Jumat, 5 September 2025
spot_img

Yudi Febrian, Warga Pekanbaru Penumpang Helikopter yang Jatuh di Kalsel; Hutan Itu Sahabatnya, Keluarga pun Ikhlas

Tim SAR gabungan akhirnya menemukan Helikopter BK117-D3 milik PT Eastindo Air yang hilang kontak sejak Senin (1/9). Helikopter itu ditemukan di kawasan hutan Air Terjun Mandin Damar, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu (3/9).

Laporan HENDRAWAN KARIMAN dan JPG, Pekanbaru dan Banjarbaru

Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengatakan, helikopter ditemukan pada Rabu (3/9) pukul 14.45 WITA.

”Ditemukan bangkai helikopter berada di koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E atau sekitar 700 meter dari titik yang sebelumnya diberikan KNKT,” ucapnya di Lanud Syamsudin Noor, Rabu (3/9) malam.

Pada pukul 15.53 WITA, tim menemukan satu korban yang jaraknya 100 meter dari badan helikopter. Korban langsung dievakuasi ke Posko Lapangan. Tim juga mengevakuasi tujuh jenazah lain.

Delapan jenazah akan menjalani proses identifikasi di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Banjarmasin. Delapan korban itu yakni Captain Haryanto, Eng. Hendra, Mark Werren, Yudi Febrian, Andys Pissa Palulu, Santha Kumar, Claudine Quito, dan Iboy Irfan Rosa.

Kabid Dokkes Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) Kombes Pol Dr dr M El Yandiko mengungkapkan, seluruh tim medis dan forensik telah bersiaga untuk proses identifikasi. ”Kami sudah siapkan tim yang bertugas untuk mengumpulkan data korban, termasuk ciri-ciri khas dan petunjuk yang diperlukan untuk proses identifikasi,” ujarnya.

Menurut Yandiko, proses identifikasi memerlukan kecermatan tinggi. Sebab, kondisi korban kemungkinan besar tidak bisa dikenali secara visual. ”Ciri-ciri seperti bekas luka, tanda lahir, atau barang pribadi seperti jam tangan atau pakaian yang biasa dipakai akan sangat membantu,” jelasnya.

Baca Juga:  66 Ton Pangan Dijual Murah, Pemko Pekanbaru Diserbu Pembeli

Karena, seluruh korban adalah laki-laki, proses awal pencocokan diharapkan berjalan lebih cepat. Namun, apabila identifikasi primer tidak membuahkan hasil, prosedur lanjutan seperti pencocokan DNA akan ditempuh. ”Kalau harus menggunakan DNA, tentu akan memakan waktu lebih lama. Karena harus diproses di laboratorium. Apalagi, jika jenazah mengalami pembusukan atau luka bakar luas,” terang Yandiko.

Jenazah-jenazah yang kini dievakuasi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu tidak semua ditemukan dalam keadaan utuh. Bahkan dua orang disebutkan dalam keadaan hangus. Pihak keluarga, termasuk keluarga Yudi menunggu hasil tes DNA karena kondisi jenazah yang hangus dan tidak bisa dikenali secara langsung.

‘’Satu jenazah dari kecelakaan itu telah teridentifikasi, namun bukan Yudi. Istrinya juga masih menunggu karena belum bisa memastikan mana yang suaminya. Harus lewat tes DNA dulu,” kata Epi Yatim, kakak kandung Yudi di Pekanbaru, Kamis (4/9).

Kendati demikian, rumah duka sudah siapkan untuk menyambut kepulangan jenazah di Kompleks Nyamuk Timur, Jalan Amir Hamzah, Kecamatan Sail. Tenda terpantau sudah berdiri, papan bunga beberapa sudah berjejer.

Musibah yang merenggut nyawa adiknya itu merupakan kejadian yang tidak pernah dibayangkan Epi. Ia memahami bahwa adiknya itu seorang pekerja keras dan cenderung gila kerja, namun tidak dengan kepergiannya yang jatuh dari helikopter.

Pasalnya, menurut Epi, selama bekerja di Kalimantan adiknya sudah kerap terbang naik heli. Karena hal itu sudah menjadi bagian dari pekerjaannya selama di sana. ‘’Sekali ini ia baru terbang 10 menit, baru sekitar 700 meter meninggalkan titik terbang,’’ ungkapnya.

