- Advertisement -
TOKYO (RIAUPOS.CO) – Maskapai penerbangan utama Jepang, ANA Airline, berencana memangkas 3.500 karyawan selama tiga tahun ke depan. Operator maskapai terbesar di Jepang itu mengalami kerugian tahunan terbesar yang pernah terjadi karena krisis penerbangan akibat Covid-19.
Surat kabar harian nasional berbahasa Jepang, Yomiuri Shimbun melaporkan, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah bagian dari restrukturisasi bisnis ANA. Perusahaan terpaksa memotong biaya tetap untuk mengantisipasi penurunan berkepanjangan dalam permintaan perjalanan udara.
- Advertisement -
ANA, yang memiliki total tenaga kerja hingga 43.500 karyawan berencana mencapai target PHK hingga Maret 2023. Perusahaan juga memfasilitasi program penempatan dan pembekuan perekrutan, di mana sebagian karyawan ditempatkan di perusahaan besar lain untuk sementara waktu.
“Sebagai tindakan jangka pendek, ANA sedang mempertimbangkan untuk mengirim sebagian tenaga kerjanya ke beberapa perusahaan lain untuk sementara, seperti ke Toyota Motor Corp,” tulis Yomiuri dikutip dari Reuters, Ahad (25/10/2020).
Kerugian membuat ANA terpaksa menjual 30 pesawat berbadan lebar yang mahal. Diperkirakan kerugian bersih mencapai 500 miliar yen (Rp70 triliun) untuk tahun fiskal ini hingga Maret 2021. ANA mengajukan pinjaman miliaran dolar dan bergantung pada program pariwisata pemerintah untuk mengatasi krisis penerbangan.
- Advertisement -
Bernasib sama, saingan lokal ANA, yakni Japan Airlines, diperkirakan akan mengalami kerugian operasional sekitar 85 miliar yen untuk kuartal Juli-September. Maskapai itu terperosok ke dalam krisis akibat penerbangan internasional yang anjlok hingga 97 persen pada kuartal tersebut.
Sumber: Yomiuri Shimbun/News/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
TOKYO (RIAUPOS.CO) – Maskapai penerbangan utama Jepang, ANA Airline, berencana memangkas 3.500 karyawan selama tiga tahun ke depan. Operator maskapai terbesar di Jepang itu mengalami kerugian tahunan terbesar yang pernah terjadi karena krisis penerbangan akibat Covid-19.
Surat kabar harian nasional berbahasa Jepang, Yomiuri Shimbun melaporkan, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah bagian dari restrukturisasi bisnis ANA. Perusahaan terpaksa memotong biaya tetap untuk mengantisipasi penurunan berkepanjangan dalam permintaan perjalanan udara.
- Advertisement -
ANA, yang memiliki total tenaga kerja hingga 43.500 karyawan berencana mencapai target PHK hingga Maret 2023. Perusahaan juga memfasilitasi program penempatan dan pembekuan perekrutan, di mana sebagian karyawan ditempatkan di perusahaan besar lain untuk sementara waktu.
“Sebagai tindakan jangka pendek, ANA sedang mempertimbangkan untuk mengirim sebagian tenaga kerjanya ke beberapa perusahaan lain untuk sementara, seperti ke Toyota Motor Corp,” tulis Yomiuri dikutip dari Reuters, Ahad (25/10/2020).
- Advertisement -
Kerugian membuat ANA terpaksa menjual 30 pesawat berbadan lebar yang mahal. Diperkirakan kerugian bersih mencapai 500 miliar yen (Rp70 triliun) untuk tahun fiskal ini hingga Maret 2021. ANA mengajukan pinjaman miliaran dolar dan bergantung pada program pariwisata pemerintah untuk mengatasi krisis penerbangan.
Bernasib sama, saingan lokal ANA, yakni Japan Airlines, diperkirakan akan mengalami kerugian operasional sekitar 85 miliar yen untuk kuartal Juli-September. Maskapai itu terperosok ke dalam krisis akibat penerbangan internasional yang anjlok hingga 97 persen pada kuartal tersebut.
Sumber: Yomiuri Shimbun/News/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun