SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Upaya digitalisasi keuangan menunjukkan hasil. Salah satunya adalah implementasi quick response code Indonesia standard (QRIS). Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan BI berkomitmen mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk mendukung akselerasi ekonomi keuangan digital nasional.
Secara nasional, transaksi ekonomi dan keuangan digital terus tumbuh. Seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring, kemudahan sistem pembayaran digital, serta digital banking.
"BI telah meluncurkan standarisasi open application programming interfaces (API) pembayaran alias SNAP untuk bank, fintech, dan e-commerce. Selain itu, QRIS antarnegara seperti di Thailand dan Malaysia," ujarnya, Kamis (21/10).
BI mencatat, nilai transaksi uang elektronik sampai kuartal III 2021 meningkat 45,05 persen YoY (year-on-year) menjadi Rp209,81 triliun. Begitu pula, nilai transaksi digital banking naik 46,72 persen menjadi Rp28.685,48 triliun.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPW BI) Jawa Timur (Jatim) melaporkan bahwa target tahunan bakal tercapai. Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim Imam Subarkah menyatakan, hingga awal Oktober, capaian merchant QRIS di Jatim sudah mencapai 88 persen dari target 2021, yakni 1,45 juta pedagang. "Saya rasa, angkanya sudah seharusnya tembus 90 persen akhir bulan ini," katanya kepada Jawa Pos (JPG), Kamis (21/10).
Dengan sisa waktu dua bulan lebih tahun ini, dia optimistis target tersebut terlampaui. Capaian tersebut juga bakal berdampak besar pada digitalisasi Indonesia. Sebab, target Jatim mencakup 12 persen dari proyeksi pemerintah pusat, yakni 12 juta merchant QRIS.
Imam menyebutkan, QRIS sudah menjangkau UMKM yang ada di Jatim. Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan salah satu sektor yang bisa dipenetrasi. Sebab, sistem bisnis belum terlalu rumit. "Sehingga, mudah menerapkan QRIS. Mereka juga termasuk sektor yang didorong pemerintah agar menjadi go digital," ujarnya.(bil/han/c12/dio/jpg)