Baca Juga:  Awalnya Takut, Akhirnya Tersenyum Manis

Epi bercerita, Yudi akan selalu bersemangat bila menceritakan soal pekerjaan. Maka ia memahami bahwa adiknya itu berani mengambil risiko. Terlepas dari apa yang menjadi penyebab kecelakaan, namun menurut Epi satu yang pasti, Yudi Febrian memang gemar keluar-masuk hutan.

Yudi memang tidak bisa jauh dari hutan. Bahkan saat tamat SMA puluhan tahun silam ia langsung pergi ke pedalaman Ukui Pelalawan untuk bekerja alih-alih kuliah. Hal itu, kata Epi cukup menggambarkan bahwa Yudi adalah seorang pekerja keras dan mencintai alam. Hidupnya, dari bujang tidak lepas dari alam dan hutan. Bahkan ia terus bekerja tanpa bisa dipisahkan dengan hutan.

‘’Hutan itu sabahabatnya, sampai meninggalnyapun di hutan. Tadinya saya berpikir kalaupun tidak ketemu, ikhlas karena dia sudah sama sahabatnya (di hutan, red). Dia memang tidak bisa lepas, biarpun berjalan kaki ke hutan,’’ sebut Epi.

Epi berharap jenazah adiknya segera diterbangkan ke Pekanbaru. Pihak keluarga menurutnya sudah mempersiapkan prosesi kepergian sang adik. Sesuai rencana, Yudi akan dimakamkan di kawasan Hang Tuah Ujung, pemakaman keluarga di Gang Akhir. Di sana, sejumlah keluarga Yudi turut dimakamkan, termasuk anaknya yang telah meninggalkannya lebih dulu.(she/ian/aph/end/das)






Reporter: Hendrawan Kariman

Tim SAR gabungan akhirnya menemukan Helikopter BK117-D3 milik PT Eastindo Air yang hilang kontak sejak Senin (1/9). Helikopter itu ditemukan di kawasan hutan Air Terjun Mandin Damar, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu (3/9).

Laporan HENDRAWAN KARIMAN dan JPG, Pekanbaru dan Banjarbaru

Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengatakan, helikopter ditemukan pada Rabu (3/9) pukul 14.45 WITA.

”Ditemukan bangkai helikopter berada di koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E atau sekitar 700 meter dari titik yang sebelumnya diberikan KNKT,” ucapnya di Lanud Syamsudin Noor, Rabu (3/9) malam.

Pada pukul 15.53 WITA, tim menemukan satu korban yang jaraknya 100 meter dari badan helikopter. Korban langsung dievakuasi ke Posko Lapangan. Tim juga mengevakuasi tujuh jenazah lain.

- Advertisement -

Delapan jenazah akan menjalani proses identifikasi di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Banjarmasin. Delapan korban itu yakni Captain Haryanto, Eng. Hendra, Mark Werren, Yudi Febrian, Andys Pissa Palulu, Santha Kumar, Claudine Quito, dan Iboy Irfan Rosa.

Kabid Dokkes Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) Kombes Pol Dr dr M El Yandiko mengungkapkan, seluruh tim medis dan forensik telah bersiaga untuk proses identifikasi. ”Kami sudah siapkan tim yang bertugas untuk mengumpulkan data korban, termasuk ciri-ciri khas dan petunjuk yang diperlukan untuk proses identifikasi,” ujarnya.

- Advertisement -

Menurut Yandiko, proses identifikasi memerlukan kecermatan tinggi. Sebab, kondisi korban kemungkinan besar tidak bisa dikenali secara visual. ”Ciri-ciri seperti bekas luka, tanda lahir, atau barang pribadi seperti jam tangan atau pakaian yang biasa dipakai akan sangat membantu,” jelasnya.

Baca Juga:  Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas

Karena, seluruh korban adalah laki-laki, proses awal pencocokan diharapkan berjalan lebih cepat. Namun, apabila identifikasi primer tidak membuahkan hasil, prosedur lanjutan seperti pencocokan DNA akan ditempuh. ”Kalau harus menggunakan DNA, tentu akan memakan waktu lebih lama. Karena harus diproses di laboratorium. Apalagi, jika jenazah mengalami pembusukan atau luka bakar luas,” terang Yandiko.

Jenazah-jenazah yang kini dievakuasi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu tidak semua ditemukan dalam keadaan utuh. Bahkan dua orang disebutkan dalam keadaan hangus. Pihak keluarga, termasuk keluarga Yudi menunggu hasil tes DNA karena kondisi jenazah yang hangus dan tidak bisa dikenali secara langsung.

‘’Satu jenazah dari kecelakaan itu telah teridentifikasi, namun bukan Yudi. Istrinya juga masih menunggu karena belum bisa memastikan mana yang suaminya. Harus lewat tes DNA dulu,” kata Epi Yatim, kakak kandung Yudi di Pekanbaru, Kamis (4/9).

Kendati demikian, rumah duka sudah siapkan untuk menyambut kepulangan jenazah di Kompleks Nyamuk Timur, Jalan Amir Hamzah, Kecamatan Sail. Tenda terpantau sudah berdiri, papan bunga beberapa sudah berjejer.

Musibah yang merenggut nyawa adiknya itu merupakan kejadian yang tidak pernah dibayangkan Epi. Ia memahami bahwa adiknya itu seorang pekerja keras dan cenderung gila kerja, namun tidak dengan kepergiannya yang jatuh dari helikopter.

Pasalnya, menurut Epi, selama bekerja di Kalimantan adiknya sudah kerap terbang naik heli. Karena hal itu sudah menjadi bagian dari pekerjaannya selama di sana. ‘’Sekali ini ia baru terbang 10 menit, baru sekitar 700 meter meninggalkan titik terbang,’’ ungkapnya.

Baca Juga:  Resep Warisan Turun-temurun Lebih 20 Tahun

Epi bercerita, Yudi akan selalu bersemangat bila menceritakan soal pekerjaan. Maka ia memahami bahwa adiknya itu berani mengambil risiko. Terlepas dari apa yang menjadi penyebab kecelakaan, namun menurut Epi satu yang pasti, Yudi Febrian memang gemar keluar-masuk hutan.

Yudi memang tidak bisa jauh dari hutan. Bahkan saat tamat SMA puluhan tahun silam ia langsung pergi ke pedalaman Ukui Pelalawan untuk bekerja alih-alih kuliah. Hal itu, kata Epi cukup menggambarkan bahwa Yudi adalah seorang pekerja keras dan mencintai alam. Hidupnya, dari bujang tidak lepas dari alam dan hutan. Bahkan ia terus bekerja tanpa bisa dipisahkan dengan hutan.

‘’Hutan itu sabahabatnya, sampai meninggalnyapun di hutan. Tadinya saya berpikir kalaupun tidak ketemu, ikhlas karena dia sudah sama sahabatnya (di hutan, red). Dia memang tidak bisa lepas, biarpun berjalan kaki ke hutan,’’ sebut Epi.

Epi berharap jenazah adiknya segera diterbangkan ke Pekanbaru. Pihak keluarga menurutnya sudah mempersiapkan prosesi kepergian sang adik. Sesuai rencana, Yudi akan dimakamkan di kawasan Hang Tuah Ujung, pemakaman keluarga di Gang Akhir. Di sana, sejumlah keluarga Yudi turut dimakamkan, termasuk anaknya yang telah meninggalkannya lebih dulu.(she/ian/aph/end/das)






Reporter: Hendrawan Kariman
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

Tim SAR gabungan akhirnya menemukan Helikopter BK117-D3 milik PT Eastindo Air yang hilang kontak sejak Senin (1/9). Helikopter itu ditemukan di kawasan hutan Air Terjun Mandin Damar, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu (3/9).

Laporan HENDRAWAN KARIMAN dan JPG, Pekanbaru dan Banjarbaru

Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengatakan, helikopter ditemukan pada Rabu (3/9) pukul 14.45 WITA.

”Ditemukan bangkai helikopter berada di koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E atau sekitar 700 meter dari titik yang sebelumnya diberikan KNKT,” ucapnya di Lanud Syamsudin Noor, Rabu (3/9) malam.

Pada pukul 15.53 WITA, tim menemukan satu korban yang jaraknya 100 meter dari badan helikopter. Korban langsung dievakuasi ke Posko Lapangan. Tim juga mengevakuasi tujuh jenazah lain.

Delapan jenazah akan menjalani proses identifikasi di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Banjarmasin. Delapan korban itu yakni Captain Haryanto, Eng. Hendra, Mark Werren, Yudi Febrian, Andys Pissa Palulu, Santha Kumar, Claudine Quito, dan Iboy Irfan Rosa.

Kabid Dokkes Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) Kombes Pol Dr dr M El Yandiko mengungkapkan, seluruh tim medis dan forensik telah bersiaga untuk proses identifikasi. ”Kami sudah siapkan tim yang bertugas untuk mengumpulkan data korban, termasuk ciri-ciri khas dan petunjuk yang diperlukan untuk proses identifikasi,” ujarnya.

Menurut Yandiko, proses identifikasi memerlukan kecermatan tinggi. Sebab, kondisi korban kemungkinan besar tidak bisa dikenali secara visual. ”Ciri-ciri seperti bekas luka, tanda lahir, atau barang pribadi seperti jam tangan atau pakaian yang biasa dipakai akan sangat membantu,” jelasnya.

Baca Juga:  Ajak Galakkan Budaya Melayu, Cegah Kekerasan dan LGBT

Karena, seluruh korban adalah laki-laki, proses awal pencocokan diharapkan berjalan lebih cepat. Namun, apabila identifikasi primer tidak membuahkan hasil, prosedur lanjutan seperti pencocokan DNA akan ditempuh. ”Kalau harus menggunakan DNA, tentu akan memakan waktu lebih lama. Karena harus diproses di laboratorium. Apalagi, jika jenazah mengalami pembusukan atau luka bakar luas,” terang Yandiko.

Jenazah-jenazah yang kini dievakuasi ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu tidak semua ditemukan dalam keadaan utuh. Bahkan dua orang disebutkan dalam keadaan hangus. Pihak keluarga, termasuk keluarga Yudi menunggu hasil tes DNA karena kondisi jenazah yang hangus dan tidak bisa dikenali secara langsung.

‘’Satu jenazah dari kecelakaan itu telah teridentifikasi, namun bukan Yudi. Istrinya juga masih menunggu karena belum bisa memastikan mana yang suaminya. Harus lewat tes DNA dulu,” kata Epi Yatim, kakak kandung Yudi di Pekanbaru, Kamis (4/9).

Kendati demikian, rumah duka sudah siapkan untuk menyambut kepulangan jenazah di Kompleks Nyamuk Timur, Jalan Amir Hamzah, Kecamatan Sail. Tenda terpantau sudah berdiri, papan bunga beberapa sudah berjejer.

Musibah yang merenggut nyawa adiknya itu merupakan kejadian yang tidak pernah dibayangkan Epi. Ia memahami bahwa adiknya itu seorang pekerja keras dan cenderung gila kerja, namun tidak dengan kepergiannya yang jatuh dari helikopter.

Pasalnya, menurut Epi, selama bekerja di Kalimantan adiknya sudah kerap terbang naik heli. Karena hal itu sudah menjadi bagian dari pekerjaannya selama di sana. ‘’Sekali ini ia baru terbang 10 menit, baru sekitar 700 meter meninggalkan titik terbang,’’ ungkapnya.

Baca Juga:  Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas

Epi bercerita, Yudi akan selalu bersemangat bila menceritakan soal pekerjaan. Maka ia memahami bahwa adiknya itu berani mengambil risiko. Terlepas dari apa yang menjadi penyebab kecelakaan, namun menurut Epi satu yang pasti, Yudi Febrian memang gemar keluar-masuk hutan.

Yudi memang tidak bisa jauh dari hutan. Bahkan saat tamat SMA puluhan tahun silam ia langsung pergi ke pedalaman Ukui Pelalawan untuk bekerja alih-alih kuliah. Hal itu, kata Epi cukup menggambarkan bahwa Yudi adalah seorang pekerja keras dan mencintai alam. Hidupnya, dari bujang tidak lepas dari alam dan hutan. Bahkan ia terus bekerja tanpa bisa dipisahkan dengan hutan.

‘’Hutan itu sabahabatnya, sampai meninggalnyapun di hutan. Tadinya saya berpikir kalaupun tidak ketemu, ikhlas karena dia sudah sama sahabatnya (di hutan, red). Dia memang tidak bisa lepas, biarpun berjalan kaki ke hutan,’’ sebut Epi.

Epi berharap jenazah adiknya segera diterbangkan ke Pekanbaru. Pihak keluarga menurutnya sudah mempersiapkan prosesi kepergian sang adik. Sesuai rencana, Yudi akan dimakamkan di kawasan Hang Tuah Ujung, pemakaman keluarga di Gang Akhir. Di sana, sejumlah keluarga Yudi turut dimakamkan, termasuk anaknya yang telah meninggalkannya lebih dulu.(she/ian/aph/end/das)






Reporter: Hendrawan Kariman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari