Orang Berpendidikan Tinggi Justru Paling Banyak Menganggur

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Angka pengangguran di Indonesia didominasi orang berpendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah lebih sedikit, namun produktivitasnya kurang. Hal ini disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah. 

Menurut Ida, 87 persen dari total penduduk yang bekerja tingkat pendidikan SMA ke bawah. Dari angka tersebut 39 persen pendidikan setingkat SD. 

- Advertisement -

“Inilah yang menjadi penyebab produktivitas Indonesia tertinggal dari negara lain,” ujarnya dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat (23/10/2020). 

Sebagai gambaran lainnya, Ida menjelaskan jika sebagian besar pekerja ini justru memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sementara mereka yang menjadi pengangguran justru memiliki pendidikan lebih baik, yakni SMA hingga sarjana. 

- Advertisement -

Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pengangguran terbuka berdasarkan data 2019, untuk tingkat pendidikan SD dan SMP adalah masing-masing 17 persen dan 16 persen. Sementara untuk pendidikan SMA dan SMK masing-masing 28,2 persen dan 24,5 persen. Sementara pendidikan diploma hanya 3,1 persen dan tingkat pendidikan sarjana sebesar 10,5 persen. 

“Sementara yang menganggur didominasi tingkat pendidikannya yang lebih bagus. SMA, SMK, diploma dan perguruan tinggi. Yang bekerja tingkat pendidikannya rendah, yang nganggur justru mereka lebih baik pendidikannya,” katanya. 

Menurut Ida, karena tidak adanya linked and match maka pendidikan vokasi yang didapatkan tidak diterima di pasar kerja. Sementara yang bekerja, justru kompetensinya rendah karena pendidikan yang rendah. 

“Karena pendidikan rendah menyebabkan kompetensinya rendah menyebabkan produktivitas rendah. Akibatnya di antara negara-negara ASEAN, kita berada di bawah rata-rata negara Asia,” ujar Ida.

Sumber: Antara/News/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Angka pengangguran di Indonesia didominasi orang berpendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan rendah lebih sedikit, namun produktivitasnya kurang. Hal ini disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah. 

Menurut Ida, 87 persen dari total penduduk yang bekerja tingkat pendidikan SMA ke bawah. Dari angka tersebut 39 persen pendidikan setingkat SD. 

“Inilah yang menjadi penyebab produktivitas Indonesia tertinggal dari negara lain,” ujarnya dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat (23/10/2020). 

Sebagai gambaran lainnya, Ida menjelaskan jika sebagian besar pekerja ini justru memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sementara mereka yang menjadi pengangguran justru memiliki pendidikan lebih baik, yakni SMA hingga sarjana. 

Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pengangguran terbuka berdasarkan data 2019, untuk tingkat pendidikan SD dan SMP adalah masing-masing 17 persen dan 16 persen. Sementara untuk pendidikan SMA dan SMK masing-masing 28,2 persen dan 24,5 persen. Sementara pendidikan diploma hanya 3,1 persen dan tingkat pendidikan sarjana sebesar 10,5 persen. 

“Sementara yang menganggur didominasi tingkat pendidikannya yang lebih bagus. SMA, SMK, diploma dan perguruan tinggi. Yang bekerja tingkat pendidikannya rendah, yang nganggur justru mereka lebih baik pendidikannya,” katanya. 

Menurut Ida, karena tidak adanya linked and match maka pendidikan vokasi yang didapatkan tidak diterima di pasar kerja. Sementara yang bekerja, justru kompetensinya rendah karena pendidikan yang rendah. 

“Karena pendidikan rendah menyebabkan kompetensinya rendah menyebabkan produktivitas rendah. Akibatnya di antara negara-negara ASEAN, kita berada di bawah rata-rata negara Asia,” ujar Ida.

Sumber: Antara/News/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya