Rabu, 2 April 2025
spot_img

Gizi Remaja di Indonesia Harus Segera Diperbaiki

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa remaja 25,7 persen yang berumur antara 13-15 mempunyai status gizi pendek dan sangat pendek. Sementara remaja yang berumur 16-18 tahun ditemukan sebesar 26,9 persen. Mengindikasikan kondisi gizi pada remaja di Indonesia harus segera diperbaiki.

Hal itu dikatakan Ketua Pengabdian Masyarakat yang juga dosen Pasca Sarjana Universitas Hang Tuah Pekanbaru (UHTP) Dr Mitra SKM MKM pada Seminar Program Kemitraan Masyarakat yang bertemakan"Pembinaan Satuan Tugas Peduli Stunting Remaja sebagai Agen Perubahan Melalui Informasi Digital dalam Upaya Pengentasan Stunting di Kota Pekanbaru" di Aula UHTP, Selasa (26/7). Seminar berlangsung selama dua hari. Pembicara, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan dan KB Kota Pekanbaru Drs M Amin MSi, Dosen S1 Kesmas UHTP Nurlisis SKM MKes, Dosen Fakultas Ilmu Komputer UHTP Uci Rahmalisa SKom MTI, Duta Remaja Ns M Muzakir Fahmi SKepMKM, Dosen Umri Ikhbal Akhmad MM.

Baca Juga:  Kerugian Akibat Covid-19 Setara Ekonomi Jerman dan Jepang

Berdasarkan data sensus penduduk 2020 menunjukkan sebesar 27,9 persen penduduk Indonesia adalah generasi Z yaitu generasi yang lahir 1997-2012. Generasi ini merupakan generasi yang berada pada era teknologi informasi dan   perkembangannya cukup pesat. Memasuki era revolusi industry 4.0 maka semakin pesat pula teknologi informasi.

Dengan demikian berdampak pada aktivitas remaja yang berhubungan dengan akses internet."Banyak sekali pilihan kosumsi makanan dan minuman oleh remaja yang  kurang tepat nilai gizinya. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi remaja. Penanganan gizi ini sangat penting pada periode remaja. Remaja merupakan kelompok yang potensial yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan," terangnya.          

Sementara itu, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi mengapresiasi seminar kemitraan tersebut. Ia menyebutkan saat ini yang sedang digaung-guangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni Indonesia tanggung dan unggul."Untuk mencapai hal itu semua, para remaja kita harus unggul," papar rektor.(nto/c)

Baca Juga:  Menkeu Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-I di 4,5-4,6 Persen

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa remaja 25,7 persen yang berumur antara 13-15 mempunyai status gizi pendek dan sangat pendek. Sementara remaja yang berumur 16-18 tahun ditemukan sebesar 26,9 persen. Mengindikasikan kondisi gizi pada remaja di Indonesia harus segera diperbaiki.

Hal itu dikatakan Ketua Pengabdian Masyarakat yang juga dosen Pasca Sarjana Universitas Hang Tuah Pekanbaru (UHTP) Dr Mitra SKM MKM pada Seminar Program Kemitraan Masyarakat yang bertemakan"Pembinaan Satuan Tugas Peduli Stunting Remaja sebagai Agen Perubahan Melalui Informasi Digital dalam Upaya Pengentasan Stunting di Kota Pekanbaru" di Aula UHTP, Selasa (26/7). Seminar berlangsung selama dua hari. Pembicara, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan dan KB Kota Pekanbaru Drs M Amin MSi, Dosen S1 Kesmas UHTP Nurlisis SKM MKes, Dosen Fakultas Ilmu Komputer UHTP Uci Rahmalisa SKom MTI, Duta Remaja Ns M Muzakir Fahmi SKepMKM, Dosen Umri Ikhbal Akhmad MM.

Baca Juga:  Ikut Kuis XL Axiata, Pelanggan Asal Pidie Jaya Raih Hadiah Jutaan Rupiah

Berdasarkan data sensus penduduk 2020 menunjukkan sebesar 27,9 persen penduduk Indonesia adalah generasi Z yaitu generasi yang lahir 1997-2012. Generasi ini merupakan generasi yang berada pada era teknologi informasi dan   perkembangannya cukup pesat. Memasuki era revolusi industry 4.0 maka semakin pesat pula teknologi informasi.

Dengan demikian berdampak pada aktivitas remaja yang berhubungan dengan akses internet."Banyak sekali pilihan kosumsi makanan dan minuman oleh remaja yang  kurang tepat nilai gizinya. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi remaja. Penanganan gizi ini sangat penting pada periode remaja. Remaja merupakan kelompok yang potensial yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan," terangnya.          

Sementara itu, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi mengapresiasi seminar kemitraan tersebut. Ia menyebutkan saat ini yang sedang digaung-guangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni Indonesia tanggung dan unggul."Untuk mencapai hal itu semua, para remaja kita harus unggul," papar rektor.(nto/c)

Baca Juga:  Suzuki Ertiga Hybrid Jadi Mobil Listrik Pertama di Kelas LMPV
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Gizi Remaja di Indonesia Harus Segera Diperbaiki

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa remaja 25,7 persen yang berumur antara 13-15 mempunyai status gizi pendek dan sangat pendek. Sementara remaja yang berumur 16-18 tahun ditemukan sebesar 26,9 persen. Mengindikasikan kondisi gizi pada remaja di Indonesia harus segera diperbaiki.

Hal itu dikatakan Ketua Pengabdian Masyarakat yang juga dosen Pasca Sarjana Universitas Hang Tuah Pekanbaru (UHTP) Dr Mitra SKM MKM pada Seminar Program Kemitraan Masyarakat yang bertemakan"Pembinaan Satuan Tugas Peduli Stunting Remaja sebagai Agen Perubahan Melalui Informasi Digital dalam Upaya Pengentasan Stunting di Kota Pekanbaru" di Aula UHTP, Selasa (26/7). Seminar berlangsung selama dua hari. Pembicara, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan dan KB Kota Pekanbaru Drs M Amin MSi, Dosen S1 Kesmas UHTP Nurlisis SKM MKes, Dosen Fakultas Ilmu Komputer UHTP Uci Rahmalisa SKom MTI, Duta Remaja Ns M Muzakir Fahmi SKepMKM, Dosen Umri Ikhbal Akhmad MM.

Baca Juga:  Kerugian Akibat Covid-19 Setara Ekonomi Jerman dan Jepang

Berdasarkan data sensus penduduk 2020 menunjukkan sebesar 27,9 persen penduduk Indonesia adalah generasi Z yaitu generasi yang lahir 1997-2012. Generasi ini merupakan generasi yang berada pada era teknologi informasi dan   perkembangannya cukup pesat. Memasuki era revolusi industry 4.0 maka semakin pesat pula teknologi informasi.

Dengan demikian berdampak pada aktivitas remaja yang berhubungan dengan akses internet."Banyak sekali pilihan kosumsi makanan dan minuman oleh remaja yang  kurang tepat nilai gizinya. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi remaja. Penanganan gizi ini sangat penting pada periode remaja. Remaja merupakan kelompok yang potensial yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan," terangnya.          

Sementara itu, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi mengapresiasi seminar kemitraan tersebut. Ia menyebutkan saat ini yang sedang digaung-guangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni Indonesia tanggung dan unggul."Untuk mencapai hal itu semua, para remaja kita harus unggul," papar rektor.(nto/c)

Baca Juga:  Toyota Ajukan Merek Dagang GR Corolla Dan C-HR GR-Sport

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa remaja 25,7 persen yang berumur antara 13-15 mempunyai status gizi pendek dan sangat pendek. Sementara remaja yang berumur 16-18 tahun ditemukan sebesar 26,9 persen. Mengindikasikan kondisi gizi pada remaja di Indonesia harus segera diperbaiki.

Hal itu dikatakan Ketua Pengabdian Masyarakat yang juga dosen Pasca Sarjana Universitas Hang Tuah Pekanbaru (UHTP) Dr Mitra SKM MKM pada Seminar Program Kemitraan Masyarakat yang bertemakan"Pembinaan Satuan Tugas Peduli Stunting Remaja sebagai Agen Perubahan Melalui Informasi Digital dalam Upaya Pengentasan Stunting di Kota Pekanbaru" di Aula UHTP, Selasa (26/7). Seminar berlangsung selama dua hari. Pembicara, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Dra Mardalena Wati Yulia MSi, Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan dan KB Kota Pekanbaru Drs M Amin MSi, Dosen S1 Kesmas UHTP Nurlisis SKM MKes, Dosen Fakultas Ilmu Komputer UHTP Uci Rahmalisa SKom MTI, Duta Remaja Ns M Muzakir Fahmi SKepMKM, Dosen Umri Ikhbal Akhmad MM.

Baca Juga:  Perumahan Givency One, Utamakan Keamanan dan Kenyamanan Penghuni

Berdasarkan data sensus penduduk 2020 menunjukkan sebesar 27,9 persen penduduk Indonesia adalah generasi Z yaitu generasi yang lahir 1997-2012. Generasi ini merupakan generasi yang berada pada era teknologi informasi dan   perkembangannya cukup pesat. Memasuki era revolusi industry 4.0 maka semakin pesat pula teknologi informasi.

Dengan demikian berdampak pada aktivitas remaja yang berhubungan dengan akses internet."Banyak sekali pilihan kosumsi makanan dan minuman oleh remaja yang  kurang tepat nilai gizinya. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi remaja. Penanganan gizi ini sangat penting pada periode remaja. Remaja merupakan kelompok yang potensial yang dapat diandalkan sebagai agen perubahan," terangnya.          

Sementara itu, Rektor UHTP Prof Dr Syafrani MSi mengapresiasi seminar kemitraan tersebut. Ia menyebutkan saat ini yang sedang digaung-guangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni Indonesia tanggung dan unggul."Untuk mencapai hal itu semua, para remaja kita harus unggul," papar rektor.(nto/c)

Baca Juga:  Menkeu Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-I di 4,5-4,6 Persen
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari