Jumat, 5 Juli 2024

Jokowi: Segera Belanjakan Anggaran agar Uang Beredar di Masyarakat

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menumpahkan kekecewaan dan kekesalannya terhadap kinerja para menteri di era pandemi corona (Covid-19). Pasalnya, dia melihat para pembantunya menangani situasi krisis dengan cara yang normal-normal saja. 

Hal ini terungkap lewat video sidang kabinet paripurna 18 Juni 2020, yang diunggah channel Youtube Sekretariat Presiden, pada Ahad (28/6/2020). 

- Advertisement -

Saat itu Jokowi menekankan bahwa situasi yang dihadapi negara saat ini merupakan kondisi krisis. Dia lantas mengingatkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang mius 6-7,6 persen, mengutip OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development/Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). 

"Hati-hati. OECD, terakhir sehari dua hari lalu, menyampaikan bahwa growth, pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi enam, bisa sampai ke 7,6 persen. Enam sampai 7,6 persen, minusnya," ucap Jokowi. 

Bank Dunia juga memprediksi bisa minus 5 persen. Karena itu, Jokowi mengingatkan jajarannnya punya perasaan yang sama menghadapi situasi tersebut. Jangan hanya disikapi biasa-biasa saja dengan cara yang linier. 

- Advertisement -

"Kalau saya lihat bapak ibu masih melihat ini sebagai situasi normal bahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Kerjanya harus ekstra luar biasa, extraordinary. Perasaan ini tolong sama, kita harus sama perasaannya. Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah berbahaya," tegasnya. 

Baca Juga:  Fitur Makin Lengkap, Sekarang Bisa Beli Token Rp5 Ribu di PLN Mobile

Untuk itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menginginkan para pembantunya bekerja dengan cara-cara yang luar biasa. Mulai kebijakan-lebijakannya, maupun tindakan di lapangan. 

"Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja, menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini. Mestinya, suasana itu ada semuanya. Jangan memakai hal-hal yang standar pada suasana krisis. Manajemen krisis sudah berbeda semuanya," tutur suami Iriana itu.

Dia bahkan bersedia untuk kembali menerbitkan Perppu bila itu yang dbutuhkan. Begitu pula para menteri harus mengeluarkan peraturan jika dibutuhkan untuk menangani situasi yang dihadapi negara dan 267 juta rakyat. 

"Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Kenapa enggak punya perasaan. Suasana ini krisis," tukas Jokowi.

Kemudian, dia menyoroti belanja-belanja di kementerian yang dilaporkan masih biasa-biasa saja. Padahal, dia ingin anggaran negara bisa segera direalisasikan secepat mungkin agar uang beredar semakin banyak dan konsumsi masyarakat meningkat. 

Untuk pemulihan ekonomi nasional misalnya, Jokowi menyoroti realisasi bidang kesehatan yang masih sangat kecil, baru 1,53 persen dari total anggaran sebesar Rp75 triliun yang disediakan. 

"Rp75 triliun, baru keluar 1,53 persen coba. Uang beredar di masyarakat kerem di situ semua. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan-penggunaan yang tepat sasaran sehingga men-trigger ekonomi," sambung mantan Wali Kota Solo ini. 

Baca Juga:  KPKNL Pekanbaru-Riau Pos Siap Lanjutkan Kolaborasi

Begitu juga untuk pembayaran tunjangan bagi dokter, dokter spesialis, tenaga medis juga harus segera dibayarkan. Termasuk belanja-belanja untuk peralatan kesehatan segera keluarkan. Selain itu, bantuan sosial yang ditunggu masyarakat segera disalurkan. 

Bila ada masalah, Jokowi meminta dilakukan tindakan-tindakan lapangan. Sebab, dalam suasana krisis semestinya sudah terealisasi 100 persen. Di bidang ekonomi juga sama. Jokowi meminta stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil, usah mikro, karena mereka semua menunggu bantuan pemerintah. Kemudian usaha menengah, korporasi hingga perbankan. 

"Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya. Berbahaya sekali kalau perasaan kita seperti enggak ada apa-apa," katanya dengan nada kesal.

"Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progres yang signifikan enggak ada," sambung mantan pengusaha mebel ini. 

Di akhir arahannya, Jokowi bahkan mengancam untuk melakukan tindakan extraordinary untuk menangani situasi krisis ini. Baik itu langkah politik maupun kepemerintahan. Termasuk melakukan perombakan kabinet. 

"Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga negara, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," tandas Jokowi.

Sumber: JPNN
Editor: Hary B Koriun
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menumpahkan kekecewaan dan kekesalannya terhadap kinerja para menteri di era pandemi corona (Covid-19). Pasalnya, dia melihat para pembantunya menangani situasi krisis dengan cara yang normal-normal saja. 

Hal ini terungkap lewat video sidang kabinet paripurna 18 Juni 2020, yang diunggah channel Youtube Sekretariat Presiden, pada Ahad (28/6/2020). 

Saat itu Jokowi menekankan bahwa situasi yang dihadapi negara saat ini merupakan kondisi krisis. Dia lantas mengingatkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang mius 6-7,6 persen, mengutip OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development/Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi). 

"Hati-hati. OECD, terakhir sehari dua hari lalu, menyampaikan bahwa growth, pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi enam, bisa sampai ke 7,6 persen. Enam sampai 7,6 persen, minusnya," ucap Jokowi. 

Bank Dunia juga memprediksi bisa minus 5 persen. Karena itu, Jokowi mengingatkan jajarannnya punya perasaan yang sama menghadapi situasi tersebut. Jangan hanya disikapi biasa-biasa saja dengan cara yang linier. 

"Kalau saya lihat bapak ibu masih melihat ini sebagai situasi normal bahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Kerjanya harus ekstra luar biasa, extraordinary. Perasaan ini tolong sama, kita harus sama perasaannya. Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah berbahaya," tegasnya. 

Baca Juga:  Ratusan Ton Ikan di Danau Maninjau Mati Mendadak

Untuk itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menginginkan para pembantunya bekerja dengan cara-cara yang luar biasa. Mulai kebijakan-lebijakannya, maupun tindakan di lapangan. 

"Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja, menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini. Mestinya, suasana itu ada semuanya. Jangan memakai hal-hal yang standar pada suasana krisis. Manajemen krisis sudah berbeda semuanya," tutur suami Iriana itu.

Dia bahkan bersedia untuk kembali menerbitkan Perppu bila itu yang dbutuhkan. Begitu pula para menteri harus mengeluarkan peraturan jika dibutuhkan untuk menangani situasi yang dihadapi negara dan 267 juta rakyat. 

"Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Kenapa enggak punya perasaan. Suasana ini krisis," tukas Jokowi.

Kemudian, dia menyoroti belanja-belanja di kementerian yang dilaporkan masih biasa-biasa saja. Padahal, dia ingin anggaran negara bisa segera direalisasikan secepat mungkin agar uang beredar semakin banyak dan konsumsi masyarakat meningkat. 

Untuk pemulihan ekonomi nasional misalnya, Jokowi menyoroti realisasi bidang kesehatan yang masih sangat kecil, baru 1,53 persen dari total anggaran sebesar Rp75 triliun yang disediakan. 

"Rp75 triliun, baru keluar 1,53 persen coba. Uang beredar di masyarakat kerem di situ semua. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan-penggunaan yang tepat sasaran sehingga men-trigger ekonomi," sambung mantan Wali Kota Solo ini. 

Baca Juga:  Harga TBS Kelapa Sawit Kembali Naik Pekan Ini

Begitu juga untuk pembayaran tunjangan bagi dokter, dokter spesialis, tenaga medis juga harus segera dibayarkan. Termasuk belanja-belanja untuk peralatan kesehatan segera keluarkan. Selain itu, bantuan sosial yang ditunggu masyarakat segera disalurkan. 

Bila ada masalah, Jokowi meminta dilakukan tindakan-tindakan lapangan. Sebab, dalam suasana krisis semestinya sudah terealisasi 100 persen. Di bidang ekonomi juga sama. Jokowi meminta stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil, usah mikro, karena mereka semua menunggu bantuan pemerintah. Kemudian usaha menengah, korporasi hingga perbankan. 

"Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya. Berbahaya sekali kalau perasaan kita seperti enggak ada apa-apa," katanya dengan nada kesal.

"Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progres yang signifikan enggak ada," sambung mantan pengusaha mebel ini. 

Di akhir arahannya, Jokowi bahkan mengancam untuk melakukan tindakan extraordinary untuk menangani situasi krisis ini. Baik itu langkah politik maupun kepemerintahan. Termasuk melakukan perombakan kabinet. 

"Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan untuk 267 juta rakyat kita, untuk negara. Bisa saja membubarkan lembaga negara, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya," tandas Jokowi.

Sumber: JPNN
Editor: Hary B Koriun
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari