Minggu, 8 September 2024

Target Industri Manufaktur Tumbuh 5 Persen

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketidakpastian masih membayangi upaya pemulihan ekonomi tahun depan. Namun, sektor industri menegaskan optimismenya untuk tumbuh pada 2022. Baik dari sisi ekspor maupun investasi.

"Seiring membaiknya perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4-4,5 persen pada 2021 ini. Dan, sebesar 4,5-5 persen pada 2022," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, kemarin (30/12).

Dia menerangkan bahwa target nilai ekspor industri manufaktur berada pada kisaran 170-175 miliar dolar AS tahun ini. Target nilai itu diharapkan mencapai 175-180 miliar dolar AS pada 2022.

Pada nilai investasi, Kemenperin menargetkan sebesar Rp280-290 triliun tahun ini, dan sebesar Rp300-310 triliun pada 2022. "Kami juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang pada tahun 2022," tambahnya.

- Advertisement -

Agus mengaku telah mengidentifikasi tantangan-tantangan 2022. Antara lain, disrupsi supply chain, kelangkaan kontainer akibat ketidakseimbangan perdagangan laut, dan berbagai event internasional. Khususnya, eksibisi atau pameran internasional dalam bentuk virtual atau digital.

Baca Juga:  MBS Hadirkan Promo Spesial Home Living Exhibition

Tantangan lain adalah ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong, dan mitigasi gelombang varian virus omicron pada sektor industri. "Kami juga mengkaji usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing meningkat," urai Agus.

- Advertisement -

Kemarin dia juga memaparkan rapor industri manufaktur sepanjang 2021. Agus menyampaikan bahwa tahun ini sektor industri manufaktur mulai menggeliat. Itu terlihat dari realisasi investasi, capaian ekspor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, dan peringkat Purchasing Managers Index (PMI).

Sepanjang Januari-September 2021, realisasi investasi sektor manufaktur tercatat sebesar Rp236,79 triliun. Angka ini naik 17,3 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada periode yang sama tahun lalu. Yakni, sebesar Rp201,87 triliun.

Capaian nilai ekspor industri manufaktur terus meningkat. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai 160 miliar dolar AS atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 yang sebesar Rp131 miliar. Bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019.

Baca Juga:  Produk UMKM Alumni Unpad Targetkan  Masuk Pasar Ekspor

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bahwa sektor manufaktur memang sedang tumbuh positif. Namun, dia belum bisa memprediksi perkembangan investasi tahun depan. Alasannya, ketidakpastian ekonomi masih tinggi.

Tolok ukur pertama adalah pengendalian pandemi tingkat nasional dan global. "Kemudian, seberapa cepat vaksinasi bisa menciptakan herd immunity di Indonesia dan mempercepat normalisasi ekonomi," ujarnya.

Shinta mengatakan bahwa semakin cepat herd immunity tercapai, semakin cepat investasi meningkat. Akan lebih baik lagi, menurut dia, bila pembukaan perbatasan dan relaksasi mobilitas antarnegara bisa dipercepat. Sebab, ada banyak sektor usaha yang investasinya tersendat akibat kendala mobilitas. "Pembatasan membuat investor tidak bisa melakukan penjajakan atau penilaian investasi secara fisik," ujarnya.(agf/hep/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketidakpastian masih membayangi upaya pemulihan ekonomi tahun depan. Namun, sektor industri menegaskan optimismenya untuk tumbuh pada 2022. Baik dari sisi ekspor maupun investasi.

"Seiring membaiknya perekonomian nasional, kami menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4-4,5 persen pada 2021 ini. Dan, sebesar 4,5-5 persen pada 2022," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, kemarin (30/12).

Dia menerangkan bahwa target nilai ekspor industri manufaktur berada pada kisaran 170-175 miliar dolar AS tahun ini. Target nilai itu diharapkan mencapai 175-180 miliar dolar AS pada 2022.

Pada nilai investasi, Kemenperin menargetkan sebesar Rp280-290 triliun tahun ini, dan sebesar Rp300-310 triliun pada 2022. "Kami juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang pada tahun 2022," tambahnya.

Agus mengaku telah mengidentifikasi tantangan-tantangan 2022. Antara lain, disrupsi supply chain, kelangkaan kontainer akibat ketidakseimbangan perdagangan laut, dan berbagai event internasional. Khususnya, eksibisi atau pameran internasional dalam bentuk virtual atau digital.

Baca Juga:  Harga Samsung Galaxy S24 Bakal Dibanderol Rp15,3 Juta

Tantangan lain adalah ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong, dan mitigasi gelombang varian virus omicron pada sektor industri. "Kami juga mengkaji usulan pemberian insentif baru bagi sektor industri tertentu agar daya saing meningkat," urai Agus.

Kemarin dia juga memaparkan rapor industri manufaktur sepanjang 2021. Agus menyampaikan bahwa tahun ini sektor industri manufaktur mulai menggeliat. Itu terlihat dari realisasi investasi, capaian ekspor, kontribusi pajak, kontribusi terhadap PDB, dan peringkat Purchasing Managers Index (PMI).

Sepanjang Januari-September 2021, realisasi investasi sektor manufaktur tercatat sebesar Rp236,79 triliun. Angka ini naik 17,3 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada periode yang sama tahun lalu. Yakni, sebesar Rp201,87 triliun.

Capaian nilai ekspor industri manufaktur terus meningkat. Nilai ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 mencapai 160 miliar dolar AS atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka ini telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 yang sebesar Rp131 miliar. Bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019.

Baca Juga:  Sembilan Hotel di Batam Tutup, Ratusan Pekerja Dirumahkan

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bahwa sektor manufaktur memang sedang tumbuh positif. Namun, dia belum bisa memprediksi perkembangan investasi tahun depan. Alasannya, ketidakpastian ekonomi masih tinggi.

Tolok ukur pertama adalah pengendalian pandemi tingkat nasional dan global. "Kemudian, seberapa cepat vaksinasi bisa menciptakan herd immunity di Indonesia dan mempercepat normalisasi ekonomi," ujarnya.

Shinta mengatakan bahwa semakin cepat herd immunity tercapai, semakin cepat investasi meningkat. Akan lebih baik lagi, menurut dia, bila pembukaan perbatasan dan relaksasi mobilitas antarnegara bisa dipercepat. Sebab, ada banyak sektor usaha yang investasinya tersendat akibat kendala mobilitas. "Pembatasan membuat investor tidak bisa melakukan penjajakan atau penilaian investasi secara fisik," ujarnya.(agf/hep/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari