Rabu, 11 Desember 2024

Cegah Angka Kematian Ibu dengan Fasilitasi Bidan Banyak Pelatihan

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Ari Kusuma mengatakan, pemerintah saat ini fokus menurunkan angka stunting. Di mana pemerintah menargetkan 14 persen pada 2024.

Hal ini dikatakan Ari dalam Rapat Kerja Kelompok Kerja (Pokja) Keluarga Berencana (KB) Kespro pengurus pusat POGI bersama mitra kerja di Hotel Premier, Pekanbaru, Sabtu (23/7).

Ditambahkannya, rapat kerja dimaksudkan dalam rangka Kongres Obsteri dan Ginekologi Indonesia (KOGI) ke-18 di Pekanbaru.

"Kami bersyukur setelah dua tahun pandemi Covid-19 ini, akhirnya kegiatan ilmiah ini diadakan dalam bentuk offline. Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada seluruh sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sosial yang mengubah tatanan kehidupan kita. Selain itu, perubahan teknologi yang sangat cepat juga memberi dampak mendalam pada kehidupan manusia.  Di sisi lain, teknologi digital ini juga mampu mendorong munculnya inovasi, serta menghasilkan dan tetap menjaga produktifitas," jelasnya.

Disebutkan Ari, tema KOGI ke-18 ini adalah “The Improving of Quality and Competitiveness in the Globalization Era”. Di era globalisasi ini, dengan berbagai kemajuan teknologi, banyak inovasi yang tercipta untuk mendukung layanan kedokteran.

"Kita harus belajar dan terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas kita sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat. Perlu diingat juga pada 2025 akan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas ASEAN, di mana dokter asing dapat datang ke Indonesia untuk menawarkan jasa keahliannya. Dokter Indonesia harus meningkatkan kapasitas diri dan menerapkan inovasi sesuai dengan teknologi terkini agar dapat bersaing secara global. Kita harus terus melakukan pembaharuan ilmu dengan mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, salah satunya di KOGI ke-18," katanya.

Baca Juga:  Safari Ramadan PLN UIP3BS Salurkan Santunan Rp1,7 M

"Kami sangat senang para rekan-rekan dokter dapat meluangkan waktu untuk mengikuti acara KOGI ini dan semoga acara ini dapat memberikan manfaat bagi sejawat, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,"' ujarnya.

Senentara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI dr Eni Gustina menjelaskan rencana yang tepat guna mencegah angka kematian pada ibu semakin meningkat adalah dengan memfasilitasi para bidan lewat berbagai macam pelatihan untuk membantu ibu dan calon ibu mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan bimbingan konseling terkait kesehatan reproduksi, termasuk juga pemakaian alat kontrasepsi.

“Kita membutuhkan pelatihan-pelatihan kepada para bidan untuk diberikan penambahan pengetahuan terkait dengan tidak hanya kontrasepsi, tapi juga sampai dengan kesehatan reproduksi secara komprehensif,” ungkapnya.

Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kartini Rustandi mengatakan, Kementerian Kesehatan berupaya mengatasi masalah stunting, atau masalah gizi buruk di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga:  Untuk Tangani Corona, Presiden Izinkan Pemda Utang ke Pusat

"Inovasi dalam upaya pengendalian masalah stunting maupun gizi diperlukan, agar terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam pengendalian masalah stunting atau masalah gizi,” ujarnya.

Ketua Panitia KOGI  Pekanbaru Donel S mengatakan, pertambahan jumlah dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia sangat cepat, tetapi pertambahan dokter ini tidak serta merta dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Soalnya, faktor yang menjadi penyebab hal ini terjadi di antaranya distribusi dokter yang tidak merata dan belum optimalnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

"Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan memberikan  kemudahan bagi dokter asing membuka praktek di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tantangan bagi dokter Indonesia khususnya dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan untuk melakukan perubahan dengan meningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat kita," katanya.

Tujuan dan harapan dari kongres ini adalah untuk menambah ilmu serta ketrampilan yang lebih maju demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan wanita Indonesia serta daya saing dokter dalam menghadapi kemudahan masuknya dokter asing tersebut.(eca)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Ari Kusuma mengatakan, pemerintah saat ini fokus menurunkan angka stunting. Di mana pemerintah menargetkan 14 persen pada 2024.

Hal ini dikatakan Ari dalam Rapat Kerja Kelompok Kerja (Pokja) Keluarga Berencana (KB) Kespro pengurus pusat POGI bersama mitra kerja di Hotel Premier, Pekanbaru, Sabtu (23/7).

- Advertisement -

Ditambahkannya, rapat kerja dimaksudkan dalam rangka Kongres Obsteri dan Ginekologi Indonesia (KOGI) ke-18 di Pekanbaru.

"Kami bersyukur setelah dua tahun pandemi Covid-19 ini, akhirnya kegiatan ilmiah ini diadakan dalam bentuk offline. Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada seluruh sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sosial yang mengubah tatanan kehidupan kita. Selain itu, perubahan teknologi yang sangat cepat juga memberi dampak mendalam pada kehidupan manusia.  Di sisi lain, teknologi digital ini juga mampu mendorong munculnya inovasi, serta menghasilkan dan tetap menjaga produktifitas," jelasnya.

- Advertisement -

Disebutkan Ari, tema KOGI ke-18 ini adalah “The Improving of Quality and Competitiveness in the Globalization Era”. Di era globalisasi ini, dengan berbagai kemajuan teknologi, banyak inovasi yang tercipta untuk mendukung layanan kedokteran.

"Kita harus belajar dan terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas kita sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat. Perlu diingat juga pada 2025 akan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas ASEAN, di mana dokter asing dapat datang ke Indonesia untuk menawarkan jasa keahliannya. Dokter Indonesia harus meningkatkan kapasitas diri dan menerapkan inovasi sesuai dengan teknologi terkini agar dapat bersaing secara global. Kita harus terus melakukan pembaharuan ilmu dengan mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, salah satunya di KOGI ke-18," katanya.

Baca Juga:  Hyundai Bakal Luncurkan Dua Mobil Baru

"Kami sangat senang para rekan-rekan dokter dapat meluangkan waktu untuk mengikuti acara KOGI ini dan semoga acara ini dapat memberikan manfaat bagi sejawat, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,"' ujarnya.

Senentara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN RI dr Eni Gustina menjelaskan rencana yang tepat guna mencegah angka kematian pada ibu semakin meningkat adalah dengan memfasilitasi para bidan lewat berbagai macam pelatihan untuk membantu ibu dan calon ibu mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan bimbingan konseling terkait kesehatan reproduksi, termasuk juga pemakaian alat kontrasepsi.

“Kita membutuhkan pelatihan-pelatihan kepada para bidan untuk diberikan penambahan pengetahuan terkait dengan tidak hanya kontrasepsi, tapi juga sampai dengan kesehatan reproduksi secara komprehensif,” ungkapnya.

Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kartini Rustandi mengatakan, Kementerian Kesehatan berupaya mengatasi masalah stunting, atau masalah gizi buruk di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga:  Satu Dekade Gojek, Perkuat Fundamental Bisnis dan Dukung UMKM

"Inovasi dalam upaya pengendalian masalah stunting maupun gizi diperlukan, agar terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam pengendalian masalah stunting atau masalah gizi,” ujarnya.

Ketua Panitia KOGI  Pekanbaru Donel S mengatakan, pertambahan jumlah dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia sangat cepat, tetapi pertambahan dokter ini tidak serta merta dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Soalnya, faktor yang menjadi penyebab hal ini terjadi di antaranya distribusi dokter yang tidak merata dan belum optimalnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

"Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan memberikan  kemudahan bagi dokter asing membuka praktek di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tantangan bagi dokter Indonesia khususnya dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan untuk melakukan perubahan dengan meningkatan kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat kita," katanya.

Tujuan dan harapan dari kongres ini adalah untuk menambah ilmu serta ketrampilan yang lebih maju demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan wanita Indonesia serta daya saing dokter dalam menghadapi kemudahan masuknya dokter asing tersebut.(eca)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari