Selain lebih aman, Anda juga berhak mendapatkan bunga atas uang yang disimpan itu.

6. Lebih Memilih Menyewa Ketimbang Beli

Bagi yang tidak memiliki modal atau cukup uang, maka menyewa suatu produk menjadi opsi paling pas. Menyewa boleh saja, tetapi bila dihitung-hitung, maka uang yang dikeluarkan untuk menyewa sudah sama besarnya dengan membeli suatu barang.

Ambil contohnya saat menyewa rumah atau apartemen. Katakanlah biaya sewanya Rp 25 juta per tahun dan Anda ingin menyewanya selama 10 tahun.

Maka uang yang akan dikeluarkan selama masa sewa adalah sebesar Rp 250 juta. Biaya ini belum ditambah biaya listrik, air, telepon, internet, dan lainnya. Cukup mahal, bukan?

Padahal jika Anda membeli rumah, maka harga belinya tidak akan jauh berbeda daripada biaya sewa yang dikeluarkan. Jika suatu hari nanti Anda sudah punya uang lebih, bisa beli rumah baru. Sementara rumah lama ini bisa disewakan untuk memperoleh pendapatan pasif.

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bijak menggunakan uang dengan cara berhemat memang diperlukan agar tak diterpa masalah keuangan ke depannya. Akan tetapi, ternyata ada beberapa langkah penghematan yang ternyata salah. Dan itu tidak disadari oleh masyarakat.

seperti dikutip dari Cermati.com, Minggu (10/11), ada 6 langkah hemat yang ternyata justur bikin boros. Jadi, jangan asal menghemat uang karena cara atur keuangan ini justru malah bikin boros. Jangan ditiru, cara atur uang ini tak bikin hemat, lho. 

- Advertisement -

1. Berburu dan Memaksimalkan Diskon Supermarket

Diskon yang ditawarkan oleh supermarket pada dasarnya dapat menghemat pengeluaran
masing-masing orang. Tetapi, tidak sedikit diskon yang justru menjebak dan menjerumuskan seseorang pada kasus belanja impulsif.

- Advertisement -

Akibatnya jumlah uang yang dihabiskan jauh di luar dugaan atau anggaran sebelumnya. Sah-sah saja bila ingin memanfaatkan diskon dari supermarket.

Akan tetapi, tetap pertimbangkan manfaat yang didapatkan dari barang yang dibeli. Jangan hanya karena diskon, Anda memutuskan untuk membeli suatu barang yang sama sekali tidak memberikan manfaat.

Bijaklah memanfaatkan setiap diskon yang ditawarkan oleh supermarket. Apabila barang yang diberi diskon kebetulan bukan produk yang dibutuhkan, sebaiknya tidak perlu membeli. Fokuslah untuk membeli barang diskon yang menjadi kebutuhan.

2. Beli Mobil Mewah untuk Berinvestasi

Banyak yang bermimpi bisa mengendarai mobil mewah. Ya, jelas saja karena mobil mewah dapat menaikkan gengsi seseorang di masyarakat. Tak heran kalau semakin banyak orang berlomba-lomba punya mobil mewah.

Padahal kalau dilihat lagi, gengsi dan rasa bangga yang dirasakan hanya bersifat sesaat saja. Setelah itu, rasa bangga tersebut akan hilang karena Anda dan orang di sekitar sudah menganggapnya sebagai hal biasa.

Baca Juga:  Kok Bisa, Tas Branded Justru Laris Manis Selama Pandemi

Daripada menginvestasikan uang pada mobil mewah, lebih baik alihkan ke investasi properti atau emas batangan. Kedua instrumen investasi ini memiliki harga jual makin meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara itu, harga jual mobil justru semakin menurun seiring dengan meningkatnya umur pakai mobil tersebut. Jadi, tentu saja menjadikan mobil mewah sebagai investasi itu merugikan.

3. Gencar Belanja Demi Kumpulkan Poin ‘Reward’

Selain dimanjakan dengan layanan yang lengkap, pengguna kartu kredit juga diberi kesempatan untuk mengumpulkan poin dari transaksi. Poin yang berhasil dikumpulkan nantinya bisa ditukarkan dengan berbagai reward menarik dari bank. Asyik, bukan? Memang, tetapi bila dilihat secara sekilas saja.

Tidak sedikit orang yang malah terjebak karena program reward itu. Karena bernafsunya mendapatkan reward, transaksi belanja justru bertambah sementara pendapatannya tetap sama setiap bulan.

Hal ini bisa saja mengakibatkan seseorang terpaksa berutang kepada bank. Lumayan kalau mampu membayar. Tapi kalau tidak, hidup akan dikejar-kejar hutang sebelum utang tersebut bisa dilunasi.

4. Berpikir akan Berinvestasi Kalau Sudah Kaya Saja

Meski minat seseorang untuk terjun ke dunia investasi semakin meningkat, tetapi masih ada beberapa orang yang tidak mau berinvestasi. Alasannya karena uangnya tidak cukup, masih terlalu muda, dan masih banyak alasan lainnya.

Berinvestasi tidak harus dilakukan saat usia sudah lanjut atau saat Anda kaya raya. Semakin cepat investasi dimulai, makin banyak pula uang yang bisa dikumpulkan.

Bandingkan ketika Anda berinvestasi saat menginjak usia 30-an atau 40-an tahun, maka jumlah yang dikumpulkan pasti lebih sedikit. Belum lagi ditambah berbagai masalah keuangan yang menimpa di usia dewasa. Bisa-bisa keinginan untuk berinvestasi makin sulit terwujud.

Baca Juga:  Ingin Luluhkan Hati Pria dengan Mudah, Kenali 3 Tipenya

5. Menyimpan Uang di Celengan

Selain menabung di bank, tak sedikit orang yang menyarankan menyimpan uang di celengan. Apalagi kalau jenis uangnya adalah uang receh. Daripada uangnya terbuang sia-sia, lebih baik dimasukkan ke celangan saja.

Ada benarnya juga, tetapi tidak semua orang bisa menabung di celengan. Sebagian orang justru sering mengambil atau mencongkel uang yang sudah dimasukkan ke celangan. Lalu, dibelanjakan untuk barang-barang yang diinginkan.

Sah-sah saja bila menyimpan uang di celengan. Tetapi bila uang tersebut ditujukan untuk kelangsungan masa depan, lebih baik menabungnya di bank. Selain lebih aman, Anda juga berhak mendapatkan bunga atas uang yang disimpan itu.

6. Lebih Memilih Menyewa Ketimbang Beli

Bagi yang tidak memiliki modal atau cukup uang, maka menyewa suatu produk menjadi opsi paling pas. Menyewa boleh saja, tetapi bila dihitung-hitung, maka uang yang dikeluarkan untuk menyewa sudah sama besarnya dengan membeli suatu barang.

Ambil contohnya saat menyewa rumah atau apartemen. Katakanlah biaya sewanya Rp 25 juta per tahun dan Anda ingin menyewanya selama 10 tahun.

Maka uang yang akan dikeluarkan selama masa sewa adalah sebesar Rp 250 juta. Biaya ini belum ditambah biaya listrik, air, telepon, internet, dan lainnya. Cukup mahal, bukan?

Padahal jika Anda membeli rumah, maka harga belinya tidak akan jauh berbeda daripada biaya sewa yang dikeluarkan. Jika suatu hari nanti Anda sudah punya uang lebih, bisa beli rumah baru. Sementara rumah lama ini bisa disewakan untuk memperoleh pendapatan pasif.

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari